Anak-anak Tetap Tumbuh Kala Pandemi
Kehidupan di tengah pandemi Covid-19 memberi aneka tekanan. Kita sudah tahu kabar buruknya. Pandemi membuat anak-anak bosan, orangtua mungkin kesal. Hari-hari terasa berjalan dalam waktu yang melambat.
Potret kehidupan di tengah pandemi Covid-19 seperti itu diuraikan harian The Washington Post dalam salah satu artikelnya. Di Amerika Serikat, misalnya, anak-anak sudah tidak aktif bersekolah sejak pertengahan Maret lalu. Keluarga-keluarga, termasuk anak-anak, kini tengah menatap minimal 10 pekan liburan musim panas.
Di Indonesia, masa liburan sebulan menyambung masa sekolah dengan sistem jarak jauh atau daring sejak pertengahan Maret. Sekolah dengan sistem tatap muka tampak belum akan terealisasi di sejumlah besar wilayah Indonesia meski tahun ajaran baru sudah siap berjalan tengah bulan ini.
Seperti tidak ada perbedaan antara masa belajar dan kondisi liburan. Dalam dua situasi itu, anak-anak berada di rumah. Banyak rencana liburan atau acara-acara tatap muka yang melibatkan keluarga dibatalkan. Juga, untuk kegiatan-kegiatan di tempat terbuka, orangtua mungkin ragu-ragu mengirim anak-anak mereka. Berkumpul dengan teman sebaya bagi anak-anak dinilai tetap berisiko. Pedoman jarak sosial sulit dijalankan atau akan cepat dilupakan.
Baca juga: Dunia Masih Terpecah Hadapi Covid-19
Interaksi sosial merupakan bagian penting dari perkembangan sepanjang masa kanak-kanak. Menghabiskan waktu dengan teman sebaya merupakan bagian dari proses tersebut. Namun, perlu diingat, hal itu terjadi dalam kondisi normal. Saat ini dunia berada dalam kondisi pandemi. Meski demikian, mari mencoba untuk tidak terlalu khawatir terhadap apa yang anak-anak kita lewatkan saat ini.
Beberapa dokter anak dan psikolog berupaya memastikan kondisi anak-anak akan baik-baik saja selama masa isolasi pandemi Covid-19. Menurut mereka, anak-anak cenderung ulet dan mudah beradaptasi. Banyak hal dapat diperoleh dari interaksi dengan orangtua, saudara kandung, bahkan hewan peliharaan, di rumah dan sekitarnya.
Patut diperhatikan, waktu sendirian juga berharga. Sebuah koneksi melalui teknologi, seperti bergaul atau bermain game melalui obrolan video, dapat mengisi beberapa bagian yang kosong itu.
Menemukan hal baru
Sejumlah anak di Singapura memiliki pengalaman-pengalaman unik selama tinggal di rumah sepanjang penutupan wilayah karena Covid-19. Ada yang merasa bosan, tetapi ada pula yang merasa justru menemukan hal-hal baru.
Belajar jarak jauh dari rumah melalui aplikasi dinilai Eli Sim, pelajar berusia sembilan tahun, lebih baik daripada pergi ke sekolah. ”Di kelas, kita tidak dapat berbicara dan bergerak. Ketika kita tinggal di rumah, kita tidak perlu memakai topeng kita, dan kita dapat berbicara dengan bebas,” kata siswa sekolah dasar itu, sebagaimana dikutip The Strait Times.
Ibu dari Eli bekerja di sebuah perusahaan teknologi, ayahnya memiliki bisnis e-dagang yang menjual produk-produk teknologi. Keduanya berusia 43 tahun. Eli suka melihat teman-temannya di layar selama sesi pembelajaran daring bersama teman sekelasnya. ”Kita bisa mendapat pelajaran bersama di Zoom, suatu hal istimewa karena kita jarang pergi ke laboratorium komputer di sekolah,” katanya.
Setelah diperkenalkan kepada alat konferensi video untuk pembelajaran berbasis rumah, Eli juga menggunakannya untuk tetap berhubungan dengan teman-temannya. Dia telah menunjukkan kepada beberapa dari mereka cara melipat origami tokoh-tokoh Star Wars hingga pesawat ruang angkasa X-wing Starfighter. Dia juga berbagi kemajuannya dalam belajar bahasa Jepang dan Melayu dasar dengan teman-temannya, dengan memamerkan frase yang dia ambil melalui Google Translate.
Meski selama pandemi anak-anak tidak menjalani interaksi langsung dengan teman sebaya, para pakar menilai anak-anak masih dapat berkembang secara sosial dan emosional. Mereka menyiapkan diri untuk kembali ke dunia nyata kelak saat dunia kembali normal. Mereka nanti siap melanjutkan kehidupan, seperti halnya orang dewasa.
