Pekerjaan rumah mengatasi tengkes atau ”stunting” kian berat di tengah pandemi Covid-19. Semua pihak perlu memastikan anak-anak tetap mendapatkan gizi untuk menjamin masa depannya.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
Tengkes atau stunting masih menjadi persoalan bagi bangsa Indonesia. Kondisi ini semakin berat di tengah pandemi Covid-19. Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) bahkan memperkirakan jumlah anak dengan gizi kurang dan gizi buruk di dunia naik hingga 15 persen atau sekitar 7 juta anak pada tahun pertama pandemi ini.
Persoalan itu perlu menjadi perhatian khusus semua pihak, mulai dari pemerintah, swasta, akademisi dan peneliti, hingga organisasi masyarakat. Jika tidak ada intervensi yang spesifik, masalah gizi di Indonesia semakin buruk sehingga produktivitas bangsa di masa depan bisa terancam.
Menurut Ainia Herminiati, Peneliti Madya Bidang Kepakaran Pangan dan Gizi Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 menyebabkan akses masyarakat pada sumber pangan bergizi semakin sulit. Ini terutama dialami oleh masyarakat rentan dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
”Permasalahan gizi anak merupakan salah satu risiko dari dampak sosio-ekonomi di Indonesia yang ditimbulkan akibat pandemi Covid-19. Diprediksi, ada 24 juta anak balita berisiko lebih tinggi mengalami kurang gizi atau gizi buruk selama masa pandemi,” katanya, di Jakarta, Kamis (9/7/2020).
Kondisi ini sebenarnya ironis dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia. Berbagai pangan bernutrisi tinggi sebenarnya mudah didapatkan di sekitar masyarakat. Namun, sebagian besar masih terkendala dalam proses pengolahan sumber pangan tersebut.
Pemenuhan gizi untuk setiap anak pun harus diberikan secara seimbang. Selain kebutuhan vitamin dan mineral, kandungan zat besi, protein, serta kandungan gizi lainnya juga penting untuk mendukung tumbuh kembang seorang anak.
Untuk itu, Ainia mengatakan, riset dan teknologi bisa berperan untuk menghasilkan produk pangan yang kaya akan gizi. Atas dasar itulah, LIPI mengembangkan dua produk suplementasi gizi yang diolah dari bahan baku lokal di Indonesia. Produk itu diberi nama Aitamie dan Probarz.
Aitamie merupakan produk makanan yang mengandung serat dan protein tinggi. Produk makanan yang diolah menjadi bentuk mi ini juga mengandung beta karoten yang bebas bahan pengawet dan tanpa pewarna sintetis.
”Produk ini juga terbuat dari komoditas lokal berkualitas tinggi, antara lain tepung jagung olahan, tepung mocaf, tepung tempe, dan tepung beras. Bagi anak yang menghindari makanan yang mengandung gluten, produk ini juga bisa diberikan,” katanya.
Sementara Probarz merupakan produk makanan jenis snack bar dengan bahan dasar pisang. Produk ini juga diolah dengan bahan bebas gluten yang diformulasikan khusus untuk anak-anak agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama bencana, seperti pandemi Covid-19.
Kolaborasi
Dari inovasi tersebut, Danone Specialized Nutrition Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pun akhirnya berkolaborasi untuk bisa memproduksi kedua produk suplementasi gizi tersebut kepada anak-anak di Indonesia, terutama anak yang rentan terdampak Covid-19. Untuk proses pendistribusian produk ini akan dilakukan melalui Foodbank of Indonesia (FOI).
Corporate Communication Director Danone Indonesia Arif Mujahidin menuturkan, produk ini akan diproduksi dalam skala kecil untuk disalurkan kepada anak-anak dengan gizi kurang di Indonesia. Diharapkan, kerja sama ini juga bisa memicu lebih banyak pihak untuk membantu mengatasi masalah gizi di Indonesia.
Pendiri Foodbank of Indonesia, Hendro Utomo, menambahkan, penguatan pangan berbasis bahan lokal perlu ditingkatkan di masyarakat. Ketergantungan pada pangan impor menyebabkan asupan nutrisi yang lengkap menjadi kurang. Hal ini salah satunya juga karena pemahaman masyarakat yang masih minim akan kebutuhan gizi.
”Bersama-sama kita perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya nutrisi pada anak. Stunting adalah salah satu masalah yang terjadi akibat kurangnya pemahaman yang benar akan makanan bergizi dan pola asuh pada anak,” katanya.