Virtual Choir Sebuah Alternatif Paduan Suara Mutakhir
›
Virtual Choir Sebuah...
Iklan
Virtual Choir Sebuah Alternatif Paduan Suara Mutakhir
Walaupun bisa menjadi saluran ekspresi, namun secara riil, paduan suara virtual yang sedang tren di masa pandemi ini tidak bisa menghidupi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Perlu memikirkan serius untuk solusinya.
Oleh
Rachel Mediana Untung
·5 menit baca
Saat ini tidak asing bagi kita untuk mengikuti sebuah ajakan teman sekolah, kampus, kantor, dan kelompok sosial lain untuk bernyanyi bersama tanpa bertatap muka. Hasilnya adalah sebuah rekaman audio visual yang menunjukkan kompilasi wajah peserta yang menyanyikan potongan bait secara bergantian dari sebuah lagu. Rekaman audio visualpun hanya diedarkan secara berantai dalam media sosial yang dimiliki oleh peserta. Virtual choir atau paduan suara virtual namanya.
Ajakan ini umumnya bermula dari usulan satu dua orang dan ditanggapi secara berantai dalam media sosial mereka. Beragam tanggapan didapat dan hampir sebagian besar bernada positif, terbukti dengan masifnya edaran rekaman virtual choir yang ditemui di ragam media sosial saat ini. Hal ini bisa dikatakan blessing in disquise atau keberuntungan di tengah keterpurukan.
Paduan suara pada umumnya dilakukan dengan sebuah pertemuan. Sejumlah orang datang di suatu tempat dan bernyanyi bersama. Dalam kondisi pandemi ini, orang cukup mengirimkan rekaman audio atau video diri, jadilah sebuah tayangan paduan suara yang menarik. Kondisi pandemi Covid-19 yang telah meluluh lantakkan segi-segi kehidupan manusia, menjadikan orang berpikir dan berperilaku kreatif.
Konsep bernyanyi tanpa tatap muka bukanlah suatu yang baru. “Dalam bentuk yang berbeda, Bapak Victor Rompas telah memulai one man singing, alias menyanyi tunggal tapi terdengar seperti dinyanyikan sejumlah orang”, kata Agastya Rama Listya, seorang aranjer sekaligus komponis paduan suara. Dengan merekam suara secara tunggal, berulang-ulang dalam beda pitch atau nada, dan dilanjutkan dengan penyuntingan audio, jadilah rekaman nyanyian bak paduan suara lengkap dengan pembagian suara.
Dalam kondisi pandemi ini, orang cukup mengirimkan rekaman audio atau video diri, jadilah sebuah tayangan paduan suara yang menarik.
Nampaknya tidak rumit, judul lagu ditentukan, aturan bernyanyi dan teknis rekaman ditentukan, dan umumkan kepada calon peserta. Peserta mengikuti paduan menyanyi dan melakukan perekaman audio dan video. Cukup dengan fasilitas fitur kamera video di telpon genggam, peserta secara mandiri merekam dirinya bernyanyi.
Bermodal sinyal cukup, peserta mengirimkan file rekaman melalui media daring ke alamat yang dituju. Koordinator atau tim yang ditunjuk akan melakukan penyuntingan audio visual menggunakan perangkat lunak tertentu. Setelah editing selesai, jadilah rekaman audio visual. Tampak mudah bukan?
Sejatinya tampilan paduan suara adalah kelompok orang yang bernyanyi bersama dan umumnya terdiri dari dua atau lebih jenis suara. Pembentukan nada yang homogen (homogenitas) dan penyatuan suara (blending) dari anggota paduan suara akan menghasilkan suara padu yang indah dan merdu.
Pencapaian bunyi yang artistik ini dipimpin dan dipandu oleh seorang dirijen. Pembentukan choral sound bukanlah suatu yang instan, namun dibutuhkan latihan yang berulang-ulang, bahkan melelahkan. Penampilannya pun dihadirkan dalam suatu momentum dan sejumlah orang dalam paduan suara bernyanyi secara langsung di sebuah panggung.
Kehadiran panggung menjadi sentral perhatian penonton terhadap sebuah pertunjukan yang berlangsung. Peserta pun mempersiapkan diri untuk memproduksi suara yang terdengar merdu dan indah. Begitu juga penampilan diri seperti kostum dan tata rias yang baik akan menambah daya tarik pertunjukan.
Selain itu, paduan suara bukan hanya terdiri dari sejumlah orang yang bernyanyi, namun bisa diiringi oleh alat musik atau tanpa iringan alat musik. Kadang-kadang ditambahkan gerakan tubuh seperti koreografi yang kompak. Sebuah narasi artistik yang kaya rasa, ada bunyi, gerakan, dan visualisasi.
