Wisatawan keberatan karena dibebani biaya pemandu wisata Rp 100.000 per pemandu. Satu pemandu bertugas memandu rombongan dengan jumlah maksimal 20 orang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Wisatawan yang akan memasuki zona I Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kini harus mematuhi aturan baru. Selain tidak boleh memasuki bangunan candi, pengunjung juga diwajibkan berwisata dengan didampingi pemandu dengan tarif jasa pendampingan Rp 100.000 per pemandu.
Pada pembukaan zona I Taman Wisata Candi Borobudur, Selasa (7/7/2020), aturan baru tersebut dikeluhkan sejumlah pengunjung. Selain tidak merasa perlu didampingi, mereka juga keberatan dengan tambahan biaya jasa pemandu yang dinilai terlalu mahal. Dalam peraturan baru itu, satu pemandu hanya bisa mendampingi satu rombongan dengan jumlah maksimal 20 orang.
Bambang (47), wisatawan asal Salatiga, Kabupaten Semarang, mengatakan, dia dan keluarga mendapatkan informasi tentang kewajiban memakai pemandu wisata setelah membayar tiket di loket. Namun, karena biaya jasa pemandu dinilai terlalu mahal, mereka pun memutuskan tidak jadi naik ke zona I.
”Jika satu rombongan terdiri dari 20 orang, hitungan biaya tersebut memang relatif murah. Namun, bagi kami, biaya tersebut mahal karena rombongan kami hanya terdiri dari enam orang,” ujarnya, Selasa (7/7/2020).
Menurut Bambang, tarif jasa pemandu tersebut juga dirasakan terlalu mahal dan berlebihan karena wisatawan pun tetap tak diizinkan naik ke bangunan candi. Secara pribadi, ia tak terlalu mempermasalahkan hal itu karena dirinya sudah beberapa kali berkunjung ke Candi Borobudur. Namun, aturan tersebut mengecewakan dua kerabatnya dari luar kota yang baru pertama kali berwisata di candi.
Sementara itu, Tini (42), pengunjung asal Jakarta, akhirnya berupaya menghemat biaya dengan bergabung dengan rombongan wisatawan lain untuk memakai jasa seorang pemandu. ”Jika bisa bergabung dan membuat rombongan yang beranggotakan 20 orang, hitungan biaya untuk membayar jasa pemandu wisata menjadi lebih murah, hanya Rp 5.000 per orang,” ujarnya.
Dalam kunjungannya kali itu, Tini hanya mengajak anggota keluarganya empat orang. Demi menghemat biaya, Tini dan keluarga memutuskan menunggu rombongan lain. Setelah menunggu sekitar 10 menit, dia beranjak naik dengan total jumlah anggota rombongan 17 orang.
Pelaksana Tugas Kepala Seksi Layanan Konservasi Balai Konservasi Borobudur (BKB) Yudi Suhartono mengatakan, di tengah masa pandemi, bangunan Candi Borobudur ditutup untuk kunjungan wisatawan. Oleh karena itu, keterlibatan pemandu wisata dirasa sangat diperlukan untuk memberikan penjelasan kepada wisatawan tentang segala sesuatu terkait bangunan bersejarah yang tidak bisa dilihat dan disentuhnya tersebut.
”Sekalipun tidak bisa melihat secara langsung, setidaknya kami berharap penjelasan pemandu wisata tersebut bisa membuat pengunjung tahu tentang sejarah yang ada terkait dengan bangunan candi mulai dari lantai dasar hingga puncak,” ujarnya.
Keterlibatan pemandu wisata dirasa sangat diperlukan untuk memberikan penjelasan kepada wisatawan tentang bangunan bersejarah yang tidak bisa dilihat dan disentuhnya tersebut.
Aturan berwisata dengan didampingi pemandu wisata tersebut ditetapkan BKB mengacu pada arahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, menurut Yudi, kehadiran pemandu juga diperlukan untuk mengawasi pengunjung dan memastikan agar mereka tetap berwisata dan berjalan-jalan dengan memperhatikan jarak aman satu sama lain.
Sekalipun melibatkan pemandu wisata, Yudi menegaskan, pihaknya tidak ikut terlibat dalam hal penentuan tarif. Soal tarif tersebut semestinya dibicarakan dengan pihak Taman Wisata Candi Borobudur
Adapun Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Kabupaten Magelang Soni Warsono mengklaim, tarif Rp 100.000 tersebut justru merupakan keringanan karena biasanya mereka menetapkan tarif Rp 150.000 per rombongan. ”Kami memberi diskon karena kami menyadari bahwa kunjungan wisatawan saat ini dilakukan di tengah situasi pandemi,” ujarnya.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan, masalah pemandu wisata berikut tambahan tarif yang harus ditanggung pengunjung mesti dibicarakan dan didiskusikan lagi. Hal tersebut tidak bisa dibiarkan karena keluhan banyak pengunjung akan berdampak buruk pada perkembangan kunjungan wisatawan.
”Jika salah seorang pengunjung mengunggah keluhannya di media sosial, nantinya unggahan tersebut berpotensi membuat banyak orang lain membatalkan kunjungan,” ujarnya.
Belum dibukanya bangunan Candi Borobudur untuk dimasuki wisatawan saja, menurut Putu, sudah berdampak membuat banyak wisatawan membatalkan kunjungan. Sejak uji operasional kunjungan wisatawan di zona II Taman Wisata Candi Borobudur, Kamis (25/6/2020), jumlah wisatawan yang membatalkan kunjungan karena tidak bisa memasuki bangunan Candi Borobudur tercatat lebih dari 1.000 orang.