”Meskipun ini tidak biasa, sebagian besar anak-anak baik-baik saja karena kita secara biologis terhubung untuk beradaptasi,” kata Dr Jack Shonkoff MD, dokter anak dan ahli pengembangan anak usia dini di Harvard’s Center on the Developing Child, sebagaimana dikutip The New York Times.
”Jika kita tak melakukannya, kita akan punah seperti dinosaurus. Kita pun tak akan dapat bertahan hidup karena lingkungan selalu berubah.”
Menu latihan fisik
Para orangtua di Inggris punya cara tersendiri. Ketika mereka tiba-tiba ”dipaksa” menjadi guru bagi anak-anak mereka pada periode penutupan wilayah, pendidikan jasmani menjadi salah satu hal terpenting. Di negara itu, pelajaran olahraga sering disampaikan oleh pelatih profesional dari luar. Beberapa sekolah dasar pun memiliki pengalaman atau keterampilan membuat dan menyarankan konten untuk membantu orangtua. Tayangan tutorial latihan fisik di internet pun menjadi rujukan.
Unggahan-unggahan tutorial kebugaran dijadikan Joe Wicks, pelatih kebugaran yang juga presenter dan pengarang, ”menu sarapan” bagi anak- anak. Ia memiliki kanal Youtube bernama The Body Coach TV yang memiliki 2,5 juta pelanggan (subscriber). Ia mengunggah tutorial kebugaran anak-anak sejak penutupan sekolah-sekolah di Inggris selama pandemi Covid-19.
Ia pada Kamis (2/7/2020), misalnya, baru saja mengunggah pelatihan olah fisik bertajuk ”5 Alive” Kids Workout with Spiderman. Lengkap dengan kostum tokoh Spiderman, ia memerankan tokoh bernama Spidey Coach.
Baca juga: Pengalaman Pahit akibat Perang Jadi Kekuatan Hadapi Covid-19
Stanley Windsor, kandidat PhD pada Institute for Sport Business, Loughborough University, dalam opininya di The Conversation menilai unggahan video-video Wicks didasarkan pada aktivitas latihan berulang yang intens dengan istirahat pendek dan secara khusus ditujukan untuk anak-anak. Ia menilai langkah Wicks patut diapresiasi. Bagi publik, apa yang dilakukan Wicks itu penting dan bagus untuk menjaga kesehatan, sekaligus menjadi bagian keseharian warga.
Psikolog di Universitas Georgetown, Deborah Phillips, mengatakan, pembelajaran sosial dan emosional anak-anak dimulai pada masa bayi. Keterampilan sosial membentuk fondasi untuk jenis pembelajaran lainnya bagi mereka. Di antara keterampilan yang penting bagi anak-anak adalah kemampuan memahami emosi diri, berempati dengan orang lain, membuat keputusan, mengatasi tantangan, mengembangkan hubungan dan bertanggung jawab atas kesalahan. Hal itu akan memengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka sepanjang hidup.
Waktu di rumah juga menawarkan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan kemandirian. Bagi anak kecil, itu misalnya dilakukan dengan memilih mainan untuk bermain sendirian untuk sementara waktu. Bagi anak-anak usia sekolah, kata Shonkoff, upaya mencari tahu sama seperti menemukan cara baru untuk tetap berhubungan dengan teman secara virtual.
Setiap anak berbeda, kata para ahli. Beberapa anak mungkin memerlukan lebih banyak waktu sosial daripada yang lain. Namun, mereka mungkin saja tidak membutuhkan banyak teman atau interaksi tertentu untuk tumbuh dan berkembang. Satu teman yang baik sudah dapat membantu anak-anak dalam menjalin hubungan, kata Phillips.
Hubungan antarsesama itu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, menggambar satu sama lain, menulis surat, atau mengobrol melalui video. Hubungan itu juga dapat dibangun dengan berkomunikasi melalui pesan teks melalui orangtua atau cukup berbicara dengan tetangga samping atau depan rumah dari balik pagar.
Saat ini, banyak pihak, seperti museum, perpustakaan, lembaga seni, perusahaan swasta, selebritas, dan banyak lainnya membuat konten daring untuk anak-anak dengan akses gratis. Banyak pula portal daring dan aplikasi menghibur. Tinggal memastikan, materi-materi itu cocok dengan usia anak-anak. Kegiatan-kegiatan virtual juga dapat menjadi tempat interaktif. Masa pandemi bukan penghalang untuk memupuk tumbuh kembang anak.