Meracik Strategi Penjinak ”Panah Hitam” di Formula 1
›
Meracik Strategi Penjinak...
Iklan
Meracik Strategi Penjinak ”Panah Hitam” di Formula 1
Para pebalap Mercedes yang memacu mobil W11 terlalu tangguh untuk dilawan langsung tanpa strategi matang. Untuk menyiasati dominasi “Panah Hitam”, salah satu caranya meracik taktik penggunaan ban dan strategi pit stop.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
SPIELBERG, MINGGU — Optimisme membubung tinggi di kubu Mercedes setelah dua pebalapnya, Valtteri Bottas dan Lewis Hamilton, terus mendominasi tiga sesi latihan bebas dan kualifikasi Formula 1 seri Austria. Bottas bahkan merasa Mercedes seperti tampil dalam kompetisi buatan mereka sendiri, yaitu tanpa lawan yang berarti.
Sementara Hamilton menilai timnya selalu berbenah untuk menjadi yang terbaik. Mercedes memang sulit dikejar, tetapi ada peluang untuk menjegal mereka pada balapan di Sirkuit Red Bull Ring, Minggu (5/7/2020), pukul 20.10 WIB itu.
Peluang menjegal Mercedes saat ini dimiliki oleh Red Bull Racing setelah Max Verstappen mencetak waktu tercepat dengan ban kompon medium pada kualifikasi kedua (Q2). Berdasarkan aturan Formula 1, pebalap akan mengawali balapan dengan ban tercepat yang dipakai pada Q2. Verstappen akan menjadi satu-satunya pebalap dengan ban medium dalam posisi 10 besar saat balapan start Minggu malam ini.
Ban medium memberi keleluasaan strategi dibandingkan dengan ban berkompon lunak yang akan dipakai oleh lawan-lawannya, termasuk Hamilton dan Bottas. Verstappen bisa menyelesaikan lap lebih banyak dengan ban medium untuk memperpendek jarak dengan para pebalap Mercedes yang start di posisi pertama dan kedua.
[embed]https://youtu.be/XBBXsXnKMeA[/embed]
Dengan selisih waktu 0,538 detik dari Bottas saat kualifikasi, tambahan lap bagi Verstappen saat Bottas dan Hamilton masuk pit untuk mengganti ban akan sangat krusial.
Jika balapan berlangsung dalam cuaca cerah dengan temperatur udara yang lebih tinggi, seperti prakiraan cuaca di Red Bull Ring, para pebalap Mercedes bisa dipaksa masuk pit lebih cepat. Ban kompon lunak memang lebih cepat 0,5 detik dari ban medium, tetapi lebih cepat aus. Namun, bisa jadi para pebalap Mercedes bisa menjaga umur ban lebih panjang berkat sistem Dual-Axis Steering (DAS) yang mereka pakai.
DAS, yang bisa mengubah sudut toe ban menjadi lurus saat trek lurus panjang, diyakini membuat ban tidak terlalu panas karena ada perubahan bidang yang bergesekan dengan aspal. Mobil juga bisa melesat lebih cepat sebelum toe kembali ke setelan semula saat memasuki tikungan.
Hilang kendali
Namun, dari sesi latihan bebas ketiga dan kualifikasi, penggunaan DAS diduga menyebabkan Hamilton sedikit kehilangan kendali di tikungan. Akan tetapi, ia tidak sampai keluar lintasan seperti dialami oleh Bottas.
Sistem DAS, yang dioperasikan dengan menarik setir ke arah tubuh pebalap dan menekan ke depan saat mengembalikan ke posisi semula, membutuhkan waktu sepersekian detik saat mobil melaju kencang. Jika waktu dan momentumnya tidak tepat, pengoperasian DAS berpotensi membuat pebalap kehilangan waktu.
Perangkat DAS ini menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Red Bull Racing untuk meracik strategi jitu menjinakkan ”Panah Hitam”, julukan Mercedes saat ini. Beradu kecepatan jelas bukan pilihan logis, mengingat RB16 kalah cepat dari W11 sepanjang Jumat dan Sabtu.
Namun, mereka bisa memaksimalkan potensi RB16 dan Verstappen yang bisa melesat cepat dengan ban medium. Ini sudah diasah oleh Verstappen sejak sesi latihan pertama (FP1) pada Jumat. Saat itu, mobilnya melintir pada Tikungan 1 untuk mengetahui limit pengendalian.
