Film Korea Menginspirasi Kebun Tropis di Rumah
Tanaman hias masih diminati warga di tengah pandemi Covid-19. Setiap orang punya alasan masing-masing untuk memulai atau meneruskan hobi memelihara tanaman, salah satunya terinspirasi dari film Korea.
Mengoleksi tanaman hias menjadi pengisi waktu yang menyenangkan bagi para penggemarnya. Sejumlah tanaman hias yang sebelumnya terlihat biasa-biasa saja kini naik daun lagi.
Penggemar tanaman hias asal Semarang, Jawa Tengah, Karla Kartika (27), mengatakan, belum lama ini, ia mulai mengoleksi tanaman hias di rumahnya. Tidak hanya di dalam ruangan, tetapi juga merawat tanaman di teras rumah.
Ia tertarik merawat puluhan tanaman hias karena terinspirasi salah satu rumah dari pemeran film Korea yang ia tonton. ”Dari situ saya ingin punya rumah dengan konsep kebun tropis,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (7/7/2020).
Baca juga: Petani Kecil, Penjaga Keanekaragaman Hayati Pangan
Sebelumnya, Karla sudah tertarik merawat tanaman hias yang ditaruh dalam vas air. Akan tetapi, karena film Korea tersebut, ia jadi tertarik mengoleksi tanaman hias dengan media tanah dan pot.
”Ada kepuasan tersendiri saat melihat daun tumbuh atau bunga mekar. Kalau untuk interior, aku banyak koleksi kaktus,” ujarnya.
Warsito (72), warga Kemandoran, Kebayoran Lama, Jakarta, mengaku membeli tanaman hias setidaknya setiap dua minggu sekali. Hal itu ia lakukan untuk mengisi waktu luang di masa pensiunnya. Di saat pandemi Covid-19, ia lebih sering berdiam diri di rumah.
”Untuk mengisi waktu luang saja. Kalau masih ada ruangan kosong, pasti istri ngajak beli tanaman lagi,” katanya.
Ada kepuasan tersendiri saat melihat daun tumbuh atau bunga mekar.
Mulai meningkat
Sejumlah penjual tanaman hias merasakan peningkatan permintaan tanaman interior atau tanaman dalam ruangan, beberapa hari terakhir. Selain untuk mempercantik ruangan sekaligus menyalurkan hobi, perawatan tanaman jenis ini juga tidak sulit dilakukan.
Martunis, pemilik gerai tanaman hias Martunis di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, mengatakan, permintaan terhadap tanaman hias miliknya merosot selama pandemi Covid-19, terutama pada Maret-April 2020. Permintaan tanaman hias kembali meningkat setelah Idul Fitri 1441 Hijriah.
Pengunjung yang datang kebanyakan mencari tanaman hias yang bisa ditaruh di dalam ruangan. ”Awal-awal pandemi, paling hanya satu orang yang beli, tetapi sekarang rata-rata ada lima orang per hari yang beli,” tuturnya di Jakarta.
Baca juga: Berburu Tanaman Hias di Taman Anggrek Ragunan
Martunis menambahkan, pengunjung yang datang bukan hanya dari pelanggan, tetapi juga pembeli baru dan penjual tanaman hias daring. Khusus untuk penjual tanaman hias daring, mereka biasanya datang untuk memotret tanaman dan datang kembali jika ada yang tertarik membeli.
Beberapa tanaman interior yang tengah digandrungi, antara lain, adalah janda bolong (Monstera), sri rejeki (Aglaonema), philo (Philodendron), pisang-pisangan (Heliconia) hingga palem-paleman (Arecaceae). ”Pokoknya tanaman-tanaman yang tahan lama di dalam ruangan banyak dicari,” kata Martunis.
Tanaman janda bolong, misalnya, menurut Martunis laku keras karena tahan lama dan perawatannya cenderung mudah. Selain itu, tanaman ini disukai karena memiliki daun yang berlubang-lubang. Saat ini, harganya sekitar Rp 50.000 per tanaman.
”Tanaman-tanaman itu sebenarnya sudah lama ada, tetapi baru akhir-akhir ini kembali booming,” kata Martunis.
