Solusi Cerdik Mengelola Pekerja di Masa Pandemi
Sejumlah perusahaan berstrategi mengatur pola kerja baru di perusahaan dengan memanfaatkan teknologi, seperti untuk rapat, olahraga bersama, hingga curhat dengan psikolog.
Pembatasan sosial dan menurunnya aktivitas ekonomi selama pandemi Covid-19 secara langsung berdampak pada produktivitas karyawan. Situasi ini tak pelak menuntut human relations perusahaan agar cerdik mempertahankan kinerja para pekerja.
Pandemi Covid-19, yang ditetapkan pada pertengahan Maret 2020, membatasi aktivitas bekerja di kantor atau tempat usaha lain guna mencegah penularan virus korona jenis baru. Akibatnya, banyak pekerja harus dirumahkan sehingga tidak bekerja atau tetap produktif dengan bekerja dari rumah.
Baca juga : Digitalisasi Terakselerasi Pandemi Covid-19, Microsoft Beri Pelatihan Gratis untuk Para Pencari Kerja
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Manajemen Sumber Daya Manusia (PMSM) Indonesia Bambang Yapri mengatakan, praktisi human relations (HR) harus menghadapi tantangan mengelola pola kerja baru di rumah.
”Bekerja dari rumah itu situasi dan kondisinya berbeda dengan di kantor. Kalau pekerja yang lajang, (kerja di luar kantor) akan beda dengan yang sudah berkeluarga. Pekerja yang sudah berkeluarga kalau punya anak atau pasangannya juga bekerja di rumah, tantangannya beda lagi,” katanya saat dihubungi Kompas, Jumat (3/7/2020).
Untuk menghadapi perubahan pola kerja dan keseharian pekerja, perhimpunan membantu memfasilitasi beragam sesi diskusi mengenai praktik-praktik terbaik yang bisa diterapkan di perusahaan. Perhimpunan juga melakukan survei terkait tren baru dan kompetensi yang mungkin dibutuhkan praktisi HR.
”Ternyata banyak hal yang berubah, didorong situasi ini. Praktisi HR harus mengubah pola pikir dan kompetensinya, misalnya kompetensi dari teknologi yang dipakai. Disrupsi teknologi juga mengubah cara kerja internal praktisi HR dan kemampuan orang HR untuk memahami bisnis di mana industri bergelut,” lanjutnya.
Baca juga : Terbuka, Peluang Kerja di Era ”Better Normal"
Dalam membantu mengelola produktivitas pekerja di masa pandemi, teknologi digital nyatanya sangat diandalkan praktisi HR. Perusahaan e-dagang Tokopedia, misalnya, sampai membuat aplikasi khusus untuk beragam kepentingan dan manfaat bagi karyawannya.
Vice President People Tokopedia Nanang Chalid dalam webinar ”Pengelolaan SDM & Perubahan Teknologi” yang diselenggarakan HR Asia mengatakan, mereka mengembangkan aplikasi bernama My Nakama untuk menyederhanakan kebutuhan karyawan. Fitur yang dihadirkan antara lain digital reimbursement, e-learning, dan safe space.
Aplikasi tersebut, menurut dia, dibuat untuk meningkatkan pengalaman berteknologi dan berinteraksi bagi pekerja. Salah satu fitur, yakni safe space, misalnya, dibuat untuk menggantikan fasilitas konseling dengan psikolog di kantor.
”Safe space itu bisa dipakai karyawan kalau butuh teman ngobrol karena stres kerja di kosan saja, enggak boleh mudik, atau karena waktu kerja di rumah lebih lama. Dengan aplikasi, cukup beberapa kali sentuh, karyawan bisa bercerita secara confidential,” katanya.
Baca juga : Asosiasi Perusahaan ”Public Relations” Bertransformasi Kala Pandemi
Perusahaan teknologi finansial, seperti Dana, juga memanfaatkan teknologi yang tepat guna untuk membantu pekerja mengatasi tantangan di masa pandemi.
Chief People Officer Dana Agustina Samara pada acara yang sama mengatakan, mereka juga mengandalkan aplikasi untuk memantau kinerja karyawan.
”Kami pakai macam-macam teknologi untuk chat, virtual meeting, sampai ada tools coding system untuk tahu produktivitas engineer kami. Ini terbukti membuat waktu kerja menjadi hemat 2-3 jam,” katanya.
