Berharap pada Wisatawan Domestik
Momentum masa transisi menuju normal baru di sektor pariwisata diharapkan mampu menghidupkan kembali sektor pariwisata di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, melalui kunjungan wisatawan domestik.
Momentum masa transisi menuju normal baru di sektor pariwisata diharapkan mampu menghidupkan kembali sektor pariwisata di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, melalui kunjungan wisatawan domestik.
Hasil survei panel dari tanggapan para pakar pariwisata yang dipublikasikan Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) menunjukkan sebagian besar masyarakat dunia mengharapkan pariwisata domestik di setiap negara dapat segera pulih. Dalam survei yang dirilis Mei 2020 tersebut, responden mengharapkan bulan Juli-September tahun ini sebagai saat pemulihan.
Ada sekitar 24 persen responden yang mengharapkan wisata internasional dapat segera pulih dalam rentang Juli-September. Sementara sekitar 45 persen responden berharap rentang bulan yang sama tersebut menjadi momentum awal memulihkan kondisi pariwisata dalam negeri. Hal itu berarti lebih banyak responden mengharapkan wisatawan domestik menjadi penyelamat sektor pariwisata di tiap-tiap negara untuk sementara ini.
Baca juga : Pariwisata Kepri Terus Siapkan Normal Baru
Setelah kunjungan turis domestik membaik, baru kemudian membangkitkan pariwisata internasional di tiap kawasan. Ada sejumlah negara yang kini mulai membuka pariwisatanya, seperti Siprus, Thailand, Perancis, Meksiko, dan Turki. Perancis, Meksiko, dan Turki telah membuka beberapa obyek wisatanya, tetapi sementara ini khusus untuk masyarakat lokal.
Di Perancis, pemerintah mulai membuka pantai, mengizinkan perjalanan kendaraan hingga 100 kilometer, dan memperbolehkan kunjungan sejumlah museum. Di Meksiko, beberapa obyek wisata dibuka secara bertahap. Wisatawan domestik Meksiko diizinkan terlebih dahulu, baru diikuti wisatawan Amerika, Kanada, dan selanjutnya negara lain.
Turki juga melakukan hal serupa. Pariwisata domestik di negara ini dibuka sejak Mei lalu dan selanjutnya bertahap pada Juni-Juli mulai membuka diri untuk pelancong internasional. Sementara itu, di Thailand, semua pariwisata saat ini lebih diprioritaskan bagi warga setempat. Pelancong dari luar negeri dilarang masuk untuk sementara ini.
Baca juga : Tantangan Maskapai Dunia Hadapi Pandemi Covid-19
Namun, Pemerintah Thailand berencana membuka paket wisata internasional jangka panjang ke daerah-daerah terpencil. Tujuannya untuk memudahkan pemantauan kesehatan para wisatawan tersebut. Dari sejumlah negara itu, Siprus adalah negara yang cukup unik dalam membangkitkan pariwisatanya.
Pemerintah Siprus bahkan bersedia menanggung biaya para wisatawan yang terkena korona selama kunjungan ke negerinya. Semua biaya menginap, makan, minum, dan obat-obatan akan diberikan secara gratis. Termasuk memberikan fasilitas hotel karantina bagi keluarga pasien atau kontak dekat para wisatawan yang terkena korona tersebut. Hal ini tentu menjadi daya tarik bagi wisatawan agar tidak ragu dan khawatir lagi saat mengunjungi Siprus untuk berwisata.
Andil wisatawan domestik
Langkah yang mulai diambil di sejumlah negara menunjukkan wisatawan domestik kini menjadi tumpuan utama kebangkitan kembali sektor pariwisata. Hal serupa dilakukan Indonesia. Untuk saat ini ada sejumlah obyek wisata unggulan di Indonesia yang telah dibuka, di antaranya Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko yang mulai dibuka Juni lalu.
