Sehari Bertambah 43.000 Kasus, AS Bersiap Hadapi Lonjakan Pasien Covid-19
›
Sehari Bertambah 43.000 Kasus,...
Iklan
Sehari Bertambah 43.000 Kasus, AS Bersiap Hadapi Lonjakan Pasien Covid-19
Ketegasan pemerintah menegakkan protokol kesehatan guna mencegah Covid-19 dan kedisplinan warga mematuhinya jadi kunci adaptasi di masa pandemi. Jika tidak, rumah sakit kewalahan menerima pasien positif, seperti di AS.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Melonjaknya kasus Covid-19 di 39 negara bagian di Amerika Serikat setelah libur peringatan Hari Kemerdekaan AS, 4 Juli, membuat para pakar kesehatan di negara itu khawatir, rumah sakit-rumah sakit akan kewalahan menerima pasien Covid-19.
Berbagai kota di AS telah membatalkan pertunjukan kembang api tahunan untuk mencegah kerumunan. Namun, banyak warga AS yang kemudian merayakan hari kemerdekaan di jalan-jalan dan halaman belakang rumah mereka dengan meluncurkan roket air dan menyalakan lilin.
Selama periode 1-4 Juli 2020, ada 15 negara bagian yang melaporkan kenaikan kasus Covid-19. Pada Sabtu (4/7/2020) saja, misalnya, kasus Covid-19 di AS bertambah 43.000. Hal ini menambah semakin banyak jumlah total kasus Covid-19 di AS yang sekarang sudah hampir mencapai tiga juta kasus dan mengakibatkan sekitar 130.000 orang meninggal.
Di Florida, dalam empat hari terakhir kasus Covid-19 meningkat rata-rata lebih dari 10.000 kasus per hari. Pada hari Minggu (5/7/2020) saja, Florida melaporkan 10.059 kasus baru. Jumlah kasus baru harian ini lebih banyak dibandingkan kasus harian yang dilaporkan negara Eropa selama wabah.
Kenaikan kasus juga terjadi di Arizona, California, dan Texas. Di negara-negara bagian wilayah Midwest, seperti Iowa, Ohio, dan Michigan, penambahan kasus sempat turun, tetapi kini cenderung meningkat kembali.
Di Phoenix, Arizona, warga berunjuk rasa menentang pembatasan untuk mengendalikan Covid-19 tanpa menggunakan masker atau menjaga jarak fisik. Banyak di antara mereka mengenakan pakaian merah, putih, biru sambil meneriakkan, ”Kapitalisme masuk akal. Sosialisme tidak. Ayo Trump 2020.”
”Kami membuka terlalu cepat di Arizona,” kata Wali Kota Phoenix Kate Gallego, kepada ABC. Menurut Gallego, Phoenix berada dalam ”krisis terkait pemeriksaan”. Saat mengikuti tes Covid-19 melalui fasilitas drive-thru, warga setempat mengantre hingga delapan jam di dalam mobil mereka untuk mengetahui, apakah mereka terinfeksi virus korona atau tidak.
Ketidakpatuhan akan protokol kesehatan tersebut pada akhirnya membuat pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit juga melonjak. Di Texas, misalnya, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit naik menjadi 7.889 orang pada Sabtu pekan lalu. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dua minggu lalu yang jumlahnya 3.247 pasien.
Saat wawancara dengan CNN, Wali Kota Austin, Texas, Steve Adler, mengatakan bahwa kapasitas rumah sakit di Austin akan penuh dalam dua minggu lagi, sedangkan ruang perawatan intensif (ICU) akan habis terisi 10 hari lagi. Sementara di Arizona, sekitar 90 persen ICU sudah penuh.
Perilaku warga AS saat memperingati Hari Kemerdekaan dan penentangan sebagian warga terhadap pembatasan seperti mendapat angin ketika dalam pidato Hari Kemerdekaan di Gedung Putih Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa 99 persen virus korona di AS ”tidak berbahaya sama sekali.”
Trump juga selama ini menolak mengenakan masker ketika berada di tempat umum. Ia juga tidak mengimbau warganya agar mengenakan masker. Menurut dia, mengenakan masker adalah pilihan pribadi. Peringatan 4 Juli di Mount Rushmore yang ia hadiri juga tidak menerapkan jaga jarak fisik. Penggunaan masker, kata Trump, hanya ”pilihan.”
Wali Kota Miami Beach yang juga seorang Demokrat, Dan Gelber, mengatakan bahwa pesan yang berbeda-beda dari pemerintah menjadi faktor utama ketidakpatuhan warga AS mengikuti protokol kesehatan. CNN melaporkan, dalam 14 hari terakhir pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit meningkat dua kali lipat. Pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator pun naik menjadi 158 pasien dari sebelumnya 64 orang, dua minggu lalu.
”Kasusnya menyebar karena aktivitas warga yang luar biasa dan terlalu banyak orang yang jelas tidak menganggap serius anjuran jaga jarak fisik dan memakai masker,” kata Gelber. (REUTERS/AFP/AP)