Kepala BKPM Janji Jemput Investor dari Tiba di Bandara hingga Kawal di Lokasi Pengurusan Izin
›
Kepala BKPM Janji Jemput...
Iklan
Kepala BKPM Janji Jemput Investor dari Tiba di Bandara hingga Kawal di Lokasi Pengurusan Izin
BKPM berjanji mengawal investor merealisasikan penanaman modalnya di Tanah Air mulai dari tiba di bandara hingga mengawal ke lokasi pengurusan perizinan. Langkah ini upaya BKPM tingkatkan investasi di masa Covid-19.
Oleh
FX Laksana AS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Koordinasi Penanaman Modal berjanji mengawal investor merealisasikan penanaman modalnya di Tanah Air. Dari potensi investasi senilai Rp 708 triliun, 58 persen di antaranya telah difasilitasi BKPM.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Kamis (9/7/2020), menyatakan, BKPM saat ini fokus untuk menarik investasi asing baru sekaligus mempercepat realisasi investasi lama yang terkendala sejumlah hal selama tiga atau empat tahun terakhir.
Bagi Indonesia, basis pertumbuhan ekonomi nasional adalah konsumsi rumah tangga. Selanjutnya, faktor pemacunya adalah investasi yang menjadi penyumbang terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga. Di tengah resesi global, arus investasi anjlok. Untuk itu, ikhtiar menjaga arus investasi masuk ke dalam negeri menjadi penting untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional setelah tertekan krisis Covid-19.
Saya yakinkan, investor asing yang ingin berkunjung, ketika tiba di bandara, tim BKPM akan menjemput dan akan mengawal Anda sepanjang serius berinvestasi. Kita akan urus semua perizinan. Anda hanya bawa modal dan teknologi. Biarkan kami yang urus perizinannya. (Bahlil Lahadalia)
Guna menarik investasi baru, Bahlil melanjutkan, BKPM telah bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di luar negeri dan kantor-kantor ekstensi BKPM di luar negeri. Adapun untuk invetasi lama yang terkendala, BKPM siap memfasilitasi mulai dari pusat hingga daerah.
”Saya yakinkan, investor asing yang ingin berkunjung, ketika tiba di bandara, tim BKPM akan menjemput dan akan mengawal Anda sepanjang serius berinvestasi. Kita akan urus semua perizinan. Anda hanya bawa modal dan teknologi. Biarkan kami yang urus perizinannya,” kata Bahli menegaskan.
Berdasarkan data BKPM, potensi investasi yang bisa direalisasikan pada tahun ini adalah Rp 708 triliun. BKPM sejauh ini telah memfasilitasi di antaranya senilai Rp 410 triliun investasi.
”Indonesia berkepentingan untuk mentransformasi perekonomiannya, dari industri primer ke industri bernilai tambah, terutama industri hilir,” ujar Bahlil.
Untuk mendorong transformasi perekonomian nasional tersebut, Bahlil melanjutkan, beberapa sektor yang ingin didorong BKPM antara lain adalah kesehatan, pertambangan, infrastruktur, dan manufaktur.
Untuk kesehatan, BKPM mengundang masuknya investasi peralatan kesehatan. Kebutuhan ini sangat terasa saat krisis Covid-19 karena impor peralatan kesehatan meningkat tajam. Pemasaran produknya diprioritaskan untuk pasar dalam negeri terlebih dahulu.
Adapun lokasi investasi, sebagaimana instruksi Presiden, pemerintah membangun kawasan industri dengan harga tanah yang kompetitif, yakni di bawah Rp 1 juta per meter persegi. Ini termasuk harga tanah yang kompetitif di kawasan Asia Tenggara.
”Selain itu, ada juga upah buruh yang kompetitif. Di Batang (Jawa Tengah), misalnya, upah buruh di bawah rata-rata nasional. Lokasinya dekat tol, sekitar 500 meter. Juga dekat dengan pelabuhan dan rel kereta api,” tutur Bahlil menambahkan.
Anjlok
Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan, arus investasi global anjlok pada tahun ini. United Nation Trade and Development memperkirakan krisis Covid-19 akan memotong 40 persen investasi global di tahun ini. Dampaknya akan dirasakan oleh negara berkembang yang paling mengalami tekanan tersebut.
Sejak krisis Covid-19 mulai melanda, merujuk laporan Dana Moneter Internasional (IMF), arus modal asing yang keluar mencapai 83 miliar dollar Amerika Serikat dari negara-negara berkembang. Sebanyak 45 persen di antaranya terbang keluar dari Asia.
Untuk itu, Retno menekankan komitmen Pemerintah Indonesia untuk menarik investasi asing. Pemerintah misalnya bekerja keras menyederhanakan perizinan dan birokrasi, menyediakan insentif, dan mempromosikan peluang investasi di Tanah Air. Segenap Kedutaan Besar Republik Indonesia dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di luar negeri bekerja keras mempromosikan investasi sekaligus memastikan realisasinya.
”Investasi adalah instrumen kunci untuk pemulihan ekonomi Indonesia,” kata Retno lagi.
Sejalan dengan itu, Retno menyampaikan bahwa penerapan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) Indonesia-Australia akan efektif diterapkan yang dimulai 5 Juli lalu. Skema kerja sama yang ditandatanganai kedua negara per 4 Maret 2019 itu telah diratifikasi melalui UU Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pengesahan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia yang diterbitkan pada Februari 2020.
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk menarik investasi asing. Pemerintah misalnya bekerja keras menyederhanakan perizinan dan birokrasi, menyediakan insentif, dan mempromosikan peluang investasi di Tanah Air. Segenap Kedutaan Besar Republik Indonesia dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di luar negeri bekerja keras mempromosikan investasi sekaligus memastikan realisasinya. (Retno LP Marsudi)
”CEPA ini tidak hanya perjanjian perdagangan di barang dan jasa serta investasi, tetapi juga kerja sama pendidikan pelatihan, vokasi, pendidikan tinggi, dan kesehatan,” ujar Retno.
Untuk Indonesia, CEPA diharapkan meningkatkan ekspor karena penghapusan sejumlah tarif sampai 0 persen. Ekspor yang akan mendapatkan manfaat antara lain tekstil, produk otomotif, elektronik, produk perikanan, dan alat komunikasi. CEPA juga menyediakan iklim yang jauh lebih kondusif bagi investor Australia untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
”Melalui implementasi aktif CEPA, ada potensi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,23 persen melalui tambahan 1,65 miliar dollar Australia per tahun. Hal ini diharapkan ikut mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” kata Retno.