Di Tengah Pandemi Covid-19, PLN Terus Garap Proyek Ketenagalistrikan
›
Di Tengah Pandemi Covid-19,...
Iklan
Di Tengah Pandemi Covid-19, PLN Terus Garap Proyek Ketenagalistrikan
Di masa pandemi Covid-19, PLN terus memperkuat pasokan listrik di sejumlah wilayah. Penambahan pasokan listrik sebaiknya diimbangi dengan mutu pasokan daya yang merata di seluruh Indonesia.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) terus menuntaskan proyek ketenagalistrikan di wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Saat ini, PLN tengah menguji coba pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU Malinau di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, yang berkapasitas 6 megawatt.
Hingga Juni lalu, kemajuan pembangunan pembangkit ini mencapai 93,42 persen. Beroperasinya PLTU Malinau kian memperkuat pasokan listrik di wilayah tersebut.
”Pembangkit ini siap beroperasi karena dua infrastruktur pendukungnya, yaitu Gardu Induk Malinau 150 kilovolt dan transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi Tidang Pale-Malinau telah siap beroperasi untuk mengintegrasikan daya listrik yang dihasilkan dari PLTU Malinau nanti,” ujar General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Kalimanan Bagian Timur Muhammad Ramadhansyah dalam keterangan resmi pada Minggu (5/7/2020) malam.
Saat ini, daya pembangkit yang ada di Kabupaten Malinau sebesar 9,4 megawatt, sedangkan beban puncak di kabupaten ini mencapai 8,9 megawatt. PLTU Malinau ini nanti akan menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel yang berbahan bakar solar.
”Kami menargetkan akhir tahun ini proyek PLTU Malinau tuntas dan segera mengalirkan listrik ke masyarakat untuk menggantikan pembangkit bertenaga diesel. Penghematannya mencapai Rp 4,9 miliar per bulan atau hampir Rp 60 miliar setahun,” ucap Ramadhansyah.
Penghematannya mencapai Rp 4,9 miliar per bulan atau hampir Rp 60 miliar setahun.
Pembangunan PLTU Malinau menyerap tenaga kerja 150 orang dengan pemakaian tingkat kandungan lokal sebesar 70 persen.
Selain terus menuntaskan proyek PLTU Malinau di masa pandemi Covid-19, PLN juga tengah menggarap proyek jaringan transmisi bawah tanah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Di kota itu, PLN membangun dua jaringan transmisi bawah tanah yang masing-masing bertegangan tinggi 150 kilovolt, yaitu transmisi Kima-Daya Baru dan Tanjung Bunga-Bontoala.
General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Sulawesi Bagian Selatan I Putu Riasa mengemukakan, kemajuan proyek ini sudah mencapai 70 persen. Jaringan tersebut akan memperkuat keandalan pasokan listrik di wilayah Sulawesi Selatan.
”Untuk transmisi Tanjung Bunga-Bontoala ditargetkan rampung pada Juli 2020, sedangkan transmisi Kima-Daya Baru direncanakan tuntas pada akhir tahun ini,” kata Putu Riasa.
Transmisi Kima-Daya Baru melintas dari Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, menuju Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Panjang lintasan transmisi ini mencapai 16,47 kilometer. Adapun transmisi Tanjung Bunga-Bontoala melintas dari Kecamatan Mamajang hingga Kecamatan Talamate di Kota Makassar sepanjang 11,09 kilometer.
Salah satu upaya meningkatkan pasokan dan memperbaiki kualitas akses listrik di Indonesia adalah dengan mengoptimalkan sumber energi terbarukan di masing-masing wilayah.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengingatkan pemerintah untuk memperbaiki mutu pasokan listrik di Indonesia meski rasio elektrifikasi mencapai hampir 100 persen. Rasio elektrifikasi adalah perbandingan jumlah penduduk yang mengakses listrik dengan jumlah populasi di suatu wilayah. Per 2019, rasio elektrifikasi di Indonesia mencapai 98,89 persen.
Menurut Fabby, program elektrifikasi yang diluncurkan pemerintah pada umumnya masih menyediakan akses listrik dengan kualitas tier 1, seperti pada program pembagian lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE). Kategori ini adalah kategori untuk akses listrik dengan tingkat daya sangat rendah, yakni di bawah 50 watt. Tier 1 hanya cukup untuk penerangan lampu bohlam atau untuk pengisian daya perangkat telepon seluler.
”Sedangkan masyarakat yang mendapat aliran listrik dari pembangkit PLN sebagian besar mendapat akses listrik dengan kualitas tier 4 (800 watt-2.000 watt), bahkan tier 5 (di atas 2.000 watt). Perbedaan ini dapat mempengaruhi manfaat dan efektivitas listrik yang diterima masyarakat yang terkait dengan produktivitas ekonomi,” tuturnya.
Salah satu upaya meningkatkan pasokan dan memperbaiki kualitas akses listrik di Indonesia adalah dengan mengoptimalkan sumber energi terbarukan di masing-masing wilayah. Sumber energi terbarukan tersebut, antara lain, adalah tenaga surya, bayu, atau tenaga mikrohidro. Walaupun potensi energi terbarukan di Indonesia besar, pemanfaatannya belum optimal.