Modal penting Verstappen
Saat kualifikasi Q2, Verstappen bisa melesat dengan agresif tanpa kendala pengendalian di tikungan dan dua kali mencetak waktu tercepatnya. Ini menjadi modal sangat penting untuk melawan Mercedes yang akan mengawali balapan dengan ban lunak.
Jika Verstappen bisa menjaga selisih waktu di bawah 0,5 detik dari dua pebalap Mercedes, ada peluang dirinya mendapat momentum positif saat Hamilton dan Bottas mengganti ban. Ditambah dengan kecepatan kerja tim Red Bull saat mengganti ban, yaitu di bawah dua detik saat tes di Sirkuit Silverstone dua pekan lalu, Verstappen bisa menjadi ancaman bagi para pebalap Mercedes.
Besok akan sedikit lebih hangat dan itu bisa menjadi keuntungan bagi kami. Saya akan berusaha dan membuat (balapan) nanti sesulit mungkin bagi Mercedes. (Max Verstappen)
”Besok akan sedikit lebih hangat dan itu bisa menjadi keuntungan bagi kami. Mercedes dalam level yang berbeda, tetapi kita lihat bagaimana kami bekerja besok. Tahun lalu, kami tidak terlalu bagus di kualifikasi. Jadi, saya berharap kami bisa lebih baik dalam balapan (kali ini). Kami tidak memiliki beban. Saya akan berusaha dan membuat (balapan) nanti sesulit mungkin bagi Mercedes,” tegas Verstappen seusai kualifikasi, Sabtu.
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pilihan ban bisa menguntungkan Red Bull, kita bisa menengok kembali balapan seri Austria pada musim 2019. Musim lalu, pebalap muda Ferrari, Charles Leclerc, meraih pole position di Red Bull Ring. Lalu, posisi kedua ditempati Hamilton, disusul Verstappen, dan Bottas.
Diapit dua pebalap Mercedes membuat strategi pit stop lebih rumit bagi Red Bull. Namun, nyatanya mereka bisa menyelesaikan tantangan itu. Bahkan, Verstappen finis terdepan setelah mendahului Leclerc saat balapan menyisakan dua lap.
Verstappen, musim lalu, mengawali balapan dengan ban medium sama seperti Bottas dan Hamilton. Namun, Bottas masuk pit pada lap ke-21 untuk mengganti dengan ban keras. Ini diikuti oleh Leclerc yang masuk pit pada lap ke-22, juga untuk mengganti dengan ban keras. Sementara Hamilton, yang menjaga Verstappen supaya tidak mengambil alih balapan, masuk pada lap ke-30 untuk mengganti ban dengan kompon keras.
Verstappen baru masuk pit pada lap ke-31 dan juga menggunakan ban kompon keras. Dia masuk pit terakhir dan diuntungkan dengan ban yang lebih segar. Pebalap muda asal Belanda itu melesat ke depan dan menempel Leclerc yang memimpin balapan. Manuver agresif Verstappen berbuah kemenangan kedua beruntun di Red Bull Ring setelah 2018.
Strategi ini bisa kembali menguntungkan bagi Verstappen, apalagi dia satu-satunya pebalap di 10 besar yang akan mengawali balapan dengan ban kompon medium. Pilihan strateginya menjadi lebih luas untuk mengalahkan Hamilton dan Bottas.
Kondisi ini sekaligus menguji paket perbaikan yang dilakukan Mercedes, terutama dalam sistem pendingin. Pada 2018, kedua mobil mereka tidak finis karena rusak di sirkuit yang panas ini. Sementara pada 2019, solusi pendingin mesin belum maksimal sehingga Hamilton dan Bottas tidak bisa memacu mobil dengan maksimal setelah penggantian ban.
Lantas, musim ini, Mercedes mengklaim telah menemukan solusi pendinginan mesin untuk menyiasati penurunan performa di Red Bull Ring.
Misteri Ferrari
Selain persaingan Red Bull dan Mercedes, para penggemar F1 juga menanti apakah Ferrari bisa bangkit setelah pebalapnya hanya bisa start dari posisi P7 dan P11. Atau, justru Ferrari jatuh ke level tengah, kalah dari Racing Point dan McLaren. Pertarungan strategi tim-tim balap ini akan terjawab saat lampu hijau menyala di Red Bull Ring pada Minggu ini pukul 20.10 WIB.