Dihantam Ombak Tinggi, Kapal Wisata Tenggelam di Buton
›
Dihantam Ombak Tinggi, Kapal...
Iklan
Dihantam Ombak Tinggi, Kapal Wisata Tenggelam di Buton
Sebuah kapal wisata tenggelam setelah dihantam ombak tinggi di perairan Malaoge, Buton, Sulawesi Tenggara. Kapal wisata dan nelayan diimbau waspada di tengah ancaman gelombang tinggi.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebuah kapal wisata tenggelam setelah dihantam ombak tinggi di perairan Malaoge, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, Minggu (5/7/2020) sekitar pukul 15.00 Wita. Seluruh penumpang selamat. Ketinggian ombak yang mencapai 4 meter saat ini membahayakan pelayaran.
Kapal wisata yang berangkat dari Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, itu berbobot 5 gros ton (GT). Awalnya, kapal hendak menjemput wisatawan di Buton. Namun, dalam perjalanan, kapal dihantam ombak tinggi sehingga miring dan kemasukan air.
Kepala Kantor SAR (Basarnas) Kendari Aris Sofingi menyampaikan, laporan kapal tenggelam itu diterima pukul 15.20 Wita. Kapal yang mengangkut lima orang itu kemasukan air dan mati mesin akibat dihantam ombak tinggi yang mencapai ketinggian maksimal 4 meter.
”Tim dari Pos SAR Wakatobi lalu turun pada pukul 15.30 Wita dan menuju lokasi kejadian. Sekitar dua jam, tim menemukan kapal yang berjarak sekitar 3,14 mil laut (5,8 km) dari lokasi kejadian,” tutur Aris, Minggu malam.
Semua penumpang dan awak kapal ditemukan dalam kondisi selamat. Mereka lalu dievakuasi dan rencananya akan kembali ke Wangi-wangi. Akan tetapi, cuaca buruk dan gelombang tinggi membuat kapal tidak bisa kembali ke Wangi-wangi. Tim lalu menuju ke Pelabuhan Rakyat Malaoge, Buton, sebagai wilayah terdekat.
”Tim bersama semua penumpang kapal masih menunggu cuaca membaik di Pelabuhan Malaoge sebelum kembali ke Wangi-wangi. Cuaca dan gelombang tinggi berkecepatan angin berkisar dua knot sampai 25 knot,” katanya. Satu knot setara 1,8 kilometer per jam.
Selama 2020 telah terjadi 22 kecelakaan kapal di wilayah Sulawesi Tenggara. Sebanyak 118 orang selamat, tiga orang meninggal, dan dua orang hilang. Sebagian kecelakaan terjadi karena hantaman ombak dan angin kencang.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Ramlan menjelaskan, berdasarkan pantauan cuaca, rata-rata kecepatan angin di wilayah perairan Sutra di Angka 12 knot hingga 17 knot. Sementara itu, tinggi gelombang maksimum mencapai 4 meter.
Selain itu, tutur Ramlan, seluruh wilayah Sultra juga masih dalam musim hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Angin timur yang bertiup mulai memasuki masa puncak yang diperkirakan terjadi pada Agustus.
”Dengan kondisi seperti ini, kapal-kapal kecil dan perahu nelayan disarankan tidak melaut terlalu jauh. Sebab, kondisi seperti ini akan membahayakan pelayaran, termasuk bagi kapal wisata di perairan Wakatobi ataupun Baubau,” tutur Ramlan.
Menurut Ramlan, aktivitas wisata boleh dilakukan jika hanya di pesisir pantai. Namun, hal itu juga bergantung pada curah hujan yang terkadang tiba-tiba ekstrem.
Oleh sebab itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan terkait dengan kondisi cuaca di seluruh wilayah. Izin berlayar bagi kapal kecil dan nelayan diharapkan diperketat untuk menghindari terjadinya kecelakaan dalam pelayaran.