Satu Korban KM Kasih 25 Ditemukan, Enam Masih dalam Pencarian
›
Satu Korban KM Kasih 25...
Iklan
Satu Korban KM Kasih 25 Ditemukan, Enam Masih dalam Pencarian
Memasuki hari keempat tenggelamnya KM Kasih 25 di Selat Pukuafu, perairan Kupang, Nusa Tenggara Timur, satu korban, bernama Fone Viktoria Hana Poy alias Fony Poy, ditemukan. Enam orang masih dicari.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Memasuki hari keempat tenggelamnya KM Kasih 25 di Selat Pukuafu, perairan Kupang, Nusa Tenggara Timur, satu korban ditemukan dalam keadaan meninggal. Enam korban lain masih dalam pencarian tim gabungan.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) Komisaris Besar Sudaryono di Kupang, Rabu (8/7/2020), mengatakan, korban yang ditemukan berjenis kelamin perempuan bernama Fone Viktoria Hana Poy alias Fony Poy. Ia ditemukan tim gabungan di Pantai Tenau, Kupang, Selasa (7/7/2020) pukul 19.00 Wita.
”Hasil identifikasi menyebutkan jenazah itu memiliki rambut panjang berukuran 90 cm, panjang badan 155 cm, ada luka di bagian paha, berusia 40-45 tahun, mengenakan baju kaus warna hitam dengan tulisan unark barkley dan celana dalam warna putih. Korban mengenakan anting satu pasang warna keemasan,” kata Sudaryono.
Data ini kemudian dicocokan dengan keterangan dari pihak keluarga. Dari informasi ini dipastikan korban dengan ciri-ciri tersebut adalah Fony Poy. Korban adalah warga Rote Ndao, yang selama ini berdomisili di Desa Tablolong, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang.
Jenazah korban kemudian diserahkan secara simbolis oleh Direktur RS Bhayangkara Komisaris Herry Purwanto kepada suami korban, yang merupakan salah satu korban selamat dalam kecelakaan kapal itu, Fredrik Poy, di Rumah Sakit Bhayangkara.
Pencarian para korban masih berlanjut melibatkan tim gabungan.
Enam korban masih dinyatakan hilang, yakni Elisabeth Poy Bulan, Felisia Bulan, Stefano Bulan, John Mulik, Ardianto Poy, dan Mus Toudua. Para korban berstatus sebagai penumpang, kecuali Mus Toudua sebagai anak buah kapal (ABK). Mereka adalah warga Rote Ndao dan warga Tablolong, Kabupaten Kupang.
Pencarian para korban masih berlanjut melibatkan tim gabungan terdiri dari Basarnas Kupang, Polres Rote Ndao, Polairud Polda NTT, TNI AL, nelayan, dan masyarakat. Mereka dibagi dalam lima tim, tersebar di sejumlah titik, di perairan Kupang dan perairan Rote Ndao.
Polres Rote Ndao juga telah membuka posko pengaduan korban di Markas Polres Rote Ndao. Masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga terkait tenggelamnya KM Kasih 25 dari Tablolong ke Rote Ndao dipersilakan melapor.
”Setiap saat selalu ada keluarga korban yang datang menanyakan informasi mengenai perkembangan pencarian enam korban yang masih dinyatakan hilang,” kata Sudaryono.
KM Kasih 25 bertolak dari Pantai Tablolong tujuan Rote Ndao, Minggu (5/7/2020). Saat tiba di Selat Pukuafu, kapal dihantam gelombang setinggi 3 meter dan angin kencang, menyebabkan kapal tenggelam. Total penumpang dan awak di dalam kapal 29 orang, 19 orang selamat, empat orang meninggal, dan enam orang masih dalam pencarian.
Kepala Dinas Perhubungan NTT Isyak Nuka mengatakan, karena KM Kasih 25 tidak memiliki izin belayar, dan keberangkatan kapal tidak mendapat izin dari Operator Kesyahbandaran Tenau Kupang, para korban tidak mendapat santunan dari pemerintah.
Sementara itu, Kapolres Timor Tengah Utara Ajun Komisaris Besar Nelson Filipe Diaz Quintaon kepada wartawan mengatakan, dua dari empat nelayan asal Desa Oepuah Utara, Kecamatan Biboki Moenleu, Timor Tengah Utara, yang hilang terseret gelombang dan angin kencang di perairan pantai utara kabupaten Timor Tengah Utara ditemukan di Pantai Makassar, Timor Leste, Selasa (7/7). Mereka adalah Yohanes Nabu (40) dan Jefri Naiheli (30). Keduanya telah dideportasi ke Timor Tengah Utara oleh Pemerintah Timor Leste. Sementara Yani Naiheli (25) dan Primus Tainasi (30)—kedua nelayan lain—masih dalam pencarian.
Keempat nelayan itu berangkat melaut Sabtu (4/7/2020) pukul 09.00 Wita menggunakan perahu motor milik Marsel Mali (46). Biasanya pukul 12.00 Wita mereka pulang makan siang.
Akan tetapi, hari itu sampai sore hari mereka belum datang juga. Kepala desa setempat akhirnya melaporkan hal itu ke Polsek Biboki Moenleu, dilanjutkan ke Basarnas Kupang untuk dilakukan pencarian.
”Pencarian terhadap dua korban masih dilanjutkan. Jika ada warga yang menemukan keberadaan kedua nelayan ini, silakan melapor ke aparat keamanan terdekat,” kata Quintaon.