Meskipun pernah dua kali menggelar pertemuan puncak, Korea Utara tidak lagi tertarik menggelar pertemuan ketiga antara Kim Jong Un dan Donald Trump.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
SEOUL, SELASA —Korea Utara tidak berminat lagi untuk berbicara dengan Amerika Serikat dan meminta Korea Selatan tidak ikut campur. Padahal, Wakil Menteri Luar Negeri AS Stephen Biegun sedang dalam perjalanan ke Korea Selatan untuk mencoba memulai kembali pembicaraan isu nuklir dengan Pyongyang yang terhenti.
Direktur Jenderal untuk Urusan AS di Kementerian Luar Negeri Korea Utara Kwon Jong Gun, Selasa (7/7/2020), menegaskan, Korut tidak merasa perlu ada pertemuan lagi antara pemimpin rezim Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump.
Penegasan Korut ini muncul beberapa hari setelah Presiden Korsel Moon Jae-in mengusulkan agar Kim dan Trump bertemu lagi sebelum pemilihan AS, November mendatang. Selama ini, Moon memosisikan Korsel sebagai fasilitator antara Korut dan AS.
”Sudah saatnya Korsel tidak ikut campur lagi dalam urusan orang lain. Akan tetapi, tampaknya itu sulit bagi Korsel. Kami sudah tidak mau duduk berhadapan dengan AS lagi,” kata Kwon dalam pernyataan tertulis yang dipublikasikan kantor berita KCNA.
Trump dan Kim untuk pertama kali bertemu pada 2018 di Singapura. Harapannya, Korut akan bersedia menghentikan program nuklirnya. Namun, dalam pertemuan kedua di Vietnam pada 2019, tetap tidak ada kesepakatan apa pun karena Korut menuntut semua sanksi dicabut terlebih dahulu barulah Korut akan betul-betul menghentikan program nuklirnya.
Guru besar di University of North Korean Studies di Seoul, Yang Moo-jin, menilai pernyataan Kwon menunjukkan ketegangan Korut-Korsel yang berlarut-larut dan pandangan Pyongyang bahwa isu nuklir harus didiskusikan hanya dengan Washington. ”Korut tidak mau Korsel jadi mediatornya. Korut juga jelas tidak mau bicara lagi tanpa ada konsesi dari AS,” ujarnya.
Wamenlu AS Stephen Biegun yang bertanggung jawab pada upaya dialog dengan Korut akan tiba di Korsel, Selasa sore. Pekan lalu, ia mengatakan masih ada waktu bagi kedua belah pihak untuk kembali bertemu dan menghasilkan sesuatu yang penting.
Memancing keributan
Bulan lalu, Korut sengaja memancing keributan dengan Korsel dengan meledakkan kantor bersama urusan intra-Korea di perbatasan kedua negara. Korut juga memutus semua komunikasi dan kerja sama dengan Korsel.
Para pengamat menduga Korut mulai frustrasi dengan Korsel yang tidak mau mendorong AS mencabut sanksi terhadap Korut sehingga proyek-proyek ekonomi bersama bisa kembali hidup. Korut membutuhkan itu untuk memulihkan perekonomiannya.
Para pengamat juga yakin Korut tidak akan mau berbicara serius lagi dengan AS, setidaknya untuk saat ini. Sebagai gantinya, Korut menekan Korsel untuk menaikkan posisi tawar sebelum nanti kembali berunding dengan AS setelah pemilihan presiden AS. Korut diyakini tidak mau membuat komitmen atau konsesi apa pun ketika ada kemungkinan presiden AS akan berganti. (REUTERS/AFP/AP)