Hasil survei menunjukkan, orang dewasa di Amerika Serikat di bawah usia 50 tahun lebih banyak mengalami dampak emosional pandemi dibandingkan dengan mereka yang lebih tua.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Survei yang menilai efek pandemi Covid-19 terhadap sikap emosional orang dewasa Amerika Serikat menunjukkan, 90 persen responden mengalami tekanan emosional. Survei juga mengungkapkan bahwa kelompok usia produktif, yaitu yang berusia di bawah 50 tahun, lebih banyak mengalami dampak emosional pandemi dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua.
Data ini bisa menunjukkan tentang bagaimana individu menanggapi tekanan ekonomi, isolasi dan karantina, serta ancaman virus terhadap kesehatan mereka. Riset kolaborasi antara para peneliti yang dipimpin oleh University of North Carolina di Chapel Hill (UNC) School of Medicine dan didukung Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC) Rumah Sakit Umum Massachusetts ini tersedia secara daring di www.bidmc.org.
”Mengingat konsekuensi emosional dan finansial yang signifikan dari Covid-19 di Amerika Serikat, penting bagi kami mencurahkan sumber daya dan perhatian pada kebutuhan kesehatan mental penduduk,” kata anggota tim penulis, Sarah Ballou, direktur psikologi gastrointestinal di BIDMC.
Para peneliti melakukan survei daring secara nasional terhadap 1.500 orang selama paruh kedua Mei saat terjadi penambahan 20.000 kasus Covid-19 per harinya di AS. Survei berisi 16 pertanyaan dan disebut Pandemic Emotional Impact Scale (PEIS).
Hampir 80 persen responden merasa frustrasi karena tidak mampu melakukan apa yang mereka sukai.
Studi ini menilai berbagai efek emosional spesifik yang terkait dengan pandemi dan menemukan bahwa pemicu stres tertentu memengaruhi sebagian besar populasi. Hampir 80 persen responden merasa frustrasi karena tidak mampu melakukan apa yang mereka sukai.
Survei juga menemukan, 80 persen responden khawatir tentang kesehatan mereka sendiri dan hampir 90 persen khawatir tentang kesehatan orang yang dicintai. Para peneliti mengamati bahwa etnis minoritas, terutama kalangan hispanik atau latin, mengalami tingkat tekanan emosi yang lebih tinggi karena Covid-19.
Selain itu, perempuan dan laki-laki melaporkan tingkat dampak emosional yang serupa akibat Covid-19 meskipun perempuan dengan anak di bawah 18 tahun lebih cenderung melaporkan tingkat kecemasan klinis dibandingkan dengan perempuan tanpa anak. Pria dengan anak-anak di bawah usia 18 tahun lebih cenderung melaporkan tanda-tanda depresi daripada pria tanpa anak kecil.
Survei juga mengungkapkan bahwa orang dewasa yang berusia di bawah 50 tahun lebih banyak mengalami dampak emosional pandemi dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua. ”Temuan ini mengejutkan kami, mengingat bahwa orang dewasa yang lebih tua berisiko lebih tinggi menderita penyakit serius jika mereka terinfeksi Covid-19,” kata Ballou, yang juga seorang instruktur kedokteran di Harvard Medical School.
Dia menambahkan, tingginya tingkat stres di kalangan lebih muda ini kemungkinan disebabkan kalangan ini paling terdampak kegiatan sehari-harinya dibandingkan dengan orang yang berusia lanjut.
Olafur Palsson, profesor kedokteran di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi di UNC School of Medicine Para, yang menjadi penulis utama, menilai, dampak emosional dan mental dari pandemi ini dapat memiliki implikasi jangka panjang terhadap kesejahteraan. Dia juga mengkhawatirkan pandemi ini bisa berkembang menjadi krisis kesehatan mental.
”Temuan ini menimbulkan pertanyaan penting tentang kesehatan mental dan kesejahteraan emosional individu di Amerika Serikat selama pandemi ini,” kata Ballou. ”Kami berharap Pandemic Emotional Impact Scale (PEIS) ini akan digunakan oleh kelompok penelitian lain untuk terus memahami dampak emosional dari pandemi terhadap individu di Amerika Serikat dan untuk mengumpulkan lebih banyak data guna lebih mengarakterisasi dampak ini.”