Pemerintah Singapura menyatakan belum akan membuka izin perjalanan wisata ke Indonesia dalam waktu dekat. Hal ini membuat rencana pariwisata pada era normal baru di Kepulauan Riau masih dirundung ketidakpastian.
Oleh
PANDU WIYOGA/Saiful Rijal Yunus
·5 menit baca
BATAM, KOMPAS — Persiapan pariwisata di Kepulauan Riau pada era normal baru terus dimatangkan. Wisatawan Singapura menjadi target utama dari pembukaan kembali sektor pariwisata Kepri.
Wisatawan Singapura merupakan pasar utama Kepri, yang menyumbang sekitar 40 persen dari total 2,8 juta kunjungan pada tahun lalu. Kunjungan wisatawan Singapura pada era normal baru diharapkan bisa menggerakkan roda perekonomian yang terseok-seok akibat pandemi Covid-19.
Saat berkunjung ke Batam, Kamis (2/7/2020), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku telah menelepon Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakhrisnan agar membuka akses pelancong dari ”Negeri Singa” ke Batam dan Bintan.
Saat ini, warga Singapura masih diimbau untuk menunda segala jenis perjalanan ke luar negeri.
Wisatawan dari Singapura direncanakan mulai bisa berkunjung kembali setelah pemilihan umum di Singapura dilaksanakan pada 10 Juli mendatang. ”Lagoi (di Bintan) sudah siap menerima turis karena di sana (kasus) Covid-19 hampir nol. Tadi juga diminta supaya (turis) bisa masuk ke Batam. Nanti saya akan telepon (Vivian lagi),” kata Luhut.
Sehari setelah kunjungan Luhut ke Batam, Kementerian Luar Negeri Singapura dalam siaran pers di laman resminya menyebutkan, percakapan lewat telepon Luhut dan Vivian membahas pentingnya menjaga hubungan bilateral di tengah pandemi Covid-19. Namun, tidak ada pembahasan spesifik mengenai pertukaran turis di antara kedua negara.
”Singapura tengah membuka perbatasan secara bertahap dengan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan warga serta tamu internasional. Saat ini, warga Singapura masih diimbau untuk menunda segala jenis perjalanan ke luar negeri,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Singapura dalam pernyataan tertulis itu.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Bintan Wan Rudy Iskandar, Minggu (5/7/2020), mengatakan, persiapan pariwisata normal baru di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Lagoi masih terus berjalan. Pelaku industri wisata tengah fokus mematangkan kerja sama antar-resor untuk melaksanakan protokol pencegahan Covid-19.
Pantai Lagoi berada di bagian utara Pulau Bintan yang berdekatan dengan Singapura. Perjalanan dari Singapura ke Lagoi bisa ditempuh sekitar 45 menit menggunakan kapal laut. Di kawasan itu, terdapat 15 hotel dan resor dengan jumlah pekerja sekitar 4.000 orang.
Pada 2019, pengunjung di Lagoi mencapai 1,2 juta orang. Lebih kurang 250.000 wisatawan berasal dari Singapura. Pariwisata Lagoi menyumbang Rp 170 miliar dari total Rp 300 miliar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bintan. Namun, sekitar tiga bulan belakangan, pariwisata Bintan surut karena pandemi Covid-19.
Bertahap
Rudy menjelaskan, pengawasan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan wisatawan di Lagoi lebih mudah dilakukan karena kawasan itu terpisah dari permukiman penduduk. Lagoi hanya bisa diakses melalui dua pintu masuk lewat pelabuhan internasional dari Singapura dan akses darat dari Bintan.
”Kami akan menawarkan paket wisata long stay dengan harga khusus promosi. Saya yakin ini menarik untuk warga Singapura yang sudah bosan ’terkurung’ dalam apartemen selama berbulan-bulan,” katanya.
Konsep pariwisata normal baru di Bintan akan dilaksanakan secara bertahap. Segmen yang akan dibidik lebih dulu adalah kalangan pebisnis ekspatriat di Bintan dan daerah sekitarnya. Setelah hal itu terlaksana dengan aman, secara bertahap pengelola akan membidik segmen wisatawan lain dari negara tetangga, terutama Singapura, dan wisatawan dari sejumlah kapal pesiar.
Di Singapura ada sekitar 1,5 juta pekerja ekspatriat dari negara lain yang merupakan potensi besar bagi pasar pariwisata Bintan. Jika Singapura kembali mengizinkan warganya untuk berwisata ke Bintan, okupansi resor di Lagoi yang selama pandemi nyaris selalu kosong diperkirakan naik paling sedikit menjadi 35 persen.
”Lagoi menawarkan konsep pariwisata normal baru yang bersih, sehat, dan aman. Pada masa pandemi, pekerja di Lagoi harus tinggal di mes selama 14 hari agar kondisinya dapat terpantau dengan baik. Untuk memastikan penerapan jaga jarak, fasilitas di semua resor Lagoi juga dibatasi setengah dari kapasitas aslinya,” kata Rudy.
Kami tetap berharap Singapura akan membuka akses ke Bintan setelah pemilu, 10 Juli nanti.
Konsep ini selaras dengan program cleanliness, health, and safety (CHS) yang dirancang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pada akhir Mei lalu, tiga daerah, yaitu Bali, Yogyakarta, dan Kepri, dipilih untuk uji coba penerapan program ini. Program CHS diharapkan mulai efektif Agustus.
Sementara itu, sejak 1 Juli, Badan Pariwisata Singapura membuka kembali 13 destinasi wisata lokal. Hal ini dinilai Rudy sebagai sinyal positif. Ia yakin nantinya Pemerintah Singapura secara bertahap juga akan membuka akses ke Lagoi yang merupakan destinasi wisata unggulan terdekat.
”Kami tetap berharap Singapura akan membuka akses ke Bintan setelah pemilu, 10 Juli nanti. Untuk memudahkan wisatawan mancanegara masuk, kami telah mengajukan surat melalui gubernur kepada pemerintah pusat untuk merevisi Peraturan Kementerian Hukum dan HAM No 11/2020 tentang Pembatasan Warga Negara Asing,” ucap Rudy.
Kapal wisata tenggelam
Dari Kendari dilaporkan, satu kapal wisata tenggelam setelah dihantam ombak tinggi di perairan Malaoge, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, Minggu (5/7/2020) sekitar pukul 15.00 Wita. Semua penumpang selamat. Ketinggian ombak yang mencapai 4 meter saat ini membahayakan pelayaran.
Kapal wisata yang berangkat dari Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, itu berbobot 5 gros ton. Awalnya, kapal hendak menjemput wisatawan di Buton. Namun, dalam perjalanan, kapal dihantam ombak tinggi sehingga miring dan kemasukan air.
Kepala Kantor SAR (Basarnas) Kendari Aris Sofingi menyampaikan, laporan kapal tenggelam diterima pukul 15.20 Wita. Kapal yang mengangkut lima orang itu kemasukan air dan mesinnya mati. Tim dari Pos SAR Wakatobi langsung bergerak dan dua jam kemudian menemukan lokasi kapal.
Semua penumpang dan awak kapal ditemukan selamat. Mereka dievakuasi dan akan dibawa kembali ke Wangi-wangi. Selama 2020, terjadi 22 kecelakaan kapal di wilayah Sultra. Sebanyak 118 orang selamat, 3 orang meninggal, dan 2 orang hilang. Sebagian kecelakaan terjadi karena hantaman ombak dan angin kencang.