Keberadaan burung rangkong di wilayah Pulau Jawa kian terancam. Hal itu disebabkan terus menyusutnya hutan sebagai habitat spesies burung ini dan maraknya perburuan liar.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun tidak sebanyak di Sumatera, Kalimantan, atau Sulawesi, ekosistem burung rangkong juga terdapat di Jawa. Tercatat tiga jenis rangkong pernah ditemui di Jawa. Namun, keberadaan rangkong di Jawa terancam karena menyusutnya hutan sebagai habitat spesies burung ini dan perburuan liar.
Pendiri dan peneliti lembaga Rangkong Indonesia, Yokyok Hadiprakasa, menyampaikan, tiga jenis burung rangkong yang pernah ditemui di Jawa ialah kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris), julang emas (Rhyticeros undulatus), dan rangkong badak atau enggang cula spesifik Jawa (Buceros rhinoceros).
Sepanjang tahun 1975-2018, Fasilitas Informasi Keanekaragaman Hayati Global (GBIF) mencatat perjumpaan burung rangkong di Jawa. Data perjumpaan dikumpulkan dari obervasi langsung di lokasi dan dari sampel museum.
Dari data GBIF tersebut, kangkareng perut putih dijumpai di Jawa sebanyak 129 kali, julang emas 88 kali, dan enggang cula 25 kali. Ketiga jenis burung rangkong itu mayoritas dijumpai di wilayah hutan di Banten dan Jawa Timur.
”Perjumpaan dengan enggang cula sangat minim. Apakah mereka akan menuju kepunahan atau bisa beradaptasi, sampai kini belum ada yang bisa menjawabnya dari sisi ilmiah,” ujar Yokyok dalam diskusi daring yang diprakarsai Pusat Kajian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) Universitas Negeri Semarang (Unnes), di Jakarta, Senin (6/7/2020).
Meski beberapa kali pernah dijumpai, populasi rangkong di Jawa kian terancam karena menyusutnya luas hutan sebagai habitat burung. Hal ini diperparah oleh terfragmentasinya sebagian besar hutan besar di Jawa sejak puluhan tahun lalu dan berubah menjadi hutan berpetak.
Berdasarkan data penutupan lahan 2014 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdapat 275 petak hutan di Jawa dengan luas yang beragam antara 2 hektar hingga lebih dari 59.000 hektar. Petak hutan tersebar di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Namun, di tengah ancaman menyusutnya habitat ini, Yokyok meyakini rangkong secara ekologi dapat beradaptasi dengan kondisi di Jawa. Sebab, meski hanya petak hutan, masih banyak tutupan lahan di Jawa yang diperuntukkan sebagai perkebunan pohon jati atau tanaman masyarakat.
Keyakinan Yokyok itu juga berkaca dari hasil risetnya terhadap rangkong di Lampung yang menyatakan kepadatan rangkong dipengaruhi oleh pohon pakan. Selain itu, bagi rangkong hutan dijadikan sebagai batu loncatan. Artinya, rangkong bisa beradaptasi dalam kondisi hutan yang terfragmentasi selama masih dalam jangkauan terbang rangkong tersebut.
”Habitat utama rangkong memang di dalam hutan. Tetapi, untuk mencari makan, mereka bisa memanfaatkan tutupan lahan lainnya. Kondisi di Jawa juga kuat sekali dengan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) maupun banyaknya perkebunan rakyat,” tuturnya.
Ancaman
Peneliti Pusat Kajian SDAL Unnes, Margareta Rahayuningsih, mengemukakan, pihaknya telah meneliti julang emas yang berada di kawasan Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, selama sembilan tahun. Kawasan Gunung Ungaran menjadi habitat rangkong dan jenis burung penting lain karena masih memiliki hutan alami seluas 5.500 hektar dan bentang alam unik.
Habitat utama rangkong memang di dalam hutan. Tetapi, untuk mencari makan, mereka bisa memanfaatkan tutupan lahan lainnya.
Warga di kawasan ini kerap menyebut rangkong dengan sebutan burung gogik. ”Pada awal penelitian tahun 2011 dan 2012, kami masih banyak menemui julang emas di Gunung Ungaran. Tetapi, akhir-akhir ini kami hanya melihat satu kelompok itu lima burung, sedangkan dulu bisa sampai 10 burung,” ujarnya.
Ancaman kepunahan rangkong terjadi karena habitatnya yang sering terjadi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau. Sementara dari faktor eksternal, maraknya perburuan dan perdagangan satwa liar juga membuat populasi rangkong kian terancam.
”Yang sering diburu itu anakan julang emas karena lebih mudah diambil. Mereka menjebol sarang dan mengambilnya. Yang terakhir kami menemukan ada julang hasil perburuan dan setelah dirontgen, terdapat dua bekas senapan angin,” katanya.