Permintaan Turun, Harga Sejumlah Komoditas Hortikultura di Sumut Anjlok
›
Permintaan Turun, Harga...
Iklan
Permintaan Turun, Harga Sejumlah Komoditas Hortikultura di Sumut Anjlok
Harga sejumlah komoditas hortikultura di Sumatera Utara anjlok karena permintaan pasar yang menurun drastis selama pandemi Covid-19. Omzet pedagang di pasar kini masih kurang dari 50 persen dibandingkan sebelum pandemi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Harga sejumlah komoditas hortikultura di Sumatera Utara anjlok karena permintaan pasar turun drastis selama pandemi Covid-19. Omzet pedagang di pasar kini masih kurang dari 50 persen dibandingkan sebelum pandemi. Harga komoditas yang turun itu, antara lain, cabai merah, kol, kentang, dan wortel.
Gemuk Sitepu (45), petani di Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, mengatakan, petani di sentra hortikultura itu terpuruk selama pandemi karena harga jual sejumlah komoditas yang anjlok. Penurunan harga mulai terjadi sejak awal pandemi dan hingga kini masih bertahan rendah.
”Harga sayur kol di tingkat petani bahkan anjlok hingga Rp 500 per kilogram, turun dari Rp 2.000 per kilogram. Banyak yang membiarkan hasilnya tidak dipanen untuk menghindari biaya panen,” kata Gemuk, yang juga Kepala Desa Berastepu itu, Jumat (10/7/2020).
Harga komoditas lain yang mengalami penurunan di tingkat petani adalah cabai merah dari Rp 25.000 per kg menjadi Rp 15.000 per kg, Wortel dari Rp 5.000 per kg menjadi Rp 1.500 per kg, serta kentang dari Rp 9.000 per kg menjadi Rp 5.000 per kg.
”Petani juga terpukul karena penurunan harga tidak hanya terjadi pada sayur-sayuran, tetapi juga tanaman perkebunan, seperti kopi dari Rp 30.000 per kg menjadi Rp 20.000 per kg dan harga jeruk yang anjlok dari Rp 15.000 per kg menjadi Rp 7.000 per kg,” kata Gemuk. Menurut dia, para petani juga kini kesulitan menjual komoditas hortikultura karena stok di gudang pengepul menumpuk.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo Matehsa Purba mengatakan, pandemi Covid-19 selama empat bulan belakangan ini membuat harga sejumlah komoditas sayur-sayuran anjlok karena pengiriman ke daerah lain terganggu. Cabai merah dari Karo biasanya dikirim hingga ke sejumlah provinsi, tetapi kini terganggu karena daya serap pasar yang menurun.
Matehsa mengatakan, pandemi Covid-19 tidak mengganggu rantai produksi pertanian di Karo. Namun, pertanian terdampak karena daya serap pasar yang menurun dan distribusi yang terganggu. ”Sejumlah komoditas harganya masih stabil, seperti tomat dan bawang merah, karena penjualan di Sumut masih cukup tinggi,” katanya.
Selama empat bulan belakangan ini membuat harga sejumlah komoditas sayur-sayuran anjlok karena pengiriman ke daerah lain terganggu. Cabai merah dari Karo biasanya dikirim hingga ke sejumlah provinsi, tetapi kini terganggu karena daya serap pasar yang menurun.
Penurunan daya serap hortikultura, antara lain, tergambar dari omzet pedagang di pasar-pasar tradisional di Medan yang anjlok lebih dari 50 persen. Hendri Ginting (45), pedagang sayur-sayuran di Pasar Medan Metropolitan Trade Centre, mengatakan, omzet penjualannya kini masih sekitar Rp 1 juta per hari, menurun dibandingkan sebelum pandemi yang rata-rata Rp 3 juta per hari.
”Di awal pandemi, selama sebulan lebih, omzet kami di bawah Rp 500.000 per hari. Kini, mulai naik, tetapi masih tetap sangat rendah,” kata Hendri.
Hendri mengatakan, banyak langganannya yang merupakan pengusaha rumah makan atau pedagang pengecer yang mengurangi volume pembelian hingga lebih dari setengah. Pengunjung pasar pun hingga kini masih sepi.