Pertama Kali, Tenaga Kesehatan di Maluku Meninggal akibat Covid-19
›
Pertama Kali, Tenaga Kesehatan...
Iklan
Pertama Kali, Tenaga Kesehatan di Maluku Meninggal akibat Covid-19
DS (56), tenaga kesehatan yang bertugas di RSUD dr Haulussy Ambon, Maluku, meninggal pada Kamis (2/7/2020) akibat Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — DS (56), tenaga kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah dr Haulussy, Ambon, Maluku, meninggal pada Kamis (2/7/2020). Pemeriksaan usap (swab) DS menunjukkan hasil positif Covid-19. Ini menjadi kasus kematian pertama tenaga kesehatan sejak pasien Covid-19 pertama diumumkan di Maluku pada 22 Maret 2020. Kasus di Maluku pun kini terus meningkat dan meluas.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Melky Lohi menuturkan, DS meninggal di rumahnya saat menjalani perawatan mandiri. DS sempat menunjukkan gejala mirip orang terinfeksi Covid-19, tetapi saat dilakukan tes cepat hasilnya nonreaktif. Hal itu menjadi alasan DS menjalani karantina mandiri.
Pada saat meninggal, lanjut Melky, pihak keluarga memutuskan untuk dilakukan tes cepat molekuler terhadap DS, dan hasilnya positif. Jenazah DS lalu diambil oleh petugas Covid-19 untuk dimakamkan sesuai protokol kesehatan. ”Pihak keluarga mengambil inisiatif untuk mencegah penularan,” katanya.
Peristiwa ini merupakan kematian tenaga kesehatan pertama di Maluku semenjak kasus Covid-19 diumumkan pertama kalinya di provinsi itu pada 22 Maret 2020. Semua tenaga kesehatan terpukul akibat peristiwa ini. Tenaga kesehatan merupakan kelompok paling rentan tertular lantaran hampir setiap saat bertemu dengan pasien Covid-19.
Di Maluku, lebih dari 40 tenaga kesehatan terpapar Covid-19, sebagian besar sudah sembuh. Mereka terdiri atas 25 tenaga kesehatan di RSUD dr Haulussy dan 18 di RSUD dr Ishak Umarella. Selain itu, juga dua orang di Puskesmas Rijali Ambon dan beberapa puskesmas lainnya. ”Kami berharap tenaga kesehatan kita masih tetap semangat dan selalu waspada,” kata Melky.
Ketua Dewan Perwakilan Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Maluku Hery Jotlely mengimbau anggotanya agar senantiasa menjaga kesehatan diri, termasuk mematuhi protokol kesehatan secara ketat. Mereka yang bertugas dalam penanggulangan Covid-19 diminta jangan memaksakan diri terus bekerja jika kondisi tubuh tidak prima.
”Keselamatan diri itu yang utama agar bisa merawat pasien. Memang banyak tenaga kesehatan mengaku kelelahan saat bertugas. Belum lagi, isu-isu miring yang menerpa ikut membuat mereka terganggu. Di tengah beban semacam ini, petugas kesehatan sangat meminta dukungan moral dari publik. Dukungan itu jadi penyemangat,” katanya.
Tak hanya ancaman tertular virus serta terganggu dengan isu-isu miring, para tenaga kesehatan juga mengalami kekerasan fisik. Pekan lalu, perawat di RSUD Ambon, Jomima Orno, mendapat kekerasan fisik dari keluarga korban Covid-19. Jomima diserang saat mengantar jenazah korban dari ruang isolasi ke kamar jenazah. Ia mengalami luka memar di sekujur tubuh. Kasus penganiayaan itu sudah ditangani polisi.
Hingga Kamis siang, kasus Covid-19 di Maluku sebanyak 749 dengan 16 orang di antaranya dinyatakan sembuh. Kasus terbanyak ada di Kota Ambon, yakni 521, dengan 12 orang sembuh. Semua kasus yang semula terkonsentrasi di Pulau Ambon, Seram, dan Buru kini sudah merambah sampai ke Kota Tual di bagian tenggara Maluku hingga Kabupaten Maluku Barat Daya.
Zona hijau di Maluku pun kini tersisa Kabupaten Maluku Tenggara, Kepulauan Aru, Kepulauan Tanimbar, dan Buru Selatan. Wilayah itu ”menutup pintu” bagi masuknya pelaku perjalanan dari luar daerah. Pemerintah setempat hanya mengizinkan kapal barang dan penerbangan khusus.
”Meskipun berada di zona hijau, masyarakat diminta tetap menerapkan protokol kesehatan. Tual, yang sama-sama menutup akses dan sebelumnya masuk zona hijau, tiba-tiba ada kasus di sana. Ini yang harus diwaspadai,” kata Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang.