Mikrotrans Lebih Mudah Terapkan Protokol Kesehatan
›
Mikrotrans Lebih Mudah...
Iklan
Mikrotrans Lebih Mudah Terapkan Protokol Kesehatan
Sistem pengelolaan angkutan umum berperan penting dalam menegakkan protokol kesehatan. Hal ini terbukti di angkutan mikro yang beroperasi di Jakarta.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sistem Jak Lingko membuat protokol kesehatan lebih mudah diterapkan di angkutan mikrotrans ketimbang di angkutan mikro reguler lainnya. Sejumlah 69 rute mikrotrans dioperasikan sejak 1 Juli lalu setelah dihentikan saat pandemi Covid-19 merebak di Jakarta.
Dalam sistem Jak Lingko yang dioperasikan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), sopir miktrotrans bergaji tetap. Pengoperasian mobil diatur berdasarkan kebutuhan penumpang dan jarak antarkendaraan. Hingga Minggu (5/7/2020), penumpang mikrotrans masih dibebaskan dari biaya, tetapi diharuskan memindai kartu Jakcard atau Jak Lingko.
Adapun pendapatan sopir angkutan mikro reguler, seperti mikrolet, tergantung pada jumlah penumpang.
Berdasarkan pantauan pada Minggu (5/7/2020) siang, sopir dan penumpang mikrotrans JAK-14 rute Tanah Abang-Meruya sama-sama mengenakan masker. Imbauan untuk memakai masker pun tertera di kaca mobil.
Jarak fisik antarpenumpang diatur dengan memberi tanda silang di bangku. Bangku panjang yang biasanya berkapasitas enam orang kini hanya boleh diduduki maksimal tiga orang. Sementara bangku pendek yang biasanya bisa diduduki empat orang kini hanya diisi dua orang. Ketika semua bangku sudah terisi, sopir tidak boleh lagi menaikkan penumpang.
Situasi berbeda terlihat pada mikrolet M08 jurusan Tanah Abang-Kota. Ketika mengetem di depan Terminal Tanah Abang, sopir tak mengenakan masker. Dua penumpang di mobil duduk berdekatan tanpa memperhatikan jarak. Tempat duduk pun tak diberi tanda silang.
Sopir miktrotrans, Hilman (63), menuturkan, selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, sopir beroperasi dengan pola ganjil genap. Jika angka terakhir nomor koperasi mobil merupakan bilangan ganjil, sopir mobil itu hanya bekerja di tanggal ganjil. Begitu juga sebaliknya.
Dengan demikian, lanjut Hilman, beban kerja sopir mikrotrans hanya separuh dari situasi normal. Dia belum mengetahui konsekuensi beban kerja terhadap gaji bulanan. Dia dan teman-temannya sedang bertanya kepada koperasi terkait hal ini.
Biasanya, sopir mikrotrans memiliki gaji setara dengan besaran Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta. Saat ini, UMP Jakarta adalah 4,2 juta. Menurut Hilman, gaji setara Rp 4,2 juta itu belum sempat dirasakan sopir. ”Karena keburu Covid-19, jadi gaji terakhir itu masih Rp 3,9 juta, pakai UMP lama,” ujarnya ketika ditemui di Tanah Abang.
Selama tidak beroperasi, sopir mikrotrans mendapat subsidi. ”Ada yang dapat Rp 800.000 per bulan, ada yang dapat Rp 400.000, tergantung koperasinya,” ucapnya.
Dengan pola operasi gaji tetap itu, sopir mikrotrans memiliki batas minimal rit per hari. Hilman, misalnya, harus bisa menyelesaikan perjalanan selama empat rit per hari. Jika bisa melewati target harian, sopir mikrotrans dibayar sekitar Rp 1.000 per kilometer. ”Kalau saya sanggup lima rit per hari, satu rit terakhir itu yang dibayar per kilometer,” katanya lagi.
Kekhawatiran soal gaji pun menjadi perbincangan sejumlah sopir mikrotrans di Jakarta Utara. Mereka berharap pengurangan jadwal operasional tidak berdampak pada pemotongan gaji pokok.
Dihubungi terpisah, Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transjakarta Nadia Diposanjoyo menyatakan, gaji sopir mikrotrans tetap dibayarkan melalui operator. Besarannya disesuaikan dengan jadwal operasional sopir.
”Biar tidak salah, (saya) kudu cek dulu, ya. Tetapi, seingat saya, (gaji) disesuaikan dengan (jadwal) operasional,” jelasnya.
Terkait penerapan protokol kesehatan, Nadia mengatakan, sopir akan terkena sanksi tidak boleh beroperasi apabila kedapatan tidak menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker saat bertugas. Bila terkena sanksi, sopir tidak akan menerima pendapatan. Adapun penumpang tidak boleh naik bila tidak menaati protokol kesehatan ini.
Adapun terkait protokol kesehatan di angkutan mikro reguler, Ketua Mikrolet M08 Simbolon menyatakan, anggotanya tidak lagi menerapkan pembatasan penumpang. Di tengah seretnya jumlah penumpang, pendapatan adalah hal utama yang dipikirkan sopir. ”Sekarang saja penumpang masih sangat sepi,” katanya.
Kompas pun menjajal dua rute mikrolet reguler. Mikrolet M08 dengan rute Tanah Abang-Kota pada Minggu siang itu hanya berisi tiga penumpang, termasuk Kompas. Sementara di M09 tujuan Tanah Abang-Kebayoran Lama, sopir hanya membawa satu penumpang hingga Pasar Palmerah.