Interaksi Secapa Ditelusuri
Pembatasan sosial berskala mikro di kawasan Hegarmanah menjadi alternatif untuk mencegah penyebaran Covid-19 di kluster Sekolah Calon Perwira TNI AD, Bandung.
Pembatasan sosial berskala mikro di kawasan Hegarmanah menjadi alternatif untuk mencegah penyebaran Covid-19 di kluster Sekolah Calon Perwira TNI AD, Bandung.
BANDUNG, KOMPAS— Antisipasi penyebaran kluster Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI AD dilakukan dengan menelusuri interaksi siswa dan tenaga pelatih serta masyarakat sekitar yang tinggal kawasan Hegarmanah, Bandung, Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, penelusuran di lingkungan Secapa akan dilakukan oleh TNI AD. Sementara pihaknya bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bandung melacak penyebaran virus dengan melakukan tes terhadap masyarakat di sekitarnya.
”Pengetesan hukumnya wajib, tidak boleh menolak. Saya menyarankan kawasan Hegarmanah melakukan PSBM (pembatasan sosial berskala mikro) dengan ketat,” ujarnya di Gedung Pakuan, Bandung, Jumat (10/7/2020).
Tercatat 1.262 siswa dan tenaga pelatih di Secapa yang positif Covid-19. Mayoritas kasus di kluster ini berstatus orang tanpa gejala. Mereka menjalani karantina mandiri di kompleks Secapa. Hanya 17 orang yang dirawat di Rumah Sakit Dustira, Kota Cimahi.
Kamil mengaku telah berkoordinasi dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. ”Kesepakatannya, pengendalian kluster di sana akan dikelola secara mandiri oleh TNI AD. Kami hanya akan mengerjakan di luar kompleks,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Berli Hamdani menyatakan, pihaknya telah menelusuri lingkungan sekitar Secapa, Selasa (7/6). Hasilnya, tidak ditemukan penyebaran Covid-19 di luar kompleks itu.
Penularan diduga berasal dari interaksi internal di Secapa AD. ”Kalau dilihat dari cepatnya penyebaran, ini dimungkinkan adanya penyebaran internal,” ujarnya.
Kluster penyebaran Covid-19 di sekolah kedinasan terus bermunculan. Dari penelusuran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Cimahi, awal Juli, ditemukan 99 kasus positif di Pusat Pendidikan Polisi Militer TNI AD.
Sementara itu, Wali Kota Bandung Oded M Danial belum dapat memastikan waktu penerapan PSBM di kawasan sekitar Secapa. Pihaknya akan melakukan tes usap terhadap warga setempat.
”Baru ada sekitar 28 warga yang sudah kami data untuk diperiksa. Warga lainnya masih terus ditelusuri,” ucapnya.
Penambahan kasus baru dari kluster Secapa AD membuat kasus positif Covid-19 di Jawa Barat melonjak tajam. Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat (Pikobar) yang diperbarui kemarin, pukul 19.01, jumlahnya mencapai 4.951 orang. Ada penambahan 1.576 kasus baru dalam sepekan terakhir. Penambahan terbanyak terjadi Kamis (9/7) dengan 965 kasus, tertinggi selama pandemi.
Berli menuturkan, lonjakan kasus ini menjadi pengingat kepada warga untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dalam mengantisipasi Covid-19. Apalagi, kajian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengindikasikan persebaran Covid-19 lewat udara.
Hal itu juga menjadi evaluasi bagi gugus tugas sebelum membuka kembali lokasi-lokasi dengan potensi kerumunan, seperti tempat hiburan. Pemprov Jabar akan mengkaji lebih jauh terkait pembukaan pesantren dan sekolah berasrama lain.
”Semua literasi akan kami kaji. Kalau memang betul (persebaran lewat udara), berarti jarak aman yang sekarang (satu meter) bisa saja tidak bermakna,” ujarnya.
Pesantren Gontor
Dari Jawa Timur dilaporkan, Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor 2, Ponorogo, memperketat penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Langkah ini krusial menyusul temuan 11 santri yang terjangkit Covid-19. Penelusuran kontak erat, pengetesan, dan pengobatan dilakukan beriringan.
Wakil Pengasuh Pesantren Gontor 2 Muhammad Hudaya mengatakan, pihaknya masih melakukan isolasi kewilayahan. Akses keluar masuk lingkungan pesantren masih ditutup. Semua santri yang tinggal di dalam pesantren wajib menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin yang tinggi.
”Untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas para santri, beragam upaya juga dilakukan,” ujar Hudaya.
Upaya itu, antara lain, adalah memberikan tambahan gizi dan vitamin secara rutin serta kesempatan istirahat yang lebih banyak bagi santri. Selain itu, para santri diajak berolahraga secara terukur, seperti senam bersama. Selama kegiatan berlangsung, protokol kesehatan diterapkan secara ketat, seperti memakai masker dan menjaga jarak minimal 1 meter.
Isolasi secara ketat dilakukan terhadap 98 kontak erat pasien terkonfirmasi positif Covid-19, yang saat ini masih berada di Pesantren Gontor 2. Mereka dipisahkan dari santri lain.
Gugus Tugas Covid-19 Ponorogo menyebutkan, ada dua kelompok penularan di Gontor, yakni subkluster Sidoarjo dan subkluster Kendari. Disebut subkluster Sidoarjo karena berawal dari seorang santri asal Sidoarjo yang dinyatakan positif. Santri ini menjadi kasus positif pertama di Gontor.
Setelah dilakukan penelusuran, ditemukan 98 kontak erat. Dari 98 orang itu, sebanyak 68 orang menjalani uji cepat Covid-19, sedangkan 30 orang lainnya menjalani uji usap.
Adapun subkluster Kendari diketahui dari 11 santri yang akan berangkat ke Kendari, Sulawesi Tenggara. Para santri ini menjalani uji cepat Covid-19 dan hasilnya semua reaktif. Setelah dilakukan uji usap, sebanyak 10 santri dinyatakan positif dan satu lainnya negatif.
Setelah dilakukan penelusuran, semua kontak erat dengan pasien positif dari Kendari ternyata sudah pergi meninggalkan Gontor, Ponorogo. Mereka pergi ke Kendari sehingga Pemerintah Provinsi Jawa Timur langsung berkoordinasi dengan Pemprov Sulawesi Tenggara.
Pelacakan terus dilakukan di lingkungan pesantren dengan pengetesan massal.
(RTG/TAM/NIK/FLO)