Persentase Kematian Pasien Positif Covid-19 di Jateng Tertinggi
›
Persentase Kematian Pasien...
Iklan
Persentase Kematian Pasien Positif Covid-19 di Jateng Tertinggi
Di Jawa Tengah terdapat 384 orang meninggal dari 4.572 kasus positif Covid-19 atau 8,4 persen. Persentase tersebut di atas Jawa Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Provinsi Jawa Tengah, hingga Jumat (3/7/2020) sore, menjadi wilayah dengan persentase kematian pasien Covid-19 tertinggi di antara lima provinsi dengan kasus positif terbanyak. Hal itu, antara lain, dipicu banyaknya pasien dengan penyakit penyerta serta keengganan sebagian warga yang dinyatakan positif untuk dirawat di rumah sakit.
Menurut data pada laman corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan pada Jumat sore, dari 4.572 kasus positif Covid-19, terdapat 384 orang meninggal atau 8,4 persen. Tiga daerah dengan kasus dan pasien meninggal terbanyak ialah Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Jepara.
Sejumlah riwayat penyakit terbanyak pasien Covid-19 meninggal di Jateng, yakni hipertensi (36,4 persen), diabetes melitus (35,7 persen), ginjal kronis (8,4 persen), gagal jantung (7 persen), stroke (6,3 persen), dan jantung koroner (3,5 persen).
Pada laman laporan virus korona baru setiap provinsi, pada Jumat sore, persentase kasus kematian tertinggi lain ialah tercatat Jawa Timur di urutan kedua (7,66 persen) dengan rincian 971 orang meninggal dari 12.581 kasus positif Covid-19. Selanjutnya, DKI Jakarta (5,5 persen), dengan 648 orang meninggal dari 11.824 kasus.
Kemudian, ada Sulawesi Selatan (5,3 persen) dengan rincian 182 orang meninggal dari 3.430 kasus positif Covid-19 dan disusul Jawa Barat (5,24 persen) dengan 177 orang meninggal dari 3.374 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo, di Kota Semarang, Jumat (3/7/2020), mengatakan, angka tingkat fasilitas kasus (CFR) relatif dan dinamis. Semakin banyak ditemukan kasus (sementara jumlah kematian sama), angkanya pun kian kecil.
Sejumlah faktor yang memengaruhi, antara lain, adalah kondisi pasien, tingkat keganasan virus, dan pelayanan.
Sejumlah faktor yang memengaruhi, antara lain, adalah kondisi pasien, tingkat keganasan virus, dan pelayanan. ”Jadi, seperti penderita lemah dan memiliki penyakit penyerta. Lalu, daya mematikan virus yang tinggi serta pelayanan terlambat,” kata Yulianto.
Yulianto menambahkan, pelayanan yang terlambat juga diakibatkan sebagian penderita Covid-19 yang menolak dirawat di RS dan memaksa isolasi di rumah. Saat kondisinya memburuk, baru dibawa ke RS sehingga terlambat tertangani hingga meninggal.
Selain itu, kecepatan dalam pemeriksaan spesimen dengan PCR juga turut memengaruhi. ”Maka, saat ini kecepatan kami tingkatkan. Di Kudus, RSUD dr Loekmono Hadi kini bisa memeriksa dengan PCR, untuk mencakup pantura Jateng bagian timur,” kata Yulianto.
Saat ini, lanjut Yulianto, sejumlah laboratorium di Jateng mampu melaksanakan pemeriksaan dengan PCR total sekitar 2.500 sampel per hari. Pengelolaan sampel yang akan diperiksa ditingkatkan karena saat ini pemeriksaan terbanyak di Kota Semarang.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, sejumlah daerah, seperti Kota Semarang, Demak, dan Jepara, memang butuh perhatian khusus. Untuk itu, keterbukaan informasi penanganan Covid-19 kepada publik menjadi hal penting.
”Kemarin ada yang bilang Jawa Tengah (kasusnya) tinggi, ya memang. Faktanya memang naik. Maka dari itu, butuh adanya perhatian khusus, seperti Semarang, Demak, kemudian ada lagi Rembang, Jepara,” kata Ganjar. Ia pun membuat koordinator wilayah di setiap eks-karesidenan di Jateng.
Kendati CFR tinggi, tingkat kesembuhan Covid-19 Jateng menunjukkan hal positif. Data Pemprov Jateng hingga Jumat (3/7/2020) malam, terdapat 2.266 pasien sembuh dari total 4.574 kasus positif atau sebesar 49,54 persen. Daerah dengan tingkat kesembuhan tinggi ialah Kota Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang, dan Demak.
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Diponegoro, dr Ari Udijono, menuturkan, masyarakat jangan takut berlebihan akan Covid-19. Namun, di sisi lain, masyarakat tidak boleh abai dan meremehkan penyakit tersebut.
Guna terus menekan penambahan jumlah kasus dan kematian karena Covid-19, kewaspadaan perlu ditingkatkan dengan mematuhi protokol kesehatan. ”Di Kota Semarang, kesadaran ini masih lemah. Karena itu, edukasi kepada masyarakat penting untuk terus dilakukan,” ucapnya.