Martunis menduga media sosial turut memengaruhi minat orang untuk mengoleksi tanaman-tanaman hias tersebut.
Penulis skenario, Swastika Nohara, sering melakukan hal itu. Dalam video yang diunggah ke akun Instagramnya, @swastikanohara, Senin (6/7/2020), ia menceritakan tentang koleksi tanaman lidah mertua (Sansevieria) miliknya. Tanaman jenis ini dinilai sebagai salah satu tanaman interior penyerap polutan terbaik. Unggahan tersebut ditonton oleh 473 warganet hingga saat ini.
Baca juga: Menelaah Efektivitas Olahraga di Ruang Terbuka
Arifin (52), pemilik gerai tanaman hias Mutiara Hijau, di Senayan, Jakarta Pusat, mengatakan, tanaman interior memang lebih banyak dicari akhir-akhir ini. Akan tetapi, hal itu tidak lantas berpengaruh pada pendapatannya.
Selama pandemi Covid-19, Arifin mengaku mengalami penurunan omzet yang cukup drastis. Pada masa normal, omzet hariannya bisa mencapai Rp 3 juta-Rp 3,5 juta. Akan tetapi, selama pandemi, omzetnya tidak pernah lebih dari Rp 1 juta per hari.
”Karyawan ada tiga orang. Satu hari harus bayar Rp 150.000. Kadang buat gaji mereka, saya harus menombok,” katanya.
Selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, sebagian pelanggan memang datang ke tempat Arifin. Beberapa di antaranya membeli tanaman interior, tetapi cenderung membeli beberapa batang tanaman saja.
”Mereka hanya membeli satu atau dua tanaman. Selain mungkin karena ruangannya terbatas, mereka juga ingin tanaman yang bervariasi,” ujar Arifin.
Penjualan itu berbeda dengan tanaman untuk ruangan terbuka. Umumnya, pelanggan Arifin membelinya dalam jumlah banyak. Tanaman tersebut antara lain adalah rambusa mini (Passiflora foetida l), ararea (Osmoxylon lineare), miana merah (Plectranthus scutellarioides), atau gandarusa (Justicia gendarussa). ”Biasanya mereka beli sebanyak 100-150 buah karena untuk pembatas tanaman lain di taman,” katanya.
Cara merawat
Selain sebagai penjual, Arifin juga menyewakan tanaman interior untuk gedung. Menurut dia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tanaman yang ditempatkan di dalam ruangan bisa bertahan lama.
Ia menyarankan untuk mengeluarkan tanaman hias setiap dua atau tiga hari sekali. Waktu yang baik untuk mengeluarkan tanaman tersebut adalah malam hari. Sebab, jika dikeluarkan pada pagi atau siang hari, tanaman tersebut cenderung tidak tahan dengan panas matahari.
”Tanaman interior itu, kan, biasa di dalam ruangan berpendingin udara dan tertutup. Jadi, kalau malam dikeluarkan untuk memberinya udara segar,” katanya.
Suhu ruangan yang paling ideal untuk tanaman interior adalah 25 derajat celsius. Meski begitu, usahakan mereka tetap mendapatkan sinar matahari secara tidak langsung setiap harinya. Jangan pernah memberikan sinar matahari langsung karena tanaman tersebut bisa gosong.
”Durasinya tergantung dari jenis dan usia tanaman. Misalnya, untuk monstera berukuran sedang, akan lebih bagus jika dikenakan sinar matahari tidak langsung selama setengah hari,” ujar Arifin.
Pembasahan juga bisa dilakukan setiap dua atau tiga hari sekali. Sebab, jika terlalu basah, tanaman juga bisa membusuk. Pembasahan bisa dilakukan dengan cara menyemprotkan air di bagian daun dan akarnya.
Menurut Martunis, idealnya tanah dan pupuk pada tanaman hias interior harus diganti atau ditambah setiap enam bulan sekali. Pupuk bisa menggunakan pupuk kandang atau sekam padi yang sudah dibakar.
Anda juga punya tanaman favorit di rumah?