Ramai-ramai Memanfaatkan Media Sosial untuk Berbisnis
›
Ramai-ramai Memanfaatkan Media...
Iklan
Ramai-ramai Memanfaatkan Media Sosial untuk Berbisnis
Media sosial kini bukan lagi hanya untuk urusan pribadi semata, melainkan urusan bisnis juga dapat dikelola di dalamnya.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 seolah ”memaksa” para pelaku usaha untuk merambah ke dunia digital. Mereka pun mencoba beradaptasi dengan memanfaatkan media sosial tidak hanya untuk urusan personal, tetapi juga untuk berbisnis.
Merianah (34), pemilik Batik Firly di Cirebon, Jawa Barat, kini mulai memanfaatkan platform media sosial sebagai tempat berjualan. Sudah tiga tahun ini ia menggunakan Instagram untuk meluaskan usaha.
Meski tidak seramai saat mengikuti kegiatan pameran di mal, penjualan secara dalam jaringan (daring) dinilai menyelamatkan usaha akibat Covid-19. Penurunan omzet hingga 60 persen karena toko dan mal tutup kini berangsur pulih berkat penjualan daring.
Awalnya, Merianah menggunakan akun pribadi untuk menjajakan hasil produksi kain batik, tetapi kurang dapat menggaet pembeli. Ia pun kemudian membuat akun bisnis di Instagram untuk berjualan.
”Kalau dari pengalaman saya, pakai akun bisnis di Instagram itu menjadi lebih banyak orang yang melihat dan menjadi pelanggan baru sampai ada transaksi. Penjualan juga sudah sampai ke kota-kota di luar Cirebon, ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, dan Bali,” katanya saat dihubungi Kompas, Minggu (12/7/2020).
Selain Instagram, WhatsApp (WA) juga menjadi salah satu platform media sosial yang menawarkan fitur untuk berbisnis. Berbeda dengan WA biasa untuk berkomunikasi, WA business (WAB) dapat digunakan untuk mengatur bisnis layaknya tampilan sebuah kantor atau toko.
Yafeth Steven Wetipo (32), pemilik usaha Highland Roastery di Jayapura, mengatakan, penggunaan WAB sangat membantunya dalam memasarkan produk. Komunikasi dan transaksi dengan pelanggan menjadi lebih efisien dan cepat.
Saat memulai usaha pada 2014, Yafeth belum memanfaatkan media sosial untuk berjualan kopi. Dua tahun kemudian, melihat adanya tren penggunaan media sosial, ia pun mencoba menggunakan akun WA pribadi sebagai platform berbisnis.
Kemudian pada 2018, saat WA menawarkan fitur WAB, ia membeli nomor baru untuk akun bisnisnya. ”Akun pribadi itu memang sebaiknya dipisahkan dari akun bisnis supaya para pelanggan kita bisa lebih mudah mencari dan fokus saat melihat produk-produk yang ditawarkan,” ujarnya.
Untuk memasarkan lebih luas biji kopi hasil tanah kampung halamannya di Lany Jaya, Papua, Yafeth juga menggunakan media sosial lainnya. Mulai dari Instagram, Facebook, hingga membuat laman untuk mengenalkan Highland Roastery.
Menurutnya, penjualan secara daring harus terus dikembangkan untuk memperluas jangkauan usaha. Terlebih, di tengah pandemi Covid-19 yang menghambat mobilitas orang.
”Saya sempat tidak ada penjualan kopi selama satu bulan akibat Covid-19 tapi sekarang sudah mulai berangsur pulih hingga 80 persen dari omzet normal. Hampir seluruhnya itu mengandalkan penjualan online yang saya kirim ke Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Yogyakarta, Makassar, dan Riau,” kata Yafeth.
Bantu UMKM
Manajer Kebijakan Publik Facebook Indonesia Karissa A Sjawaldy menjelaskan, ada fitur-fitur yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha dalam menggunakan WAB. Beberapa di antaranya adalah profil bisnis yang lengkap dengan lokasi, tautan ke media sosial atau situs bisnis, deskripsi produk, bahkan jam operasional admin.
Fitur lainnya adalah katalog yang menampilkan daftar produk atau layanan bisnis. Adapun fitur balasan cepat dan pesan otomatis untuk menjawab pesan atau pertanyaan pelanggan yang paling sering diterima.
”Kini ada fitur label untuk mengatur chat dan mempermudah navigasi bisnis. Contohnya, menandai pelanggan baru, pesanan baru, dan menunggu pembayaran,” ujar Karissa.
Berbagai fitur yang disediakan WAB, kata Karissa, bertujuan mempermudah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkomunikasi dengan para pelanggan. ”Tentunya WAB ini terjamin aman dan private,” ucapnya.
Platform WA kini juga menggandeng Prestasi Junior Indonesia untuk membantu lebih dari 1.000 calon pengusaha muda di 12 kota bergabung dalam perekonomian digital Indonesia. Para siswa akan dibekali dengan keterampilan bisnis digital yang kreatif dan beretika melalui lokakarya daring dan kiat-kiat dari pengusaha yang sukses.
Co-Founder dan Penasihat Akademik Prestasi Junior Indonesia, Robert Gardiner, menyampaikan tidak perlu memiliki ponsel yang canggih atau koneksi yang stabil sekalipun, WA dapat tetap digunakan untuk memulai dan mengelola bisnis. Teknologi ini diharapkan dapat membantu UMKM di daerah yang masih kurang memiliki akses konektivitas.
”Sebagai bagian dari program pelatihan WAB, Prestasi Junior Indonesia juga membuat akun WAB yang menampilkan galeri keanekaragaman bisnis alumni dan siswa, mulai dari bisnis makanan dan minuman, kecantikan, hingga pertanian. Akun ini dibuat untuk membantu mereka terhubung dengan calon konsumen mereka (secara daring),” kata Robert.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pelaku usaha yang bertransformasi ke digital. Menurut catatan Asosiasi UMKM, baru ada sekitar 16 juta pelaku UMKM dari total 64,19 juta pelaku usaha yang sudah masuk dalam pasar digital.
Mereka yang terhubung dengan ruang digital kini dinilai memiliki peluang untuk tetap bertahan. Sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, ruang digital seyogianya dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku usaha untuk tetap menggerakkan roda perekonomian.