Arsitektur Rumah Beradaptasi dengan Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 memaksa para arsitektur mendesain perumahan yang sesuai dengan protokol kesehatan dan keamanan.
Selama ribuan tahun, estetika arsitektur dipengaruhi oleh perubahan iklim, budaya, agama, dan gaya hidup. Kini, arsitektur ”dipaksa” untuk merespons pandemi Covid-19. Arsitektur rumah yang mengutamakan kesehatan penghuninya diprediksi akan menjadi pilihan kaum urban.
Perubahan desain perumahan tapak (landed houses) terjadi seiring dengan pergeseran gaya hidup kaum urban yang mengutamakan kesehatan serta pergeseran cara kerja selama krisis Covid-19. Rumah yang dulunya hanya digunakan sebagai tempat istirahat dan kumpul keluarga, kini bertambah fungsinya menjadi ruang kerja, tempat bermain anak, ruang belajar, tempat menjalani hobi, dan berbisnis.
Ini memengaruhi cara seseorang ketika mempertimbangkan membeli atau menyewa rumah. Kalau dulu lokasi dan harga dijadikan sebagai faktor utama memilih hunian, kini ada pertimbangan lain, seperti desain rumah, fasilitas sekitar, dan manajemen lingkungan dan bangunan yang menerapkan protokol kesehatan untuk mengurangi penyebaran virus.
Sejak ada pandemi, protokol kesehatan menjadi standar baru yang melengkapi arsitektur bangunan perumahan.
Arsitek Joko Adianto mengatakan, sekalipun vaksin Covid-19 akan ada dalam waktu dekat, arsitektur rumah sehat akan tetap bertahan dan menjadi standar baru dalam merencanakan, memilih, dan menempati hunian.
”Sejak terjadi serangan bom di Indonesia, misalnya, protokol keamanan menjadi kenormalan baru di perkantoran, pusat perbelanjaan, dan tempat beribadah. Demikian juga sejak ada pandemi, protokol kesehatan menjadi standar baru yang melengkapi arsitektur bangunan perumahan,” jelasnya.
Sejak pandemi Covid-19, masyarakat diajak mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak fisik dan menerapkan pola hidup sehat, termasuk rajin mencuci tangan, menggunakan masker saat bepergian, dan menjemur badan di bawah sinar matahari. Gaya hidup masyarakat yang mengutamakan pola hidup sehat ini akan masuk ke dalam kebiasaan di rumah.
Apabila diturunkan pada desain bangunan, arsitektur rumah berkembang memaksimalkan cahaya matahari dan sirkulasi udara, memiliki ruang terbuka hijau untuk berkebun, dan dilengkapi dengan tempat membersihkan badan sebelum masuk rumah.
”Menambah jendela di rumah atau membangun atap rumah yang memungkinkan masuknya cahaya matahari bisa menjadi pertimbangan untuk mereka yang tinggal di kawasan padat penduduk,” kata Joko.
Profesor di Sekolah Arsitektur di Universitas Hongik dan kepala Hyunjoon Yoo Architects, Yoo Hyun-joon, mengatakan, orang-orang akan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah untuk bekerja dan mengikuti kelas-kelas virtual.
”Rumah harus mengakomodasi lebih banyak fungsi di masa depan yang akan meningkatkan permintaan akan rumah yang lebih luas dan lebih banyak ruangan daripada sebelumnya,” katanya, dikutip dari the Korea Herald.
Perasaan aman dan sehat selama berada di dalam rumah, itu yang dicari.
Executive Director Business Development PT Intiland Development Tbk Permadi Indra Yoga mengatakan, gaya hidup masyarakat yang mengutamakan pola hidup sehat masuk ke dalam kebiasaan di rumah. Keberadaan manajemen lingkungan dan bangunan juga menempati peran penting karena mereka bertugas memastikan protokol kesehatan di lingkungan rumah.
”Perasaan aman dan sehat selama berada di dalam rumah, itu yang dicari,” ujarnya.
Perumahan Serenia Hills di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, yang menerapkan konsep tropikal modern sebagai oase Jakarta merupakan contoh penerapan desain rumah sehat yang menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Perumahan ini terletak di kawasan bergengsi, berada di lokasi strategis, serta dilengkapi sistem keamanan dan ditunjang keindahan lingkungan.
Selama Covid-19, petugas keamanan membatasi akses jalan masuk-keluar perumahan, yang tadinya ada dua menjadi hanya satu akses dari Jalan Pertanian. Petugas juga memeriksa kedatangan tamu dan penghuni perumahan. Fasilitas publik seperti taman dan tempat olahraga setiap hari dibersihkan mengikuti protokol kesehatan. Manajemen juga menyediakan cairan pembersih tangan di sejumlah lokasi di perumahan.
