Peserta Ujian Masuk Perguruan Tinggi Sempat Alami Gangguan Teknis
›
Peserta Ujian Masuk Perguruan ...
Iklan
Peserta Ujian Masuk Perguruan Tinggi Sempat Alami Gangguan Teknis
Rasa deg-degan melingkupi peserta Ujian Tertulis Berbasis Komputer-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri yang berlangsung di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah peserta Ujian Tertulis Berbasis Komputer-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri sempat mengalami gangguan teknis. Beruntung gangguan itu tidak menghambat penyelesaian soal-soal ujian.
Pelaksanaan Ujian Tertulis Berbasis Komputer-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK-SBMPTN) mulai berlangsung Minggu (5/7/2020) di tiap-tiap pusat penyelenggara ujian dengan protokol kesehatan yang ketat. Ujian gelombang pertama berlangsung 5-14 Juli dan gelombang kedua pada 20-29 Juli. Adapun pengumuman seleksi berlangsung pada 20 Agustus 2020.
Inur (18) sudah mengikuti ujian di Universitas Riau, Pekanbaru. Kecemasan sempat melingkupinya karena terjadi gangguan server pada komputer ujiannya. Gangguan itu membuat waktu ujiannya molor selama satu jam lebih. ”Sistem di komputer yang saya dapat agak bermasalah. Servernya down. Pengawas menyakinkan bahwa tidak apa-apa karena langsung diperbaiki. Beruntung bisa selesaikan ujian,” ucap Inur, Senin (6/7/2020).
Gangguan teknis juga sempat dialami Indri (18) ketika ujian di SMKN 1 Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Setidaknya ada dua komputer di ruangan ujiannya mengalami gangguan. Alhasil peserta harus bersabar karena berpindah ke ruangan lainnya. ”Sisanya berjalan lancar. Pengawas menjelaskan ketentuan dengan baik. Protokol kesehatan juga ketat karena interaksi sesama peserta dibatasi,” kata Indri. Ia mendaftar ke Jurusan Psikologi Universitas Negeri Jakarta dan Jurusan Hukum UPN Veteran Jakarta.
Berdasarkan data Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) per 2 Juli 2020 pukul 14.00, total peserta UTBK-SBMPTN mencapai 703.875 orang, terdiri dari 579.069 peserta tes gelombang I dan 124.806 peserta tes gelombang II. Setiap gelombang tes dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama berlangsung pukul 09.00-11.15 dan sesi kedua pada pukul 14.00-16.15. Peserta hanya akan mengerjakan satu jenis tes, yakni tes potensi skolastik.
Yasmin (18), peserta ujian di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, tidak mengalami kendala berarti, kecuali adanya kesalahan nama subtes. Contohnya subtes pengetahuan kuantitatif, tetapi isinya soal pemahaman bacaan dan menulis.
Ia justru waswas perihal suhu tubuh melampaui ketentuan protokol kesehatan. Kecemasannya beralasan karena protokol kesehatan berlangsung ketat di lokasi ujian. Awalnya ada pengecekan suhu tubuh dengan ketentuan maksimal 37,5 derajat celsius untuk masuk ruangan. Selanjutnya semua peserta mencuci tangan, dibekali antiseptik dan sarung tangan.
”Saya takut kalau suhu badan melewati batas standar dan cemas harus membawa surat tes cepat. Untung tidak wajib (surat tes cepat),” ujarnya. Yasmin mendaftar ke Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas dan Universitas Indonesia.
Protokol kesehatan yang ketat juga berlangsung saat ujian di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat. Rifan Tulloh (18), salah satu peserta ujian, menuturkan, peserta didisinfeksi di ruangan terpisah sebelum masuk ke laboratorium komputer untuk ujian. ”Masuk gedung cuci tangan dulu, terus masuk ruang tunggu. Di situ disemprot cairan khusus dan dibekali sarung tangan,” ucap Rifan.
Sementara Sheila Mita (18) mengaku sedikit grogi menjelang ujian esok hari. Ujiannya akan berlangsung di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sejak kemarin, dalam aktivitas belajar, ia mengulang kembali materi ataupun soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya. ”Ulang kembali soal-soal latihan. Saya yakin semakin banyak latihan, semakin siap dalam menghadapi berbagai jenis soal,” ujar Sheila.
Peneliti sosiologi pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Anggi Afriansyah, Jumat (3/7/2020), memandang pentingnya komunikasi digital setiap teknis pelaksanaan UTBK sehingga publik paham. Sebab, ia menduga pelaksanaan UTBK-SBMPTN tahun ini akan didominasi keluhan-keluhan yang sifatnya teknis.
”Dinamika pelaksanaan UTBK-SBMPTN akan diwarnai isu teknis. Bagi peserta yang tinggal di wilayah yang punya keterbatasan akses internet, kendala mereka tentunya menyangkut kesulitan mengakses informasi teknis,” ujarnya.
Anggi berharap, peserta jangan menjadikan tes UTBK sebagai hidup mati masuk perguruan tinggi karena masih banyak jalan bisa ditempuh agar tetap bisa kuliah. Menurut dia, minat lulusan sekolah menengah atas untuk melanjutkan pendidikan tinggi masih besar. Hanya saja, biaya masuk perguruan tinggi sampai komponen pendukung kuliah masih tinggi. Sementara kondisi perekonomian tidak stabil. ”Sebelum pandemi Covid-19, angka partisipasi kasar pendidikan tinggi di Indonesia baru sebesar 30 persen. Ini artinya partisipasi anak dengan rentang usia kuliah baru 30 persen,” katanya.