11 Korban Kapal Tenggelam di Kupang Masih dalam Pencarian
›
11 Korban Kapal Tenggelam di...
Iklan
11 Korban Kapal Tenggelam di Kupang Masih dalam Pencarian
KM Kasih 25 tenggelam di perairan Selat Pukuafu, antara Kota Kupang dan Rote Ndao, NTT. Dua orang tewas, dua orang selamat, dan 11 orang lainnya masih dalam pencarian.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kapal Motor Kasih 25 tenggelam di perairan selat Pukuafu, antara Kota Kupang dan Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Minggu (5/7/2020). Akibat peristiwa ini, dua orang tewas, dua orang selamat, dan 11 orang lainnya masih dalam pencarian.
Kepala Kantor Pertolongan dan Pencarian (SAR) Kupang Emi Frezer mengatakan, kapal dengan bobot sekitar 4 gros ton itu bertolak dari Pantai Tablolong, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, menuju Rote Ndao, Minggu, pukul 10.30 Wita.
Saat memasuki perairan Selat Pukuafu, pukul 12.00 Wita, kapal dihadang angin kencang dan gelombang dengan ketinggian sekitar 3 meter. Kapal pun oleng ke kiri saat diterjang gelombang dari arah selatan, Samudra Hindia, dan tenggelam seketika.
”Dalam kejadian itu, dua orang meninggal, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, masing-masing berusia antara 6-8 tahun. Dua orang diselamatkan KM Express Bahari yang saat itu sedang melintas dari Rote menuju Kupang sekitar pukul 12.20 Wita. Sementara 11 orang masih dinyatakan hilang,” kata Frezer.
Tim SAR Kupang tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 15.10 Wita dengan KN Antareja. Mereka mengevakuasi dua jenazah anak-anak yang tewas dan melakukan pencarian terhadap 11 orang yang hilang.
Pencarian masih dilakukan sampai Minggu malam, melibatkan para nelayan, anggota TNI AL, dan Polri. Pencarian tidak hanya terfokus di tempat kejadian, tetapi juga ke arah lain mengikuti arus laut karena diduga korban telah terseret gelombang.
Ronal (32), penumpang KM Express Bahari, mengatakan, informasi yang diperoleh dari dua penumpang yang diselamatkan KM Express Bahari menyebutkan, KM Kasih 25 adalah kapal nelayan.
Hari itu, kapal tersebut hendak mencari cumi-cumi di laut selatan Pulau Rote karena cumi-cumi di lokasi itu cukup banyak dan mudah didapat.
”Kebetulan ada sejumlah warga Rote yang mau ikut karena ada kedukaan di sana. Anggota keluarga mereka meninggal pada Sabtu (4/7) sehingga mereka ingin mengikuti pemakaman sore tadi, di Rote,” kata Ronald.
Menurut Ronald, warga itu sebenarnya hendak menumpangi feri Kupang-Rote, tetapi mereka terlambat tiba di Dermaga Bolok. Karena itu, mereka terpaksa mengikuti kapal nelayan Kasih 25 yang kebetulan hari itu juga hendak bertolak ke Rote.