logo Kompas.id
Diduga Kuat Covid-19 Bisa...
Iklan

Diduga Kuat Covid-19 Bisa Menular melalui Udara

WHO sedang mengkaji masukan sejumlah peneliti yang menyebutkan virus SARs-CoV-2, penyebab pandemi Covid-19, bisa menular melalui udara. Apabila benar, hal ini akan mengubah strategi dan protokol penanganan.

Oleh
Ahmad Arif
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/dHj70AGthGhH4Tna0zXkxcVz-Fk=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2Fa6f287a7-a191-4474-a7fc-7a31bc27d516_jpg.jpg
Kompas/AGUS SUSANTO

Petugas membersihkan pelindung wajah yang mengelilingi meja di Sekolah Victory Plus, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (8/7/2020). Aktivitas pembelajaran tatap muka di sekolah ini direncanakan akan dimulai pada 13 Juli 2020.

JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui virus korona baru pemicu Covid-19 dapat disebarkan oleh partikel-partikel kecil yang melayang di udara. Namun, mereka masih akan mengumpulkan bukti lebih lanjut sebelum mengubah panduan penanganan Covid-19.

Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Supolo Sudoyo, di Jakarta, Rabu (8/7/2020), mengatakan agar Indonesia harus bersiap mengubah protokol penanganan. Ini apabila WHO pada akhirnya mengakui bahwa Covid-19 bisa ditularkan secara airborne, atau bisa ditularkan melalui udara.

Pada akhirnya ini memang seperti avian flu yang juga airborne walaupun tetap dari tetesan dan aerosol. (Herawati Supolo Sudoyo)

”Pada akhirnya ini memang seperti avian flu yang juga airborne walaupun tetap dari tetesan dan aerosol. Yang membedakan dengan flu, Covid-19 kematiannya lebih tinggi,” katanya.

Risiko penularan Covid-19 melalui airborne ini bisa lebih tinggi bagi tenaga kesehatan dan laboran atau petugas laboratorium yang menganalisis spesimen. Menurut Herawati, sebagai langkah antisipatif, Eijkman sudah jauh hari menerapkan kehati-hatian dalam pemeriksaan spesimen SARS-CoV-2.

”SOP kami sudah untuk virus airborne. Karena itu, analisis spesimen dilakukan di ruang isolasi BSL3,” katanya.

Bukti penularan

Iklan

Benedetta Allegranzi, Ketua Teknis untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi WHO, dalam konferensi pers pada Selasa (7/7/2020), di Geneva, mengakui adanya bukti-bukti penularan virus korona baru ini melalui udara. ”Kemungkinan penularan melalui udara dalam pengaturan publik, terutama dalam kondisi yang sangat spesifik, padat, tertutup, pengaturan berventilasi buruk tidak dapat dikesampingkan,” katanya.

Lebih lanjut, ia menyatakan, bukti perlu dikumpulkan dan ditafsirkan. ”Kami terus mendukung ini,” katanya.

https://cdn-assetd.kompas.id/S-MDo-wqRtuHbPbDYKF99k3Pgz8=/1024x484/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2F606934e0-e40f-4114-8918-60ce73cd16c5_jpeg.jpg
KOMPAS/BNPB

Penambahan Kasus Baru Terkait Covid-19 di Indonesia

Van Kerkhove, Ketua Tim Teknis Penanganan Pandemi Covid-19 WHO, mengatakan akan memublikasikan ringkasan ilmiah yang merangkum tingkat pengetahuan tentang cara penularan virus dalam beberapa hari mendatang. ”Paket intervensi yang komprehensif diperlukan untuk menghentikan transmisi,” katanya.

Sebelumnya, WHO bersikeras bahwa Covid-19 hanya ditularkan melalui tetesan yang dikeluarkan ketika orang batuk atau bersin. Karena tetesan dianggap tidak bertahan lama di udara dan akan jatuh ke permukaan, maka mencuci tangan telah menjadi langkah utama pencegahan yang dianjurkan.

Meskipun demikian, 239 ilmuwan dari 32 negara menentang hal ini. Mereka mengajukan bukti-bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2— penyebab penyakit Covid-19—juga bersifat airborne atau dapat menyebar di udara. Ketika orang berbicara atau bernapas, virus ini dapat ikut keluar dan mengapung berjam-jam di udara.

https://cdn-assetd.kompas.id/FQweZD99SMyvKOjWsg7wfi7j4L0=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2F2da9c6f3-84ba-4289-aba9-df56a930eb09_jpg.jpg
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Pengunjung Kebun Raya Bogor, Bogor, saat menggunakan fasilitas persewaan sepeda, Selasa (7/7/2020). Kebun Raya Bogor mulai dibuka kembali pada hari tersebut setelah beberapa waktu tutup karena pandemi Covid-19. Meski dibuka kembali, Kebun Raya Bogor mewajibkan para pengunjung tetap memperhatikan dan mengikuti aturan-aturan sesuai dengan protokol kesehatan selama pandemi korona masih berlangsung.

Pendapat para ahli ini ditulis dalam sebuah surat terbuka kepada WHO dan diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases pada Senin (6/7/2020). Dalam artikel disebutkan, studi virus lain sebelum pandemi telah ”menunjukkan tanpa keraguan” bahwa tetesan yang dikeluarkan oleh orang yang sakit dapat ”tetap tinggal di udara dan menimbulkan risiko pajanan pada jarak lebih dari 1 hingga 2 meter dari orang yang terinfeksi”.

Penelitian yang lebih baru juga menunjukkan bahwa hal yang sama berlaku untuk SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19. Dalam beberapa kasus yang dilaporkan, orang sakit setelah berada di ruangan yang sama dengan orang yang terinfeksi, bahkan jika mereka tidak memiliki kontak yang dekat atau berkelanjutan. Berdasarkan data ini, para ilmuwan ini mendesak WHO memperbarui panduannya.

Baca juga : Masa Pandemi dan Kerinduan pada Kampung Halaman

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000