Pandemi covid-19 telah memutarbalikkan seluruh jagad paduan suara. Anggota paduan suara tidak bisa berkumpul untuk melakukan latihan. Dirijen tidak bisa memimpin dan mengarahkan anggota paduan suara. Pengiring musik juga tidak bisa berperan. Tim panggung yang mempersiapkan tampilan pertunjukan pun tidak memiliki ruang kreativitas. Ruang pertunjukkan pun kosong, tanpa penonton. Sendi-seni yang umumnya bergairah dan meluap-luap dalam menghadirkan peristiwa seni menjadi hilang.
Kehadiran paduan suara virtual menjadi salah satu praktik seni kekinian dalam mengekspresikan dimensi yang hilang itu. Tanpa dipimpin dirijen, tanpa latihan berulang-ulang, tanpa bertemu dengan pengiring musik, tanpa panggung dengan segala propertinya dan tanpa kehadiran penonton secara fisik. Jagad seni saat ini hadir dalam dimensi teknologi informatika yang menggantikan dimensi tubuh (embodiment).
Pandemi covid-19 telah memutarbalikkan seluruh jagad paduan suara.
Tanpa adanya indra sentuhan atau pertemuan fisik, peristiwa pertunjukan itu hadir. Bukan hanya paduan suara virtual yang marak dalam dunia maya media sosial kita saat ini. Kita bisa temui monolog virtual, orkestra virtual, teater virtual, ketoprak virtual, dan keragaman seni virtual lainnya.
Dimensi kesadaran yang menubuh (embodied cognition) tidak hadir dalam paduan suara virtual. Anggota paduan suara tidak merasakan kegugupan saat ditegor dirijen karena membunyikan nada yang tidak tepat, dirijen tidak bisa secara langsung memberikan contoh nada untuk anggota paduan suara, ketiadaan suasana keakraban antar anggota paduan suara beserta cerita-cerita cinta di antara mereka, dan ragam dinamika dalam komunitas paduan suara.
Penonton pun tidak bisa merasakan kagum atas penampilan nyanyian dan gerakan kompak paduan suara di atas panggung dengan kelima indranya. Seluruh dimensi ketubuhan ini hilang. Kegairahan ini digantikan dengan kotak monitor baik di gadget atau televisi kita. Cukup dengan menyaksikan rekaman paduan suara virtual, kita sedikit dipuaskan untuk menggantikan luapan ekspresi seni yang dirindukan.
Mengutip pendapat Christopher Small, seluruh kegiatan menciptakan karya musik, berlatih, mementaskan dan mendengarkan musik disebut dengan musicking. Istilah musicking ini menjadi terminologi baru dalam dunia permusikan belakangan ini. Paduan suara virtual tetaplah aktivitas musikal dan seluruh orang yang terlibat dalam produksi juga mendapatkan pengalaman musikal, bahkan yang menyaksikan dan mendengarkan dari gawainya pun mengalami musicking. Hal yang membedakan, dilakukan secara maya yang bisa disebut virtual musicking.
Bagi Tommyanto Kandisaputra, pimpinan dari Bandung Choral Society,virtual choir menjadi salah satu bentuk adaptasi terhadap kondisi saat ini. Anggota paduan suara tidak bisa bertemu untuk latihan dan dirijen juga tidak bisa melatih, padahal keinginan berlatih ada namun tidak bisa menolak kondisi saat ini.
Kebentukan ini menjadi saluran ekspresi musikal yang sebagaimana umumnya. Walaupun bisa menjadi saluran ekspresi, namun secara riil, kebentukan ini tidak bisa menghidupi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ini sebuah isu yang perlu dipikirkan dengan sungguh-sungguh, tambahkan Tommyanto.
Walaupun bisa menjadi saluran ekspresi, namun secara riil, kebentukan ini tidak bisa menghidupi orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Sebagai catatan akhir dari tulisan ini, perlu disebutkan salah satu paduan suara virtual yang memecahkan rekor jumlah rekaman, peserta dan kelompok paduan suara dalam virtual choir dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI), yaitu bertajuk “Indonesia Menyanyi”.
Dalam persiapan dua bulan sejak diumumkan ke publik hingga proses kreatif penyuntingan, telah terkumpul 3.615 rekaman video, 2.758 penyanyi, dan 436 kelompok paduan suara menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka” dan medley lagu daerah nusantara. Paduan suara virtual “Indonesia Menyanyi” yang digagas oleh Bandung Choral Society dan di-launching pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2020, telah disaksikan oleh 318.000 orang dalam tautan Youtube.
(Rachel Mediana Untung , dosen Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Kristen Satya Wacana)