Hingga saat ini Pemkab Sidoarjo telah memfasilitasi pengetesan Covid-19 kepada ratusan santri di wilayahnya. Fasilitas berupa penyediaan reagen uji cepat beserta sumber daya manusianya itu diberikan tanpa memungut biaya.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menggelar pengetesan uji cepat Covid-19 gratis untuk santri. Harapannya, hal itu bisa mencegah terjadinya penularan Covid-19 di pesantren.
Sidoarjo merupakan zona merah sebaran Covid-19 di Jatim. Kota satelit ini bahkan memiliki kasus terbanyak kedua di Jatim. Jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sampai Rabu (8/7/2020) mencapai 2.166 orang. Sebanyak 1.055 orang di antaranya dirawat di rumah sakit, 624 orang isolasi di rumah dan gedung khusus, 131 orang meninggal, dan 356 orang sembuh.
Selain itu, jumlah pasien dalam pengawasan hingga 880 orang. Sebanyak 518 orang dirawat di RS, 144 orang isolasi mandiri, 153 orang sembuh, dan 65 orang meninggal. Adapun, jumlah orang dalam pemantauan sebanyak 1.451 orang. Sebanyak 39 orang dirawat, 140 isolasi mandiri, 1.268 orang selesai masa pantau, dan 4 orang meninggal.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan telah menyediakan 50.000 reagen uji cepat untuk santri yang kembali menempuh pendidikan di pesantren. ”Namun, tes ini bersifat sukarela, bukan kewajiban. Harapannya, ada kesadaran bersama dari pengelola pesantren,” ujar Nur Achmad, yang juga pelaksana tugas Bupati Sidoarjo, Kamis (9/7/2020).
Gugus Tugas Covid-19 Sidoarjo sejak jauh hari mengumpulkan pengelola pesantren. Selain pendataan santri, hal itu dilakukan guna membangun komunikasi sejak dini untuk menekan penyebaran Covid-19.
Dari pertemuan itu terungkap, jumlah santri di Sidoarjo lebih kurang 34.000 orang, belum termasuk pengelola pesantren, seperti pengajar dan pegawai lainnya. Namun, hanya sedikit pesantren yang bersedia melakukan uji cepat. Sebagian pesantren khawatir mendapatkan stigma negatif apabila ada santrinya reaktif Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan sudah menerima permintaan uji cepat untuk para santri sejak Juni lalu. Bahkan sudah ada yang mengajukan permintaan untuk Agustus mendatang.
Totalnya, sekitar 1.000 santri yang disasar dalam uji cepat Covid-19. Jumlah itu berpotensi bertambah seiring meningkatnya kesadaran pengelola pesantren tentang pentingnya penapisan sejak dini.
Dari jumlah tersebut, ada santri asal Sidoarjo yang menempuh pendidikan di luar daerah. Selain itu, ada juga santri yang menempuh pendidikan di dalam kota. Salah satu permintaan uji cepat berasal dari santri asal Sidoarjo yang akan kembali ke Ponpes Modern Gontor. Ponpes Modern Gontor ini tersebar di berbagai kota di Jatim, seperti Ponorogo, Ngawi, dan Banyuwangi.
Salah satu permintaan uji cepat berasal dari santri asal Sidoarjo yang akan kembali ke Ponpes Modern Gontor. Ponpes Modern Gontor ini tersebar di berbagai kota di Jatim, seperti Ponorogo, Ngawi, dan Banyuwangi.
Data dinkes, jumlah santri Gontor yang diuji cepat di Gelora Delta Sidoarjo sebanyak 407 orang. Mereka terbagi dalam dua kali pelaksanaan uji cepat karena menyesuaikan dengan jadwal masuk ke pesantren. Sebanyak 131 santri mengikuti uji cepat pada 16 Juni dan 276 santri di uji cepat pada 19 Juni.
Selain itu Dinkes Sidoarjo telah melakukan uji cepat terhadap 144 santri dari berbagai pesantren pada 3 Juli lalu dan rencana 200 santri pada Agustus mendatang. Uji cepat ini atas permintaan dari Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama Waru. Baru-baru ini salah satu pesantren di Kecamatan Krian bekerja sama dengan dinkes menggelar uji cepat untuk para santri yang baru masuk.
Menurut Syaf, upaya lain mencegah sebaran Covid-19 di pesantren dilakukan dengan menggencarkan sosialisasi pola hidup bersih dan sehat serta penerapan protokol kesehatan yang ketat. Setiap pesantren diharapkan membangun satuan tugas Covid-19 untuk memaksimalkan pencegahan dan penanganan kuratif.