Hotel dan UMKM Kembali Bergeliat Dongkrak Ekonomi Cirebon
›
Hotel dan UMKM Kembali...
Iklan
Hotel dan UMKM Kembali Bergeliat Dongkrak Ekonomi Cirebon
Peningkatan okupansi hotel dan pemasaran dalam jaringan oleh UMKM mulai mendongkrak perekonomian di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa bulan terakhir, pandemi Covid-19 memukul perekonomian di Cirebon.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Peningkatan okupansi hotel dan pemasaran dalam jaringan oleh usaha mikro, kecil, dan menengah mulai mendongkrak perekonomian di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa bulan terakhir, pandemi Covid-19 memukul perekonomian di daerah tersebut.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Cirebon Imam Reza Hakiki mengatakan, tingkat hunian hotel di Cirebon mulai meningkat seiring pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru. ”Ada kenaikan okupansi 10-15 persen. Ini lumayan,” kata Hakiki kepada Kompas, Jumat (10/7/2020), di Cirebon.
Dengan begitu, tingkat hunian hotel di kota seluas 37 kilometer persegi itu kini rata-rata bisa mencapai 25 persen. Sebelumnya, tiga bulan terakhir, okupansi hotel anjlok hanya 10 persen. Padahal, dalam kondisi normal, okupansi hotel mencapai 50 persen dan 100 persen saat akhir pekan.
Ada kenaikan okupansi 10-15 persen. Ini lumayan.
Meskipun belum signifikan, kata Hakiki, peningkatan tersebut mampu membuka kembali lapangan pekerjaan. Sebelumnya, lebih dari 300 karyawan hotel terpaksa dirumahkan, bahkan mengalami pemutusan hubungan kerja. ”Sekarang, setengahnya sudah kembali bekerja,” ujarnya.
Menurut dia, menggeliatnya bisnis perhotelan turut memicu sektor lainnya, seperti restoran dan rumah makan. RM Jamblang Bu Nur dan Empal Gentong H Apud, misalnya, mulai dipadati pengunjung. Sektor hotel dan restoran menyumbang lebih dari Rp 25 miliar untuk pendapatan asli daerah Cirebon.
Sektor hotel, restoran, dan hiburan berkontribusi hingga 44 persen dari target pendapatan pajak Kota Cirebon, sekitar Rp 159 miliar tahun ini. Untuk pariwisata, sebanyak 68 hotel di Cirebon menjadi tempat menginap lebih dari 500.000 wisatawan di tahun 2019. Adapun kunjungan wisatawan tahun lalu mencapai lebih dari 1,5 juta orang.
Wisatawan lokal
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon Bakti Artanta mengatakan, pelaku usaha perhotelan dan wisata perlu memanfaatkan wisatawan lokal untuk mendongkrak ekonomi Cirebon. ”Selain itu, UMKM juga bisa berperan jika memanfaatkan pasar digital. Sejumlah UMKM yang kami dampingi sudah menggunakannya,” ujarnya.
Pasar daring kini bertumbuh karena pelaku usaha dan konsumen tidak mesti bertemu secara fisik. Potensi penyebaran Covid-19 pun sangat kecil. Itu sebabnya, kata Bakti, aplikasi pembayaran nontunai (quick response Indonesian standard/QRIS) di Cirebon dan sekitarnya meningkat dari 47.000 pengguna pada Maret menjadi sekitar 61.000 pengguna saat ini.
Geliat ekonomi di Cirebon juga tampak dari survei indeks keyakinan konsumen (IKK) yang dilakukan KPwBI Cirebon. Pada Juni, IKK di Cirebon dan sekitarnya mencapai 68,5 poin. Ini meningkat dibandingkan Mei, yakni 55,8.
”Artinya, keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan meningkat,” katanya. Meski demikian, capaian tersebut belum signifikan karena survei IKK pada 2019 di daerah itu kerap di atas 100 poin.
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis meminta masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan saat adaptasi kebiasaan baru karena pandemi Covid-19 belum berakhir. Selain membagikan masker, pihaknya juga rutin berpatroli di tempat keramaian, seperti mal dan pasar.
Jika warga belum disiplin dalam protokol kesehatan, pihaknya tidak akan segan mengambil kebijakan untuk menekan kembali laju kasus Covid-19. ”Jika kasus tidak terkendali, kami akan menerapkan kembali PSBB (pembatasan sosial berskala besar) atau hal-hal yang dapat menghambat laju perekonomian,” ujarnya.