Kapan Sebaiknya Mengenakan Masker Saat Bersepeda di Tengah Pandemi
›
Kapan Sebaiknya Mengenakan...
Iklan
Kapan Sebaiknya Mengenakan Masker Saat Bersepeda di Tengah Pandemi
Demam sepeda melanda sebagian orang di Indonesia selama pandemi. Siasat bersepeda aman perlu dipahami agar terhindar dari potensi paparan Covid-19.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di media sosial, beberapa hari ini beredar foto sejumlah selebritas tengah bersepeda, tetapi tak mengenakan masker. Sebenarnya, seberapa penting mengenakan masker saat bersepeda di tengah pandemi Covid-19 ini?
Pemain film dan model Sigi Wimala merupakan salah seorang selebritas yang aktif membagikan kegiatan fisiknya di media sosial. Akhir-akhir ini, feed Instagram-nya menampilkan visual saat ia bersepeda. Ia mengatakan, bersepeda merupakan olahraga rutinnya selama pandemi.
”Dari dulu aku sudah bersepeda. Tapi, aku jadi lebih rutin bersepeda saat pandemi. Dulu bersepeda hanya dua kali seminggu, sedangkan sekarang setiap hari,” kata Sigi saat dihubungi dari Jakarta, Senin (6/7/2020).
Untuk mengurangi potensi terpapar virus korona baru di luar rumah, Sigi memilih untuk bersepeda virtual. Ia memanfaatkan Zwift, gim daring yang diperuntukkan bagi pesepeda yang bisa dimainkan beramai-ramai. Bersepeda virtual sekilas tampak seperti menggunakan sepeda statis. Bedanya, ada visual dari rute yang ditempuh pada gim ini pada layar gawai ataupun televisi di rumah.
Sigi mengatakan bersepeda di luar rumah 2-3 kali seminggu. Ia bersepeda dengan teman-temannya dalam kelompok kecil yang berjumlah sekitar enam orang. Untuk menjaga kesehatan dan keamanan bersama, mereka menerapkan prinsip jaga jarak. Menilik foto dan video di Instagram, masker tidak tentu digunakan saat bersepeda.
”Mengenakan masker saat bersepeda itu tergantung tingkat keseriusan (intensitas olahraga). Tentu bisa bermasker jika bersepeda santai. Tapi, kalau napas sudah engap (napas tersengal), ya, tidak pakai masker,” kata Sigi.
”Aku pribadi bersepeda dengan intensitas sedang sampai tinggi,” tambahnya.
Walau tidak bisa mengenakan masker saat berolahraga, Sigi mencoba mematuhi protokol kesehatan bersama kawan-kawannya. Mereka tidak lagi bersalaman atau melakukan tos. Mereka juga bersepeda dengan anggota kelompok yang tetap. Tidak ada anggota baru dalam kelompok itu. Adapun beberapa temannya telah beberapa kali melakukan tes cepat Covid-19.
”Yang penting bagiku adalah mengikuti anjuran WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Aku menjalani yang aku bisa (untuk membagikan gaya hidup sehat dan mematuhi protokol kesehatan),” ucap Sigi.
Anjuran bermasker
Dokter spesialis kedokteran olahraga dan dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Zaenal Muttaqin, mengingatkan pentingnya protokol kesehatan saat bersepeda di masa pandemi. Selain helm, masker wajah pun wajib digunakan.
Dikutip dari laman UGM, Zaenal menjelaskan bahwa penggunaan masker dapat menghambat aliran udara ke tubuh. Itu sebabnya, saat mengenakan masker, bersepeda baiknya dilakukan dengan intensitas ringan. Mengenakan masker sambil bersepeda dengan intensitas berat bisa menyebabkan pasokan oksigen dalam tubuh berkurang.
Jika hal itu dilanjutkan, tubuh dapat mengalami hipoksia. Kerja jantung bisa melambat dan menjepit jalur pernapasan yang bisa menyebabkan kematian mendadak saat berolahraga.
”Bersepedalah dengan intensitas ringan. Ketika seseorang bersepeda dan saat berbicara suaranya tidak jelas, itu berarti dia mulai mengalami (olahraga) dengan intensitas berat. Ini berbahaya,” kata Zaenal.
Menurut USA Cycling, bersepeda saat pandemi lebih aman dilakukan sendiri. Bersepeda dalam kelompok hanya dianjurkan bila itu adalah kelompok kecil. Adapun bersepeda dalam kelompok besar dengan orang-orang yang tidak dikenal sangat tidak direkomendasikan.
USA Cycling juga menyarankan agar pesepeda membersihkan kendaraannnya setelah berolahraga. Pesepeda juga dianjurkan mengenakan masker kain dan membawa masker cadangan. Sementara itu, jarak aman antar-pesepeda ialah 20 kaki atau sekitar 6 meter.