Safe space itu bisa dipakai karyawan kalau butuh teman ngobrol karena stres kerja di kosan saja, enggak boleh mudik, atau karena waktu kerja di rumah lebih lama. Dengan aplikasi, cukup beberapa kali sentuh, karyawan bisa bercerita secara confidential.
Meskipun sebagian teknologi sudah dibuat untuk mendukung pola kerja fleksibel sebelum pandemi, Agustina mengatakan, sekitar 600 pekerja perlu waktu adaptasi dalam memanfaatkan teknologi ketika 100 persen tidak di kantor.
”Jadi, tantangannya dari pekerja sendiri. Kami harus mengatur pola kerja yang biasanya di kantor jadi di rumah. Kami harus jamin pekerja tetap berintegritas dan layanan kita tetap terlindungi karena ada data pengguna yang perlu diamankan,” jujarnya.
Percepat digitalisasi
Bagi sejumlah perusahaan, pandemi juga mendorong percepatan disrupsi digital dalam pengelolaan pekerja ataupun bisnis mereka.
Direktur Umum dan SDM Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Naufal Mahfudz dalam acara yang sama mengatakan, pandemi membuat mereka perlu semakin gencar mempromosikan sistem digitalisasi.
”Sejak awal BPJS Ketenagakerjaan bergerak ke layanan digital, seperti teman-teman perbankan, untuk memudahkan layanan kepada peserta. Di (masa) pandemi Covid-19 ini, semakin terbatasnya layanan dengan kontak fisik membuat kami perlu lebih mengedukasi, tidak hanya karyawan, tetapi masyarakat, untuk kami paksa ke digital,” katanya.
Untuk karyawan, misalnya, perusahaan yang memiliki 6.150 karyawan di seluruh Indonesia itu harus memanfaatkan teknologi digital saat akan mengadakan pertemuan atau pelatihan. Kedua kegiatan itu biasanya dilakukan di dalam ruangan.
Terhadap peserta BPJS Ketenagakerjaan, perusahaan juga terus menyosialisasikan penggunaan layanan berbasis aplikasi digital di ponsel walau beberapa layanan verifikasi tetap memerlukan pertemuan tatap muka.
Percepatan digitalisasi juga dirasakan Bank OCBC NISP. Sejak pembatasan sosial di sejumlah daerah di Indonesia dan 80 persen pekerja pindah ke rumah, bank swasta tersebut menyediakan fasilitas berbasis teknologi untuk mengelola pekerjanya.
Julie Anwar, Head of Human Capital Bank OCBC NISP, dalam Kompas Talks berjudul ”Tren Dunia Kerja Saat Normal Baru” melalui siaran langsung di Instagram harian Kompas, Kamis (2/7/2020), mengatakan, beragam fasilitas dihadirkan sejak kebijakan bekerja dari rumah diterapkan.
”Terus terang, kami mengandalkan teknologi ketika 80 persen karyawan harus kerja di rumah. Misalnya, kami pakai podcast untuk menyampaikan pesan keselamatan dan kesehatan karyawan. Lalu, mengadakan kegiatan olahraga digital, seperti zumba dan yoga, agar hidup seimbang,” tuturnya.
Selain itu, teknologi digital juga dimanfaatkan untuk mengadakan pelatihan karyawan. Bahkan, sebuah web dan aplikasi diluncurkan Juni lalu untuk memonitor alur dan kinerja karyawan. Solusi semacam itu dihadirkan untuk membuat interaksi berbeda sekaligus menjaga semangat karyawan yang harus di rumah saja.
”OCBC NISP sudah memulai transformasi digital sejak tahun 2017. Pada tahun 2018, kami kemudian meluncurkan Future Smart Innitiative untuk mempersiapkan karyawan agar siap dengan masa depan. Pandemi ini datangnya pas banget. Karena ini sesuatu yang sudah disiapkan, jadi tahun ini mengakselerasi rencana kami,” paparnya.
Rencana transformasi digital OCBC NISP yang dipercepat pandemi saat ini melingkupi transformasi ekosistem, teknologi dan data, pemasaran dan komunikasi, kepemimpinan, serta cara kerja.