UMKM diharapkan dapat menjaga tingkat pengangguran dan kemiskinan tidak semakin tinggi. Oleh karena itu, UMKM perlu dijaga agar dapat berperan dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah terdampak pandemi Covid-19 dari sisi pasokan dan permintaan. Ada pula masalah di sisi arus kas dan permodalan. Di sisi lain sektor UMKM tetap diharapkan mampu ikut mendinamiskan perekonomian.
”Ketika usaha-usaha besar menahan investasi, maka UMKM yang diharapkan bisa menjadi penyangga ekonomi nasional,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki di Jakarta, Kamis (2/7/2020).
Teten menyatakan hal itu saat memberikan sambutan pada acara publikasi virtual hasil studi Sea Insights bertajuk ”Data Digitalisasi Selamatkan UMKM Indonesia”. Sea Insights merupakan unit kerja Sea, perusahaan internet di Asia Tenggara dan Taiwan, yang berfokus pada penelitian dan kebijakan publik terkait dengan perkembangan ekonomi digital.
Menurut Teten, UMKM pada krisis akibat pandemi Covid-19 ini memang berbeda dengan krisis 1997-1998. Namun, UMKM saat ini masih tetap bisa berperan agar ekonomi tidak semakin jatuh.
UMKM diharapkan dapat menjaga tingkat pengangguran dan kemiskinan tidak semakin tinggi. Oleh karena itu, UMKM perlu dijaga agar dapat berperan dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional.
”Apalagi banyak data dan survei yang menunjukkan hampir separuh UMKM di Indonesia sudah ngos-ngosan. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memprediksi, setelah September 2020, separuh UMKM akan tutup atau gulung tikar,” katanya.
UMKM diharapkan dapat menjaga tingkat pengangguran dan kemiskinan tidak semakin tinggi. Oleh karena itu, UMKM perlu dijaga agar dapat berperan dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Meskipun UMKM terdampak begitu dalam, lanjut Teten, ada pula UMKM yang dapat bertahan, bahkan tumbuh. Hal ini dialami UMKM yang sudah terhubung ke pasar daring. Data menunjukkan baru sekitar 13 persen atau 8 juta UMKM yang telah terhubung ke pasar daring.
”Presiden Joko Widodo menugasi kami untuk mempercepat digitalisasi UMKM. Targetnya 10 juta UMKM bisa terhubung dengan pasar daring pada akhir tahun ini,” katanya.
Teten berpendapat, digitalisasi penting tidak saja untuk mendorong UMKM mampu mengakses pasar lebih besar, tetapi juga dalam mengakses pembiayaan. Banyak UMKM tidak punya aset sehingga susah mengandalkan pembiayaan konvensional yang membutuhkan jaminan atau kolateral berupa aset. Rekaman digital kesehatan UMKM akan berguna sebagai referensi lembaga pembiayaan menyalurkan bantuan atau pinjaman.
Ada berbagai pendekatan untuk mempercepat digitalisasi, semisal mendorong UMKM langsung masuk ke pasar daring atau mendorong UMKM yang mulai berjualan melalui media sosial. ”Bisa juga dengan menambah jagoan-jagoan re-seller produk UMKM,” kata Teten.
UMKM juga bisa menjadi sektor untuk mendapatkan pekerjaan atau menciptakan pekerjaan. Pekerja terdidik yang kehilangan pekerjaan atau lulusan perguruan tinggi yang belum terserap di sektor formal akibat pertumbuhan ekonomi sedang tertekan dapat didorong untuk berjualan produk UMKM di pasar daring.
”Mereka dapat membantu UMKM yang belum sanggup berjualan di pasar daring karena faktor kesibukan dan keterbatasan sumber daya. Di sisi lain, pemerintah juga terus menyalurkan bantuan sosial lebih besar agar konsumsi masyarakat naik dan daya beli meningkat,” kata Teten.
Presiden Komisaris Sea Group Pandu P Sjahrir menuturkan, selama Juni 2020, Sea Insight menyurvei 20.000 pemuda. Sebanyak 10 persennya adalah pelaku usaha.
Dari survei itu diketahui, sekitar 50 persen pelaku usaha mengalami peningkatan penggunaan media digital seperti media sosial, e-dagang, dan materi pendidikan daring selama pandemi.
”Survei kami juga menunjukkan, UMKM mengubah strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Sebanyak 45 persen pelaku usaha muda berjualan lebih aktif di platform e-dagang. Satu dari lima responden adalah pengguna baru e-dagang,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Pandu, UMKM mengubah strategi produksi dan jenis barang. Mereka mulai memproduksi barang yang populer di saat pandemi seperti masker dan penyanitasi tangan.
Tren peningkatan pemanfaatan digital akan terus berlanjut setelah pandemi Covid-19. ”Sekitar 70 persen pelaku usaha mengakui bahwa mereka akan terus memanfaatkan media digital melalui e-dagang, yakni untuk berjualan dan berbelanja, dan media sosial,” katanya.
Beberapa waktu lalu, Ketua Umum DPP Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) Syahnan Phalipi menuturkan, bisnis secara elektronik, e-dagang, dan pemasaran secara daring sangat penting di era globalisasi. Cara-cara seperti itu juga sangat dibutuhkan di tengah pandemi Covid-19.
Proses bisnis, termasuk saat berpromosi, beraktivitas jual beli barang dan jasa, harus memanfaatkan teknologi informasi. ”Tidak ada jalan lain. Kita harus mengikuti perkembangan zaman agar usaha berkembang dan berkelanjutan,” kata Syahnan.