Antisipasi Situasi Terburuk, Pemkot Bogor Siapkan Ruang Isolasi di Rusunawa
›
Antisipasi Situasi Terburuk,...
Iklan
Antisipasi Situasi Terburuk, Pemkot Bogor Siapkan Ruang Isolasi di Rusunawa
Di tengah situasi yang masih riskan dan bahaya penularan Covid-19, Pemkot Bogor mempersiapkan ruang isolasi eksternal di dua rusunawa.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Pemerintah Kota Bogor mengantisipasi situasi terburuk pandemi Covid-19 dengan menyediakan ruang isolasi eksternal di Rumah Susun Sewa Cibuluh dan Menteng Asri. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bogor Dedie A Rachim bersama tim saat ini mulai mempersiapkan berbagai protokol penunjang untuk menyediakan ruang isolasi eksternal di Rusunawa Cibuluh dan Menteng Asri.
”Kami perlu mempersiapkan diri untuk penanganan pandemi Covid-19. Melihat situasi yang belum kondusif, kami tidak bisa tinggal diam. Jadi, perlu persiapan sebaik mungkin untuk menghadapi situasi terburuk. Kami sudah cek lokasinya,” kata Dedie, saat dikonfirmasi, Rabu (8/7/2020).
Saat ini, kata Dedie, dari dua rusun aset milik Pemkot Bogor, setidaknya mampu menampung sekitar 50 pasien positif Covid-19. Selain menyiapkan ruang isolasi eksternal di dua rusun, Pemkot Bogor akan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk memberikan izin penggunaan tempat rehabilitasi milik BNN di Lido, Kabupaten Bogor, untuk tempat isolasi bagi pasien positif Covid-19.
”Kami sedang berkoordinasi dengan pihak BNN untuk kemungkinan kita bisa memakai aset mereka di Lido, itu rencananya,” kata Dedie.
Sementara itu, Kepala UPT Rusun Kota Bogor Ilham Gunawan mengatakan, rencana untuk ruang isolasi yang disediakan di Rusun Menteng Asri ada sebanyak 20 kamar. Sementara, di Rusun Cibuluh ada 11 ruangan. Satu ruangan di lantai satu dan 10 ruangan di lantai empat yang terdiri dari dua kasur di setiap ruangannya.
”Ruang isolasi yang bergabung dengan hunian penduduk ini tidak menjadi masalah. Sebab kami sudah melakukan penyekatan dengan menggunakan teralis sebagai pembatas antara zona isolasi dan zona penghuni,” kata Ilham dalam keterangan tertulisnya, Selasa (7/7/2020).
Ilham mengatakan, berbagai kebutuhan guna menunjang keberadaan ruang isolasi sudah cukup memadai dengan disediakannya ruangan untuk tenaga medis dan memisahan kamar mandi untuk pasien positif dan tenaga medis. Selain itu, penyemprotan disinfektan juga rutin guna memberikan rasa aman dan nyaman bagi para penghuni.
Saat ini di Kota Bogor, ada delapan rumah sakit rujukan untuk penanganan Covid-19. Penetapan delapan rumah sakit rujukan merupakan kewenangan penuh dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Sementara delapan rumah sakit rujukan, seperti RSUD Kota Bogor, RS PMI, Bogor Senior Hospital, RS Melania, RS BMC, RS Azra, RS Hermina, dan RS Medika Dramaga.
Direktur Utama RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir mengatakan, ketersediaan ruang isolasi di RSUD Kota Bogor saat ini ada 112 kasur yang disediakan di gedung blok III. Sementara total tenaga kesehatan 400 orang. Mereka sudah terlatih dan siap memberikan pelayanan dan pengobatan secara profesional terhadap seluruh pasien yang menjalani masa isolasi di RSUD Kota Bogor.
”Jadi kami memang diperintahkan mempersiapkan the worst situation (situasi terburuk). Jadi mau tidak mau, kesiapan dari personel, SDM, peralatan, kemudian sarana dan prasarana itu harus yang nomor satu. Itu yang harus kita perhatikan,” kata Ilham.
Dedie melanjutkan, sembari Pemkot Bogor menyiapkan ruang isolasi eksternal dan mengupayakan penekanan angka penyebaran Covid-19, warga Bogor juga diharapkan bisa berkerja sama dengan mematuhi protokol kesehatan. Sinergi dan saling berkerja sama sangat dibutuhkan agar tidak semakin banyak kasus positif.
”Jadi dilonggarkannya PSBB ini bukan berarti longgar juga protokol kesehatan keseharian kita. Malah harus ditingkatkan dengan tetap memakai masker, mencuci tangan, dan jaga jarak. Tanpa dukungan masyarakat dan kita tidak saling bersinergi, kita sulit menghadapi pandemi ini,” tutur Dedie.
Jadi dilonggarkannya PSBB ini bukan berarti longgar juga protokol kesehatan keseharian kita. Malah harus ditingkatkan dengan tetap memakai masker, mencuci tangan, dan jaga jarak.
Tes usap
Pemkot Bogor juga terus mengencarkan tes cepat dan tes usap bagi warga Kota Bogor yang menggunakan kereta rel listrik (KRL). Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, pengambilan spesimen menyasar penumpang KRL yang baru saja pulang beraktivitas dari Jakarta.
Petugas Dinas Kesehatan Kota Bogor mengajak penumpang yang baru saja turun dari KRL untuk melakukan tes usap gratis. Petugas mengambil sampel secara acak dan menyiapkan 200 alat usap.
”Stasiun ini jadi perhatian utama Pemerintah Kota Bogor saat ini. Dalam keadaan normal (sebelum pandemi), penumpang KRL dari Bogor bisa 20.000-22.000 orang. Kemarin sudah di angka 17.000, artinya mendekati normal. Karena itu, harus ada atensi khusus di sini. Kalau tidak, ini bisa menjadi kluster penularan Covid-19, berbahaya sekali,” ungkap Bima.
Dalam keadaan normal (sebelum pandemi), penumpang KRL dari Bogor bisa 20.000-22.000 orang. Kemarin sudah di angka 17.000, artinya mendekati normal. Karena itu, harus ada atensi khusus di sini. Kalau tidak, ini bisa menjadi kluster penularan Covid-19, berbahaya sekali.
Menurut Bima, sebagian besar penyumbang angka penyebaran kasus positif di Kota Bogor merupakan kasus dari luar kota atau tertularnya bukan di Bogor. Untuk itu, kata Bima, pihaknya terus mengupayakan penambahan armada bus dan penambahan jumlah rangkaian gerbong karena kepadatan dan antrean harus diurai.
”Strategi menggencarkan tes usap massal untuk mengetahui tingkat kerentanan di stasiun dan KRL,” kata Bima.
Bima mengaku, sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk penambahan bus. ”Selain itu, kami masih meminta agar sistem sif kerja juga dievaluasi total. Menurut informasi di Jakarta, sifnya sudah berlaku, tetapi penumpang yang berangkatnya masih tetap beririsan pagi-pagi. Jadi, sif kerja harus diatur rentang waktunya lebih jauh, tidak berdekatan,” kata Bima.