Peluang mencari kerja makin kompetitif. Sejalan dengan banyaknya pencari kerja, mereka menyiapkan beragam cara agar mampu memenangkan persaingan.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 membuat sarjana kesulitan mendapat kerja. Ada yang memilih menjadi pekerja lepas dulu sembari memantau lowongan pekerjaan sesuai minatnya. Sebagian dari mereka tidak menyertakan ijazah S-2 agar lebih cepat dipanggil perusahaan.
Dicky Prastya (24), salah seorang reporter majalah penerbangan yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19, saat ini sedang berdiskusi dengan perusahaan baru yang menerima pekerja lepas. Dia melamar sebagai
content writer.
Keputusan itu diambil lantaran begitu sulit mencari pekerjaan di media. Dia rajin memantau situs penyedia lowongan pekerjaan, Glints. ”Susah untuk media, nih. Soalnya skill saya, kan, di media, ya, terutama untuk reporter. Kalau sekarang, sih, yang saya lihat kebanyakan loker itu untuk IT sama
marketing,” tuturnya ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis (2/7/2020).
Dicky menjelaskan, dirinya sedang membahas skema gaji dengan perusahaan yang baru dilamarnya itu. Dia menduga perusahaan itu baru pertama kali menerima content writer. ”Mereka malah bertanya apakah saya dibayar per tulisan atau langsung per bulan. Saya jawab per tulisan saja,” ujarnya.
Chrisdiana (30), dosen di kampus swasta, mengaku belum nyaman dengan pekerjaan yang sekarang dan masih ingin mencari pekerjaan baru. Saat ini, dia dibayar per sistem kredit semester atau SKS, tidak berdasarkan gaji bulanan tetap.
Idealnya, lulusan S-2 Ilmu Administrasi Negara ini ingin jadi peneliti. Berhubung pandemi Covid-19 membuat lowongan kerja menjadi terbatas, ia membuka peluang untuk bekerja di bidang lain. Dengan catatan, lanjutnya, gaji yang diberikan sesuai dengan standar upah di kota tempat perusahaan itu berdiri.
Sebagai upaya untuk mencari kerja, dia memasang profil di Linkedin dan Jobstreet dengan ijazah berbeda. Di Linkedin, dia melampirkan ijazah S-2, sementara di Jobstreet dia hanya melampirkan ijazah S-1.
Dia meyakini, lulusan S-2 bakal sulit mendapat referensi pekerjaan di Jobstreet. ”Beberapa perusahaan akan berpikir gaji S-2 sudah tentu lebih besar. Dan, sebagian lulusan S-2 pun kebanyakan tidak tahu diri, minta gaji besar, padahal belum ada pengalaman. Menurut gue, sih, begitu,” tuturnya.
Associate Manager Brand Activation Kalibrr Indonesia, perusahaan penyedia lowongan pekerjaan, Andrew Nugraha Patty, menganalisis lowongan pekerjaan sejak awal Maret hingga akhir Juni. Berdasarkan analisisnya, terdapat tiga lowongan pekerjaan yang peluangnya masih lumayan.
Bagian sales and marketing berada di urutan pertama dengan nilai 50 persen atau separuh dari semua lowongan pekerjaan di Kalibbr Indonesia. Posisi kedua adalah IT dan perangkat lunak (13,4 persen), disusul bidang layanan umum dengan nilai 11,5 persen.
Pada 6-30 Juli mendatang, Kalibrr Indonesia mengadakan webinar berseri. Ada empat topik yang dibahas, yakni soft skills, human resources, kewirausahaan, dan pengelolaan finansial. Andrew menyarankan agar pencari kerja mengikuti webinar ini agar lebih siap memasuki dunia kerja.