Ada pula obyek wisata di kawasan Samosir, Danau Toba, yang, menurut rencana, akan dibuka untuk turis mulai Juli ini. Di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, ada sejumlah obyek wisata alam yang akan segera dibuka untuk dikunjungi. Obyek wisata yang dimaksud adalah Taman Nasional Gunung Rinjani, wisata air di tiga gili (Trawangan, Air, dan Meno), Pulau Moyo, serta kawasan Mandalika.
Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur yang terkenal dengan Pulau Komodo, telah dibuka sejak Juni lalu, baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. Berbagai obyek wisata tersebut tentu berupaya menerapkan protokol kesehatan bagi semua pengunjungnya. Salah satu yang relatif ketat adalah di obyek wisata purbakala candi, seperti di Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.
Baca juga : Borobudur Dibuka Terbatas
Para pengunjung di ketiga obyek wisata ini diminta membeli tiket secara daring. Pengelola juga menyiapkan sarana cuci tangan di beberapa lokasi. Semua pengunjung wajib mengenakan masker, menjaga jarak antarpengunjung, dan menghindari kerumunan. Jumlah pengunjung pun dibatasi, maksimal 25 persen total kapasitas normal.
Pentingnya wisatawan domestik
Penyelamatan pariwisata nasional dari keterpurukan penting dilakukan. Menurut laporan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pada Mei lalu, setidaknya ada 1.700 hotel yang berhenti operasi akibat terdampak Covid-19. Kondisi ini tentu saja berpengaruh besar pada keberlangsungan karyawan yang bekerja di usaha tersebut.
Berdasarkan catatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Mei lalu, setidaknya sudah lebih dari 1 juta pekerja di sektor pariwisata yang dirumahkan. Sejumlah usaha pariwisata juga telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya hingga sekitar 375.000 orang. Selain itu, ada sekitar 314.000 pekerja informal di bidang wisata yang terkena dampak.
Secara kumulatif, jumlah pekerja pariwisata terdampak korona setidaknya mencapai sekitar 1,7 juta orang. Pada akhir tahun lalu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, setidaknya ada sekitar 8,5 juta orang yang bekerja di sektor usaha akomodasi dan makan-minum. Artinya, dengan adanya wabah korona ini, untuk sementara jumlah pekerja di sektor akomodasi ini menyusut menjadi kurang dari 7 juta orang.
Potensi wisatawan Nusantara tak bisa dipandang sebelah mata.
Hal ini tentu akan diiringi dengan penurunan kontribusi sektor akomodasi dan makan-minum bagi produk domestik bruto (PDB). Besar kontribusi yang pada tahun lalu mencapai Rp 333 triliun hampir mustahil dapat tercapai pada tahun ini. Mencapai setengahnya saja sepertinya sudah sangat baik.
Potensi wisatawan Nusantara tak bisa dipandang sebelah mata. Dalam satu tahun, belanja wisatawan Nusantara secara kumulatif lebih banyak daripada turis asing.
Berdasarkan Neraca Satelit Pariwisata (Nesparnas) 2017, BPS, total pengeluaran biaya turis asing di Indonesia sekitar Rp 198 triliun. Angka ini terpaut jauh dari pengeluaran wisatawan domestik yang mencapai nominal Rp 253 triliun. Ini menunjukkan pariwisata dalam negeri sangat berperan besar dalam menyelamatkan pariwisata Indonesia dalam masa sulit seperti ini.
Oleh sebab itu, apabila pada Juli ini pariwisata domestik mulai dibuka di sejumlah tempat, akan ada harapan besar sektor ini segera membaik. Tenaga kerja wisata yang saat ini berkisar 6 juta-7 juta orang itu dapat terselamatkan. Pemasukan wisata dari belanja para turis Nusantara dapat kembali dikumpulkan. Meski tak sebanyak biasanya, setidaknya ada pengeluaran belanja para turis domestik yang dapat menggerakkan perekonomian pariwisata. (LITBANG KOMPAS)