Selain jumlah kasus Covid-19 tinggi, di Sidoarjo tingkat kesembuhan pasien juga rendah, bahkan cenderung turun belakangan ini. Demi mendapatkan data akurat, pasien sembuh akan didata ulang.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Selain angka penularan Covid-19 yang terus meningkat, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, dihadapkan pada persoalan rendahnya tingkat kesembuhan pasien. Demi mendapatkan data yang akurat, pasien sembuh yang sudah kembali kepada masyarakat akan didata ulang.
Berdasarkan data Dinkes Sidoarjo, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 hingga Rabu (8/7/2020) mencapai 2.166 orang dengan rincian, 1.055 orang dirawat di rumah sakit rujukan, 624 orang isolasi di rumah dan gedung, 131 orang meninggal. Selain itu 356 orang dinyatakan sembuh atau sekitar 16 persen.
Jumlah kasus terkonfirmasi positif itu meningkat 64 orang dibandingkan hari sebelumnya, Selasa, sebanyak 2.102 orang. Jumlah kasus pada Selasa itu sejatinya meningkat dibandingkan Senin sebanyak 2.023 atau naik 79 kasus.
Peningkatan kasus baru Covid-19 di Sidoarjo terjadi setiap hari dengan angka kenaikan signifikan. Peningkatan signifikan itu terutama terjadi sejak pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tepatnya mulai 8 Juni lalu, Sidoarjo memasuki masa transisi normal baru.
”Penambahan kasus baru setelah masa pelonggaran pembatasan, per hari rata-rata 35 kasus. Penambahan kasus baru ini lebih tinggi dari masa PSBB. Belakangan ini, penambahan kasus baru malah lebih tinggi lagi,” ujar Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman.
Sebagai gambaran, salah satu kenaikan kasus yang cukup menonjol terjadi pada Sabtu (4/7/2020). Jumlah penambahannya mencapai 117 orang dalam sehari. Penambahan itu berasal dari warga yang reaktif berdasarkan uji cepat.
Dari 117 penambahan kasus baru, mayoritas, yakni 52 orang, berasal dari orang yang memeriksakan diri secara langsung dan kemudian hasilnya positif. Adapun dari OTG ada 35 orang, yang berasal dari PDP ada 24 orang, dan dari ODP ada 4 orang.
”Fakta itu menunjukkan penyebaran virus masih tinggi dan sulit diprediksi. Hal itu mengkhawatirkan karena orang yang terkena virus ada di mana-mana, tidak hanya di tempat yang dicurigai sebagai lokasi penularan,” kata Syaf Satriawarman.
Berangkat dari temuan tersebut, Dinkes Sidoarjo menggencarkan pengetesan untuk mendeteksi sebaran virus. Hingga saat ini, pengetesan dengan metode uji cepat Covid-19 telah menyasar lebih dari 50.000 orang dan ditargetkan sampai dengan 90.000 orang. Sasaran tes beragam, dari masyarakat umum, aparatur sipil negara, santri, calon mahasiswa, hingga tenaga kesehatan.
Dari hasil pengetesan itu, dinkes menindaklanjuti dengan mengadakan penelusuran kontak erat secara agresif terhadap pasien terkonfirmasi Covid-19. Upaya meningkatkan rasio penelusuran kontak erat pun ditempuh dengan merangkul polisi dan TNI, selain melibatkan relawan.
Pasien sembuh
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin menambahkan, selain fokus menurunkan sebaran virus, pihaknya juga fokus meningkatkan upaya kuratif agar angka kesembuhan pasien meningkat. Salah satunya dengan menambah lima rumah sakit rujukan sehingga kini terdapat total 12 RS rujukan Covid-19.
Upaya lain mendata ulang pasien Covid-19 yang sembuh. Menurut Nur Achmad ada sekitar 300 pasien sembuh yang belum masuk dalam data Covid-19 di tingkat kabupaten ataupun provinsi sehingga angka kesembuhan di Sidoarjo seolah stagnan, bahkan cenderung turun.
Wakil Ketua Gugus Tugas Covid-19 Sidoarjo Kombes Sumardji mengatakan, angka 300 pasien itu diperoleh dari hasil pendataan yang dilakukan oleh tiga pilar, yakni pemerintah desa, Babinsa, dan Babinkamtibmas. Data ini akan ditindaklanjuti oleh dinkes dan pasien yang sembuh akan mendapatkan surat keterangan sehat.
Mengingat kapasitas ruang isolasi di RS rujukan yang terbatas dan antrean pasien masuk tinggi, pasien yang selesai dirawat dan dinyatakan negatif satu kali, biasanya dipulangkan.
Syaf Satriawarman mengatakan, sebelumnya pasien Covid-19 dinyatakan sembuh setelah menjalani perawatan dan dua kali hasil uji usapnya dinyatakan negatif. Namun, mengingat kapasitas ruang isolasi di RS rujukan yang terbatas dan antrean pasien masuk tinggi, pasien yang selesai dirawat dan dinyatakan negatif satu kali, biasanya dipulangkan.
Pasien yang dipulangkan ini diminta isolasi mandiri di rumah seraya menunggu panggilan untuk uji usap kedua. Namun, karena antrean uji usap ini juga tinggi, bisa sampai 400 orang, pasien yang isolasi mandiri ini sudah sembuh lebih dulu. Mereka bahkan sudah beraktivitas normal.
”Pasien sembuh inilah yang akan didata dan diberi surat keterangan sehat sehingga angka kesembuhan meningkat,” ucap Syaf.
Mantan wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Sidoarjo itu menambahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menerbitkan pedoman sementara tentang manajemen klinis Covid-19 dan rekomendasi untuk mengeluarkan pasien dari ruang isolasi.
Sesuai pedoman itu, pasien yang selesai dirawat dan dinyatakan negatif berdasarkan uji usap pertama boleh melanjutkan isolasi di rumah dan dinyatakan sembuh tanpa pengujian ulang. Awalnya, Dinkes Sidoarjo bersikukuh menggunakan pedoman awal yang dikeluarkan WHO, yakni harus dua kali uji usap negatif. ”Setelah pendataan selesai, angka kesembuhan pasien Covid-19 di Sidoarjo akan meningkat tajam,” ucap Syaf Satriawarman.