Presiden Brasil Positif Terjangkit, Tetap Remehkan Virus Korona
›
Presiden Brasil Positif...
Iklan
Presiden Brasil Positif Terjangkit, Tetap Remehkan Virus Korona
Ketika mengumumkan dirinya terkonfirmasi positif, Presiden Brasil Jair Bolsonaro tetap meremehkan bahaya Covid-19. Ia mengulangi lagi klaimnya bahwa risiko Covid-19 terlalu dibesar-besarkan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRASILIA, RABU — Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang selama ini meremehkan pandemi Covid-19, dilaporkan positif terinfeksi virus korona, Selasa (7/7/2020) waktu Brasilia. Sebelumnya, sejumlah pemimpin negara juga tertular Covid-19, antara lain Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez.
Kasus Covid-19 Bolsonaro diumumkan dirinya sendiri dari kediamannya di Brasilia. Ketika mengumumkan dirinya terkonfirmasi positif, mantan kapten Angkatan Darat Brasil berusia 65 tahun itu tetap meremehkan bahaya Covid-19 dengan berdiri beberapa inci dari wartawan yang meliputnya.
”Jika tidak dites, saya tidak akan tahu hasilnya, dan ternyata positif,” ujar Bolsonaro. Ia bercerita, dirinya merasa sakit disertai demam, nyeri otot, dan kelelahan mulai hari Minggu (5/7/2020) dan kian parah pada Senin (6/7/2020).
Bolsonaro menyampaikan, dirinya meminum hidroklorokuin. Padahal, obat antimalaria itu tidak terbukti efektif melawan Covid-19. Namun, diklaim sebaliknya oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan para pendukungnya.
Mengakhiri wawancaranya dengan stasiun televisi, Bolsonaro mundur dan melepaskan maskernya sambil tersenyum dan mengatakan, ”Kalian bisa lihat dari wajah saya bahwa saya sehat dan saya tenang.”
Sejak awal wabah Covid-19 merebak, Bolsonaro kerap menyebut Covid-19 sebagai flu ringan. Bolsonaro telah sering tampil di depan publik tanpa masker. Pada Jumat pekan lalu, ia memveto salah satu bagian dari undang-undang yang mewajibkan penggunaan masker di tempat umum.
Seperti halnya Trump, Bolsonaro telah mengecam para ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan bersikap skeptis atas keganasan virus korona. Pada Selasa kemarin, ia juga mengulangi lagi klaimnya bahwa risiko Covid-19 terlalu dibesar-besarkan dan warga Brasil pada umumnya tidak perlu khawatir. ”Yakinlah bahwa peluang untuk jadi serius nyaris nol.”
Selama ini, Bolsonaro juga menentang keputusan otoritas kota, distrik, dan negara bagian yang menerapkan pembatasan sosial dengan alasan kehancuran ekonomi jauh lebih parah dibandingkan dengan dampak Covid-19. Sikap yang meremehkan ancaman Covid-19 dan bagaimana ia menangani pandemi ini telah menuai kritik keras dari para pakar kesehatan.
Jumlah kasus Covid-19 di Brasil yang mencapai 1,6 juta lebih menjadi alasan utama mengapa wilayah Amerika Latin dan Karibia melaporkan kasus Covid-19 lebih dari tiga juta kasus. Kasus meninggal di kawasan itu hampir 140.000 kasus yang hampir separuhnya disumbangkan Brasil.
Di masa pandemi ini, Bolsonaro telah memecat dua menteri kesehatan yang merupakan dokter serta menggantinya dengan seorang jenderal militer aktif untuk sementara.
Sebelum diketahui positif, Bolsonaro bertemu dengan Menteri Ekonomi Paulo Guedes; CEO Banco Bradesco, Luiz Carlos Trabuco; dan CEO Embraer, Francisco Gomes Neto. Sejauh ini Guedes tidak menunjukkan gejala Covid-19 dan hasil tesnya negatif. Namun, dalam empat hari lagi ia akan kembali menjalani tes.
Selama pekan kemarin, tepatnya pada peringatan kemerdekaan AS 4 Juli, Bolsonaro bersama dengan Duta Besar AS untuk Brasil Todd Chapman dan keduanya tidak menggunakan masker.
Kedutaan Besar AS di Brasil mengatakan bahwa Chapman negatif Covid-19, tetapi akan tetap menjalani karantina mandiri.
Direktur Penyakit Menular Pan American Health Organization (PAHO) Marcos Espinal berharap Bolsonaro bisa segera pulih. Namun, peristiwa ini mengandung pesan penting.
”Pesannya adalah bahwa virus ini tidak bisa diprediksi dan tidak memandang ras, kelas, atau orang yang berkuasa meski personel pengamanan berada di sekitar presiden,” kata Espinal.
”Bagi Brasil, tertularnya presiden harus bisa memperkuat implementasi pembatasan sosial dan penggunaan masker untuk mecegah penyebaran virus korona.” (REUTERS/AFP)