Sopir Taksi Daring Tewas Setelah Dirampok di Bekasi
›
Sopir Taksi Daring Tewas...
Iklan
Sopir Taksi Daring Tewas Setelah Dirampok di Bekasi
Seorang sopir taksi daring menjadi korban pembunuhan di Rawalumbu, Bekasi Timur, Jawa Barat. Korban ditemukan tewas dengan luka akibat senjata tajam di bagian leher.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Sopir taksi daring tewas seusai dirampok di Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (5/7/2020) dini hari. Polisi masih menggali informasi untuk mengejar pelaku yang diduga adalah penumpang.
Korban perampokan dan pembunuhan berinisial K (46). Ia merupakan warga Perumahan Grha Melati, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Bekasi Timur Inspektur Satu Arfa Wahid menjelaskan, korban terluka parah di bagian leher kiri diduga karena senjata tajam. Korban ditemukan terluka di Jalan Kapuk Raya, Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Mobilnya dirampas.
”Korban masih hidup saat ditemukan oleh saksi yang menolong pertama kali. Hanya saja, dia tidak bisa bicara karena lukanya parah. Hanya bisa menyampaikan keterangan lewat tulisan. Anggota (polisi) lalu membawa korban ke RSUD Kota Bekasi,” kata Arfa saat dihubungi.
Menurut keterangan saksi yang pertama kali menolong korban sesuai yang disampaikan dalam laporan kepolisian, saat itu kondisi di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) sangat sepi. Saksi dilapori ada seseorang tergeletak di depan pintu gerbang sebuah bengkel sepeda motor.
Karena situasi di TKP sangat sepi, saksi kemudian meminta bantuan polisi. Setelah dibawa ke RSUD Kota Bekasi, korban dinyatakan tewas. Polisi kemudian memanggil istri korban untuk dimintai keterangan.
Dari keterangan sang istri, korban keluar rumah pada malam harinya sekitar pukul 20.00. Saat itu, korban mendapat pesanan lewat aplikasi untuk mengantar penumpang ke Bekasi Timur.
Polisi kemudian bergerak mengumpulkan keterangan saksi-saksi, termasuk mendatangi kantor aplikator tempat korban bekerja sebagai mitra. Namun, Arfa enggan memberikan keterangan lebih lanjut. Sebab, saat ini kasusnya telah ditangani Satuan Reserse Kriminal Polrestro Kota Bekasi.
”Setelah itu, kami cuma antar otopsi ke RS Kramat Jati. Saksi juga tidak ada yang tahu persis bagaimana kejadiannya karena korban saat itu sendiri,” kata Arfa.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestro Bekasi Ajun Komisaris Besar Hery Purnomo belum bersedia mengungkapkan kemajuan penyelidikan. ”Kasusnya sedang dalam penyelidikan. Nanti kalau informasinya sudah utuh akan kami sampaikan ke media,” katanya.
Perampokan yang berujung pembunuhan terhadap sopir taksi daring sebelumnya terjadi di Pulogadung, Jakarta Timur, 30 April 2020. Sopir taksi daring ditemukan tewas tanpa identitas dengan luka di punggung dan kepala. Pelaku, I (23), ditangkap sehari setelahnya. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus saat jumpa pers menjelaskan, pelaku membunuh korban karena faktor ekonomi.
”Pelaku terlilit utang Rp 11 juta. Salah satu beban utang yang harus segera dilunasi adalah biaya persalinan istri. Situasi tersebut membuat pelaku mencari jalan pintas merencanakan pencurian mobil,” kata Yusri.
Perlindungan lemah
Kriminolog Universitas Indonesia, Josias Simon, berpendapat, sopir taksi daring ataupun konvensional sejak dulu sangat rentan menjadi korban perampokan. Ia menilai p,erlindungan keamanan bagi sopir taksi daring hingga saat ini masih lemah.
Sebagai antisipasi, sopir taksi daring ataupun pihak aplikator bisa memasang pembatas antara penumpang dan sopir. Hal itu seperti yang dilakukan perusahaan taksi di Amerika Serikat. Di sana ada semacam dinding pembatas antara penumpang dan sopir taksi sehingga bisa meminimalkan tindakan kekerasan terhadap sopir.
Selain itu, ia menyarankan sopir taksi daring ataupun konvensional bisa lebih waspada ketika melayani penumpang di luar jam-jam kerja kantoran. Malam hingga subuh menjadi jam-jam rawan perampokan. Josias menambahkan, para sopir tidak perlu sungkan untuk menyapa dan menanyakan barang bawaan penumpang. Terlebih bagi penumpang yang membawa barang mencurigakan.
”Sopir bisa meningkatkan kewaspadaan kalau di tengah perjalanan penumpang tiba-tiba membelokkan arah atau meminta diantar ke tujuan yang berbeda. Biasanya di sana pelaku beraksi,” katanya.