Singapura Gamang Izinkan Warga Melancong ke Luar Negeri, Termasuk Kepri
›
Singapura Gamang Izinkan Warga...
Iklan
Singapura Gamang Izinkan Warga Melancong ke Luar Negeri, Termasuk Kepri
Pemerintah Singapura menyatakan belum akan membuka izin perjalanan wisata ke Indonesia dalam waktu dekat. Hal ini dikhawatikan mengganggu persiapan pembukaan kawasan wisata di Kepulauan Riau.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pemerintah Singapura menyatakan belum akan membuka izin perjalanan wisata bagi warganya ke Indonesia dalam waktu dekat. Kondisi ini dikhawatirkan berdampak bagi rencana pembukaan destinasi pariwisata di Kepulauan Riau. Terlebih Singapura adalah pasar utama yang menyumbang sekitar 40 persen dari total 2,8 juta kunjungan di Kepulauan Riau pada 2019.
Saat berkunjung ke Batam, Kamis (2/7/2020), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan telah menelepon Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakhrisnan untuk membuka akses pelancong dari ”Negeri Singa” ke Batam dan Bintan. Wisatawan dari Singapura direncanakan mulai bisa berkunjung kembali setelah pemilu Singapura dilaksanakan pada 10 Juli.
”Lagoi (di Bintan) sudah siap menerima turis karena di sana (kasus) Covid-19 hampir nol. Tadi juga diminta supaya (turis) bisa masuk ke Batam. Nanti saya akan telepon (Menteri Vivian ),” kata Luhut.
Namun, sehari setelah kunjungan Luhut ke Batam, Kementerian Luar Negeri Singapura membantah kabar akan membuka akses wisata warganya ke Kepulauan Riau (Kepri). Dalam siaran pers di laman resmi mereka disebutkan, dalam percakapan lewat telepon itu, Luhut dan Vivian membahas pentingnya menjaga hubungan bilateral di tengah pandemi Covid-19. Tidak ada pembahasan spesifik mengenai pertukaran turis antara kedua negara.
”Singapura tengah membuka perbatasan secara bertahap dengan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan warga serta tamu internasional. Saat ini, warga Singapura masih diimbau menunda segala jenis perjalanan ke luar negeri,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Singapura dalam pernyataan tertulis itu.
Saat ini, warga Singapura masih diimbau untuk menunda segala jenis perjalanan ke luar negeri.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pariwisata Bintan Wan Rudy Iskandar, Minggu (5/7/2020), mengatakan, persiapan pariwisata normal baru di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Lagoi masih terus berjalan. Pelaku industri wisata tengah fokus mematangkan kerja sama antar-resor untuk melaksanakan protokol pencegahan Covid-19.
Pantai Lagoi berada di bagian utara Pulau Bintan yang berdekatan dengan Singapura. Di kawasan itu terdapat 15 hotel dan resor dengan jumlah pekerja sekitar 4.000 orang. Pada 2019, pengunjung di Lagoi mencapai 1,2 juta wisatawan. Lebih kurang 250.000 orang di antaranya berasal dari Singapura.
Pariwisata Lagoi menyumbang Rp 170 miliar dari total Rp 300 miliar pendapatan asli daerah (PAD) Bintan. Namun, sekitar tiga bulan terakhir, pariwisata Bintan surut karena pandemi Covid-19.
Rudy menjelaskan, pengawasan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan wisatawan di Lagoi lebih mudah dilakukan karena kawasan itu terpisah dari permukiman penduduk. Lagoi hanya bisa diakses melalui dua pintu, yakni pelabuhan internasional dari Singapura dan akses darat dari Bintan.
”Kami akan menawarkan paket wisata long stay dengan harga khusus promosi. Saya yakin ini menarik untuk warga Singapura yang sudah bosan terkurung dalam apartemen selama berbulan-bulan,” ujar Rudy.
Konsep pariwisata normal baru di Bintan akan dilaksanakan secara bertahap. Segmen yang akan dibidik lebih dulu adalah kalangan pebisnis ekspatriat di Bintan serta daerah sekitarnya. Setelah hal itu terlaksana dengan aman, secara bertahap pengelola akan membidik segmen wisatawan lain, yaitu negara tetangga terutama Singapura, kemudian pelancong sejumlah kapal pesiar.
Di Singapura, ada sekitar 1,5 juta pekerja ekspatriat dari negara lain yang merupakan potensi besar bagi pasar pariwisata Bintan. Jika Singapura kembali mengizinkan warganya untuk berwisata ke Bintan, okupansi resor di Lagoi yang selama pandemi nyaris selalu kosong diperkirakan akan naik paling sedikit menjadi 35 persen.
”Lagoi menawarkan konsep pariwisata normal baru yang bersih, sehat, dan aman. Pada masa pandemi, pekerja di Lagoi harus tinggal di mes selama 14 hari agar kondisinya dapat terpantau dengan baik. Untuk memastikan penerapan jaga jarak, fasilitas di semua resor Lagoi juga dibatasi hanya setengah dari kapasitas asli,” kata Rudy.
Hal ini selaras dengan program cleanliness, health and safety (CHS) yang dirancang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pada akhir Mei, tiga daerah, yaitu Bali, Yogyakarta, dan Kepri, dipilih untuk uji coba penerapan program ini. Program CHS diharapkan mulai efektif pada Agustus.
Sementara itu, sejak 1 Juli, Badan Pariwisata Singapura membuka kembali 13 destinasi wisata lokal di sana. Menurut Rudy, hal ini merupakan sinyal positif. Ia yakin, nantinya Pemerintah Singapura secara bertahap juga akan membuka akses ke Lagoi yang merupakan destinasi wisata unggulan terdekat. Perjalanan dari Singapura ke Lagoi bisa ditempuh sekitar 45 menit menggunakan kapal laut.
”Kami tetap berharap Singapura akan membuka akses ke Bintan setelah Pemilu pada 10 Juli. Untuk memudahkan wisatawan mancanegara masuk, kami juga telah mengajukan surat melalui gubernur kepada pemerintah pusat untuk merevisi Peraturan Kementerian Hukum dan HAM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pembatasan Warga Negara Asing,” ucap Rudy.