Penerapan Protokol Kesehatan Makin Penting Dilaksanakan
›
Penerapan Protokol Kesehatan...
Iklan
Penerapan Protokol Kesehatan Makin Penting Dilaksanakan
Penambahan kasus harian masih tinggi di Jakarta. Karena itu, penerapan protokol kesehatan harus semakin ketat untuk mengendalikan penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penerapan protokol kesehatan sangat penting seiring dengan lonjakan kasus positif Covid-19 di masa transisi. Langkah ini semakin dibutuhkan karena penambahan jumlah kasus positif Covid-19 masih tinggi. Di Jakarta, penambahan jumlah kasus harian tertinggi terjadi Sabtu (11/7/2020), yakni 359 kasus.
Penambahan kasus-kasus baru itu seiring dengan meningkatknya tes dan kapasitas pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR). Berdasarkan data pemantauan Covid-19 di DKI Jakarta dalam laman https://corona.jakarta.go.id/id/data-pemantauan, per Sabtu (11/7/2020), ada 270.769 warga menjalani tes PCR dengan jumlah kasus positif 13.975.
Selain itu, sudah berlangsung 265.341 rapid test (tes cepat). Dari jumlah itu, 9.191 reaktif, lalu lanjut ke tes PCR. Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengimbau seluruh warga untuk membatasi aktivitas di luar rumah, kecuali bersifat penting, dan semakin ketat menerapkan protokol kesehatan.
”Kenakan masker, cuci tangan dengan sabun pada air mengalir atau gunakan antiseptik, menjaga jarak, dan membatasi aktivitas di luar rumah kalau tidak terlalu penting,” ucap Ani.
Di sisi lain, berdasarkan data pemantauan Covid-19 di DKI Jakarta dalam laman https://corona.jakarta.go.id/id/data-pemantauan, total kasus konfirmasi positif Covid-19 sudah mencapai 13.957 kasus, 9.040 orang sembuh, 495 orang dalam perawatan, 3.732 orang isolasi mandiri, dan 690 orang meninggal.
Pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 18.833 orang dengan rincian 16.038 orang sembuh, 790 orang dalam perawatan, dan 2.005 orang meninggal. Adapun orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 106.670 orang dengan rincian 106.223 orang selesai pemantauan, 299 orang dalam pemantauan, dan 148 orang meninggal. Dari data itu, jumlah kematian PDP lebih tinggi ketimbang kasus konfirmasi positif dan ODP.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta kini meningkatkan kewaspadaan terhadap kluster penularan di Jakarta. Hal tersebut lantaran kasus harian meningkat selama masa perpanjangan pembatasan sosial berskala besar. Salah satu peningkatan jumlah harian tertinggi terjadi pada 8 Juli yang mencapai 344 kasus.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia, pelacakan dan penelusuran akan terus berlangsung sebagai upaya pencegahan penularan. ”Saya harap warga pun tetap selalu disiplin berjaga jarak dan mencuci tangan,” ujar Dwi Oktavia.
Komunikasi risiko
Pemerintah disarankan meningkatkan komunikasi risiko selain pemberian insentif ekonomi yang tepat. Itu belajar dari penanganan wabah flu burung sebelumnya.
Ketua Komite Nasional Pengendalian Flu Burung Pandemi Influenza (Komnas FBPI) 2005-2009 Bayu Krisnamurthi, dalam diskusi di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19, menuturkan, pemerintah mengambil langkah cepat dengan membentuk Komnas FBPI dalam penanganan penyakit flu burung. ”Strategi kita saat itu menangani penyakitnya, sama porsinya dengan menangani dampak sosial-ekonominya dan komunikasi publiknya di bawah kendali langsung otoritas tertinggi,” kata Bayu.
Keberadaan saintis untuk membantu penanganan wabah sangat penting agar kebijakan yang dibuat berdasarkan data dan pengetahuan. ”Sangat penting kebijakannnya disampaikan melalui komunikasi intensif dengan tujuan mengajak masyarakat siaga,” ujarnya.
Terkait pendekatan saintifik ini, menurut epidemiolog senior yang juga mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan 2004-2009 I Nyoman Kandun, pemerintah harus terbuka untuk berkolaborasi. ”Saat itu, kita bekerja sama dengan laboratorium di Hong Kong yang menjadi pembanding untuk pemeriksaan,” kata Nyoman.
Menurut dia, kerja sama lintas sektor, lintas program, bahkan lintas negara sangat penting. ”Penyakit menular tidak mengenal wilayah secara administratif,” katanya. Dia mencontohkan sinergisitas pusat dan daerah dalam penanganan flu burung. ”Saat itu, misalnya Gubernur DKI Sutiyoso mengeluarkan aturan tegas tidak boleh ada ternak ayam di wilayah Jakarta. Juga, wilayah Jembrana di-lockdown, dan dijalankan dengan baik. Intinya pada komunikasi risiko juga,” ucapnya.