Presiden Kolombia Ivan Duque Marquez terkesan dengan kesediaan Garuda Indonesia menerbangkan warga Kolombia yang terjebak di sejumlah negara akibat pandemi Covid-19.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Jauh, dari wilayah Amerika Latin, Kolombia menawarkan menjadi titik penghubung bagi maskapai penerbangan Garuda Indonesia
di kawasan tersebut.
Presiden Kolombia Ivan Duque Marquez terkesan dengan kesediaan Garuda Indonesia menerbangkan warga Kolombia yang terjebak di sejumlah negara akibat pandemi Covid-19. Operasi repatriasi 336 warga Kolombia dari 19 negara di empat benua memang tidak gampang di tengah tantangan amukan Covid-19 yang menggetarkan berbagai kalangan.
Pilihan Pemerintah Kolombia amat terbatas dalam upaya memulangkan warganya dari luar negeri. Maskapai penerbangan nasional Kolombia, Avianca, tak bisa diandalkan karena sedang dalam proses pembangkrutan. Tantangan kian berat karena tak gampang mendapatkan maskapai yang bersedia beroperasi di tengah kesulitan pandemi Covid-19.
Kesediaan Garuda Indonesia itu membuat pemerintah dan rakyat Kolombia lega. Operasi kemanusiaan yang dramatis ini belum ada presedennya bagi negara di Amerika Latin. Melalui proses berliku dan ketat, sesuai protokol kesehatan, Garuda menjemput warga Kolombia di Bangkok, Thailand, dan Melbourne, Australia. Ibarat rajawali terbang jauh dan tinggi menggapai angkasa, Garuda bertolak dari Jakarta, mengarungi langit biru sejauh 19.819 kilometer, melewati samudra luas, menuju Bogota, ibu kota Kolombia.
Proses repatriasi ini diapresiasi tinggi. Presiden Marquez menawarkan Kolombia menjadi titik penghubung penerbangan Garuda Indonesia di Amerika Latin, yang mencakup 13 negara. Tentu ada yang berkomentar, penerbangan ke Kolombia secara teknis tidaklah gampang, sekurang-kurangnya untuk ukuran kemajuan penerbangan saat ini. Jarak Jakarta-Bogota tergolong jauh, membutuhkan waktu 30-46 jam untuk bisa sampai. Kondisi bisnis Garuda juga tidak terlalu mendukung untuk dapat melayani penerbangan jarak jauh.
Tawaran Presiden Marquez kepada Garuda Indonesia memberikan makna tersendiri bagi kepentingan diplomasi kedua negara. Sekalipun secara geografis terpisah ribuan kilometer, hubungan persahabatan kedua bangsa terasa dekat. Peluang kerja sama perdagangan pun semakin terbuka.
Presiden Marquez menawarkan Kolombia menjadi titik penghubung penerbangan Garuda Indonesia di Amerika Latin, yang mencakup 13 negara.
Sebagian warga Indonesia mungkin mengenal Kolombia, lebih karena sepak bola, musik, tari, bahkan kokain. Negara berpenduduk sekitar 50,3 juta jiwa di Pegunungan Andes itu juga terkenal dengan kopi, bunga tulip, dan batu mulia zamrud. Secara ekonomi, negara itu sedang menggeliat sejak mampu meredam pergolakan bersenjata tahun 2005 dan terus melawan keras mafia kokain.
Situasi domestik Kolombia yang kian kondusif memberikan keyakinan baru bagi Indonesia untuk memperkuat kerja sama dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Dalam perspektif regional, potensi pasar Amerika Latin juga tidak kecil karena didukung oleh 535 juta penduduk dari 13 negara. Peluang ini perlu menjadi perhatian Indonesia kalau ingin mendapatkan manfaat dari kerja sama yang saling menguntungkan dan sekaligus memperbesar pengaruh di panggung global.