Bahaya Penyakit Difteri
Kalau tidak salah pada tahun 2017 di Jakarta pernah terjadi kejadian luar biasa penyakit difteri. Waktu itu anak saya yang berumur 8 tahun harus melakukan kembali imunisasi difteri.
Kalau tidak salah pada tahun 2017 di Jakarta pernah terjadi kejadian luar biasa penyakit difteri. Waktu itu anak saya yang berumur 8 tahun harus melakukan kembali imunisasi difteri. Adiknya yang berumur 6 tahun juga harus diimunisasi.
Seingat saya, riwayat imunisasi anak-anak saya lengkap.
Namun, menurut dokter puskesmas, imunisasi harus diulang karena ada kejadian luar biasa. Saya sudah tentu mengikuti anjuran tersebut.
Kemarin ada tetangga saya yang membawa anaknya umur 10 tahun ke dokter karena sakit tenggorokan. Menurut ibunya, anak laki-laki ini demam, sakit tenggorokan, dan batuk, kemudian timbul sesak sehingga dikonsultasikan ke dokter. Dokter menganjurkan agar anak tersebut dirawat karena dokter mencurigai ada bercak putih di tonsilnya sehingga kemungkinan anak tersebut menderita difteri.
Sebagai seorang ibu, saya khawatir karena anak saya sering bermain dengan anak tersebut. Apakah ada kemungkinan kedua anak saya tertular? Bagaimana mengetahui jika anak saya telah tertular? Apakah imunisasi yang dijalani dua tahun lalu dapat melindungi anak-anak saya dari penularan difteri? Jika anak tetangga itu positif difteri, apakah anggota keluarganya, yaitu ibu, ayah, dan kakaknya, berisiko tertular juga?
Saya masih amat awam mengenai penyakit difteri. Apakah penyakit ini berbahaya? Bagaimana cara penularannya? Apakah sudah ada obat dan apakah penderita difteri dapat diselamatkan? Dalam era kenormalan baru ini, banyak anak-anak yang tertunda imunisasinya, termasuk mungkin imunisasi difteri. Bagaimana mengejar agar imunisasi dapat menjadi lengkap? Bolehkah dilakukan lebih banyak suntikan agar imunisasi tak tertinggal?
Sekarang saya menjaga anak-anak saya dengan ekstra ketat. Saya larang keluar rumah, tetapi anak-anak jadi murung. Mereka ingin main sepeda di taman. Saya terpaksa izinkan, tetapi mereka harus memakai masker dan menjaga jarak dari orang lain.
Saya berharap, dalam era Covid-19 ini tidak ada wabah penyakit baru. Satu saja wabah sudah merepotkan. Jika ada tambahan wabah, apalagi difteri, tentu kita semua akan semakin khawatir dan beban keluarga semakin meningkat. Mohon penjelasan Dokter tentang bahaya penyakit difteri. Terima kasih.
L di S
Penyakit difteri memang merupakan penyakit yang mudah menular. Penularannya hampir serupa dengan Covid-19, yaitu melalui butiran ludah yang mengandung kuman. Penyakit difteri sering menyerang anak-anak, tetapi sekarang juga ditemukan difteri pada orang dewasa dan bahkan orang yang berusia lanjut. Dulu penyakit difteri ditemukan di sejumlah negara, tetapi berkat imunisasi banyak negara berhasil mengendalikan difteri. Kasusnya menjadi amat jarang.
Di Indonesia, penyakit difteri masih ditemukan. Pemerintah telah melaksanakan program imunisasi nasional dan vaksin difteri termasuk dalam program imunisasi nasional. Artinya, semua anak di Indonesia berhak untuk mendapat imunisasi tersebut dan pemerintah menyediakan layanan imunisasi tersebut secara cuma-cuma di puskesmas dan posyandu.
Jika ada orangtua yang tak sempat membawa anaknya ke puskesmas dan posyandu, anak dapat juga memperoleh imunisasi tersebut di layanan kesehatan swasta, baik dokter praktik swasta, klinik imunisasi, maupun rumah sakit.
Vaksinasi difteri diberikan dalam bentuk kombinasi vaksin, misalnya tetanus, difteri, dan pertusis. Setiap anak hendaknya mempunyai buku imunisasi sehingga dengan mudah dapat dilihat imunisasi yang telah diberikan serta imunisasi yang akan dilakukan.