Memasuki kompleks perumahan, suasana hijau dengan pohon-pohon tinggi dan rimbun menyegarkan jiwa. Kompleks hunian yang menempati luas lahan 26 hektar itu sebagian besar memang difungsikan sebagai lahan hijau. Keberadaan taman dan fasilitas publik sangat penting untuk penghuni yang ingin melepas penat setelah lelah bekerja dari rumah.
Untuk menempati rumah tinggal di Serenia Hills, penghuni harus merogoh kocek minimal Rp 3,5 miliar untuk tipe rumah dengan tiga kamar. Harga rumah di kluster terbaru Zenith dimulai dari Rp 5 miliar. Setiap bulan, penghuni harus membayar iuran lingkungan yang besarnya Rp 2.000.000.
Bagi developer, menurut Yoga, tantangan terbesar dalam membangun permukiman sehat adalah memastikan harga yang tetap terjangkau masyarakat. Apalagi, di tengah pandemi Covid-19, banyak warga yang kehilangan pekerjaan atau berkurang pendapatannya. ”Hal ini berpengaruh terhadap rencana seseorang untuk membeli atau menyewa rumah tinggal,” jelasnya.
Rumah-rumah di pinggiran kota dianggap menjadi solusi karena harganya lebih terjangkau. Selain itu, banyak orang yang menjalani pekerjaan secara remot, atau tidak terbatas lokasi.
”Penghuni rumah dengan latar belakang keluarga akan biasanya membutuhkan rumah yang luas dengan banyak ruangan untuk berbagai aktivitas. Sementara penghuni single biasanya memilih tempat tinggal di pusat kota untuk mengurangi perjalanan ke kantor,” katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Intiland membangun rumah dengan harga yang lebih terjangkau seperti di Talaga Bestari, di Tangerang, Banten. Di kompleks ini sedang dibangun rumah dengan tipe Angsana yang dibuat dengan konsep hunian tropis modern. Rumah ini memiliki rancangan bangunan plafon yang tinggi untuk menjaga sirkulasi udara tetap sehat.
Rumah memiliki luas bangunan 44 meter persegi dan lahan mencapai 108 meter persegi. Rumah yang dibangun di atas tanah kavling berukuran 6 meter × 18 meter ini dipasarkan seharga sekitar Rp 750 juta. Perumahan yang berada di atas tanah seluas 6,9 hektar dibangun dengan konsep rumah tumbuh atau penghuni dapat menambah beberapa ruangan sekaligus sesuai dengan kebutuhan di masa depan. Perumahan dilengkapi manajemen bangunan dan lingkungan dengan iuran lingkungan yang lebih terjangkau.
Di mana saja komputer dapat diposisikan, apakah itu ruang tamu, kamar tidur atau dapur. Kamar perlu memiliki beberapa fungsi di masa mendatang.
Profesor Kim Suk-kyung dari Departemen Arsitektur Interior dan Lingkungan Buatan Universitas Yonsei mengatakan, akses ke jendela untuk penerangan dan kualitas udara perlu diperhitungkan mengingat banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar komputer.
”Di mana saja komputer dapat diposisikan, apakah itu ruang tamu, kamar tidur atau dapur. Kamar perlu memiliki beberapa fungsi di masa mendatang, ” katanya.
Rumah yang dekat dengan kantor atau berada di kawasan dengan fasilitas lengkap seperti pertokoan, pusat perbelanjaan, dan restoran akan diminati. Tinggal di kawasan seperti ini bisa meminimalkan kontak yang tidak perlu demi mencegah penularan Covid-19.
Meski desain bangunan dan suasana sekitar rumah sangat penting, Prinsipal Arsitek RSP Hud Abu Bakar mengatakan, di tengah situasi ekonomi selama Covid-19 yang serba tidak pasti, calon pemilik rumah akan lebih hati-hati untuk memutuskan membeli hunian. ”Lokasi akan tetap menjadi kriteria utama,” katanya, dikutip Prestige.
Wicaksono (32), warga Jurangmangu, Tangerang Selatan, berpendapat, lokasi dan harga tetap menjadi pertimbangan utama dalam memilih tempat tinggal. Saat ini, Wicaksono sedang mencari rumah yang dekat dengan akses transportasi seperti stasiun kereta api.
”Kalau arsitekturnya bagus, tetapi letaknya jauh dari tempat kerja tetap akan menyulitkan. Saya percaya semua rumah baru pasti dibuat dengan tren desain terkini yang mengutamakan kesehatan,” kata ayah satu anak ini.