Rekonstruksi Senin Ini, Polisi Berencana Hadirkan John Kei
›
Rekonstruksi Senin Ini, Polisi...
Iklan
Rekonstruksi Senin Ini, Polisi Berencana Hadirkan John Kei
Rekonstruksi bertujuan untuk menyempurnakan kecocokan antara penyampaian para tersangka melalui berita acara pemeriksaan (BAP) dan fakta kejadian lewat peragaan kembali di lapangan.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Setelah menggelar prarekonstruksi pada Rabu (24/6/2020),Kepolisian Daerah Metro Jaya hari Senin (6/7/2020) ini melakukan rekonstruksi kasus penyerangan berdarah yang diduga dipimpin John Kei. Menurut rencana, jika situasi memungkinkan, John Kei akan dihadirkan. Pada prarekonstruksi yang lalu, John Kei diperankan seseorang yang ditunjuk petugas.
”Insya Allah kami akan upayakan. Kami akan lihat situasinya bagaimana,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, sesaat sebelum apel persiapan rekonstruksi, Senin pagi, di markas Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan. Ia mengatakan, rekonstruksi bertujuan untuk menyempurnakan kecocokan antara penyampaian para tersangka melalui berita acara pemeriksaan (BAP) dengan fakta kejadian lewat peragaan kembali di lapangan.
Yusri menuturkan, sejauh ini belum ada tambahan tersangka lagi dari kasus penyerangan oleh kelompok John Kei. Dari yang awalnya menangkap 30 tersangka, polisi kini menahan total 37 tersangka setelah peringkusan sejumlah buron dan juga ada buron yang berinisiatif menyerahkan diri. Sekarang, tersisa delapan buron yang masih dikejar.
Seperti diberitakan, John Kei atau John Refra diyakini merencanakan pembunuhan terhadap pamannya, Agrapinus Rumatora alias Nus Kei, dengan pemicu utama sengketa bagi hasil urusan tanah. Selain Nus Kei, pembunuhan juga menyasar sejumlah orang dekat Nus Kei.
Kelompok John Kei merealisasikan rencana pembunuhan dalam wujud aksi brutal di dua tempat pada Minggu (21/6/2020), yaitu pembacokan yang menewaskan satu orang dari kubu Nus Kei di Duri Kosambi, Jakarta Barat, serta perusakan properti di tempat Nus Kei tinggal di perumahan Green Lake City, Kota Tangerang. Nus Kei saat itu lolos dari maut karena sedang tidak di rumah.
Sebagian besar tersangka diringkus di markas John Kei di Jalan Tytyan Indah Utama X, Kali Baru, Medan Satria, Kota Bekasi, hari minggu malam. Markas ini pada Sabtu (20/6/2020) malam juga menjadi lokasi perencanaan pembunuhan yang diduga dipimpin John Kei.
Yusri menyebutkan, berbekal pengalaman dari prarekonstruksi, petugas tidak mengagendakan rekonstruksi Senin ini di sejumlah lokasi asli dan menggantinya dengan reka adegan di Polda Metro Jaya. Salah satu lokasi tersebut, yakni tempat pembacokan anggota kubu Nus Kei di Duri Kosambi. ”Waktu prarekonstruksi, itu sangat padat masyarakat. Pada masa pandemi Covid-19 ini kita harus menjaga jarak,” ujarnya.
Dari rencana yang ada, lokasi asli pertama yang berkaitan dengan kasus dan akan didatangi untuk rekonstruksi adalah sebuah tempat di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di sana, pada pertengahan Juni, kelompok John Kei melakukan pembicaraan awal untuk merencanakan aksi penyerangan.
Setelah itu, polisi dan tersangka akan bergerak ke Arcici Sport Center, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Anggota Kelompok John Kei di Hari-H penyerangan berkumpul dulu di sana sebelum beraksi untuk distribusi senjata tajam dan pembagian tugas. Rekonstruksi kemudian akan digelar di Jalan Tytyan Indah Utama X, Bekasi, dan berakhir di markas Polda Metro Jaya.
Saat apel, Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Jean Calvijn Simanjuntak meminta semua petugas untuk paham tugas masing-masing. Mereka bertanggung jawab untuk menjaga para tersangka sejak keluar dari ruang tahanan hingga kembali lagi.
Calvijn menambahkan, personel dari Kejaksaan serta kuasa hukum tersangka juga akan ikut serta dalam rekonstruksi.
Sebelumnya, menanggapi penyerangan berdarah oleh kelompok John Kei, Kepala Polri Jenderal Idham Azis mengatakan, polisi tidak akan memberi ruang pada kelompok preman yang membuat masyarakat resah dan takut. Polri berkomitmen mengawal kasus John Kei Cs hingga persidangan. ”Kuncinya, negara tidak boleh kalah dengan preman,” ujar Idham (Kompas, 23/6/2020).