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri yang bernama Corynebacterium difteriae. Masa inkubasi 2 sampai 5 hari. Gejala awal berupa demam sampai menggigil, sakit tenggorokan, suara parau. Kelenjar limfe di sekitar leher dapat membengkak. Jika diperhatikan pada daerah tenggorokan dapat terbentuk selaput yang jika dilepaskan akan mudah berdarah.
Jika terjadi sumbatan jalan napas, penderita akan mengalami sesak berat. Selain itu, bakteri difteri dapat membentuk toksin yang dapat menyebar ke organ tubuh lain, seperti jantung dan ginjal. Jika toksin menyebar ke jantung, dapat terjadi gangguan irama jantung yang cukup berbahaya.
Angka kematian akibat difteri masih tinggi, yaitu sekitar 5 persen sampai 10 persen pada anak usia kurang dari 5 tahun. Difteri juga dapat mengenai orang dewasa yang tak mempunyai kekebalan terhadap difteri. Difteri pada orang dewasa dan manula juga dapat menimbulkan keadaan yang berbahaya, termasuk kematian. Terapi difteri pada dasarnya adalah pemberian antitoksin untuk menetralkan toksin difteri, antibiotik untuk membunuh kuman difteri, serta mengatasi komplikasi yang timbul. Penderita perlu diisolasi agar tak menjadi sumber penularan.
Tentu yang paling utama, kita harus mencegah penularan
difteri. Pencegahannya adalah dengan melaksanakan hidup yang sehat dan bersih serta menjalani imunisasi secara lengkap. Vaksin DPT diberikan kepada anak sebanyak tiga kali serta dilan-
jutkan dengan pemberian usia sekolah, dewasa, menjelang usia pernikahan, dan persiapan kehamilan. Orang dewasa dianjurkan mengulang imunisasi tetanus, difteri, pertusis aselular (Tdap) setiap 10 tahun.
Namun, pada kenyataannya, masih banyak anak usia sekolah yang belum lengkap imunisasi DPT-nya. Juga orang dewasa yang akan menikah, apalagi orang usia lanjut masih amat jarang yang menjalani imunisasi ini.
Jika terjadi difteri di suatu keluarga, penderita harus diisolasi dan diobati dengan baik. Risiko penularan pada anggota keluarga lain akan menurun jika anggota keluarga tersebut menjalani imunisasi difteri dengan lengkap. Oleh karena itu, amat dianjurkan seluruh anggota keluarga, baik yang masih bayi, anak, dewasa, maupun orang berusia lanjut, dapat menjalani imunisasi sesuai dengan jadwal yang dianjurkan.
Mengenai risiko penularan karena kontak dengan anak
yang dicurigai difteri, saya anjurkan Anda berkonsultasi dengan dokter keluarga Anda. Namun, secara umum, apabila anak sudah mendapat imunisasi dengan lengkap, risiko tertular penyakit akan rendah.
Saya juga dapat memaklumi bagaimana sulitnya mencegah anak bermain di luar. Anda dapat mengenali lingkungan Anda sendiri. Jika lingkungan sudah memungkinkan, anak Anda dapat bermain di luar dengan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, serta membatasi waktu berada di luar rumah.
Saya sependapat dengan Anda. Pandemi Covid-19 sudah membebani kita semua. Kita berdoa semoga tak ada wabah baru di masyarakat Indonesia. Untuk itu, pemerintah dan perhimpunan profesi kedokteran telah mengingatkan agar imunisasi dan keluarga berencana jangan diabaikan meski kita berada dalam masa pandemi Covid-19.
Khusus untuk imunisasi, lihat kembali jadwal imunisasi anak-anak kita dan kejarlah imunisasi yang terlambat. Kalau mungkin, dalam waktu dua minggu sudah terkejar. Dokter menganjurkan, jika perlu, lakukan suntikan ganda karena suntikan ganda tak menimbulkan efek yang tak diinginkan.
Cobalah hubungi dokter atau tenaga kesehatan yang bertugas melakukan imunisasi. Tanyakan bagaimana agar imunisasi anak-anak Anda lengkap meski kita berada di era pandemi Covid-19. Kita berdoa semoga Covid-19 cepat berlalu serta anak-anak kita dapat tumbuh kembang dengan gembira.