Lewis Hamilton melanjutkan performa ”dari luar bumi” saat kualifikasi dan balapan seri kedua F1 di Red Bull Ring, Austria. Dia pun kembali ke jalur perburuan gelar juara ketujuh untuk menyamai rekor Michael Schumacher.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
SPIELBERG, MINGGU — Kepala tim Mercedes Toto Wolff tidak berlebihan menilai performa Lewis Hamilton seperti dari luar dunia ini saat sesi kualifikasi. Hamilton semakin tak tertandingi saat balapan pada seri Styria di Red Bull Ring, Austria, Minggu (12/7/2020). Kegemilangan Hamilton ini kontras dengan nasib dua pebalap Ferrari yang saling sodok dan harus keluar balapan di putaran awal.
Hamilton menjadi penguasa Red Bull Ring, mengulang pencapaiannya pada 2016, dan unggul 13,719 detik dari rekan setimnya, Valtteri Bottas, di posisi kedua. Pebalap Inggris itu juga meninggalkan pebalap Red Bull, Max Verstappen, hingga 33,698 detik di posisi ketiga. Hamilton seperti sedang memberi pelajaran cara membalap ala dewa-dewa Formula 1.
”Ini terlihat balapan yang mudah bagimu di sana kawan,” ujar Race Engineer Hamilton, Pete Bonnington, melalui radio.
Sesaat kemudian, legenda hidup tim nasional sepak bola Inggris, Gary Lineker, mengunggah status di akun Twitter memuji Hamilton. ”Kemenangan lagi bagi @Lewis Hamilton yang hebat. Goat di roda 4,” tulisnya, mengacu pada akronim ”Greatest of All Time”, terhebat sepanjang masa.
Penampilan Hamilton kali ini menegaskan statusnya sebagai salah satu pebalap F1 terhebat sepanjang masa. Dia sering dibandingkan dengan idolanya, Ayrton Senna, serta Michael Schumacher yang meraih gelar juara terbanyak, tujuh kali. Jika Hamilton kembali menjadi juara dunia, dia akan menyamai rekor Schumacher. Dengan performanya di seri Styria ini, sulit untuk tidak menjadikan Hamilton favorit juara.
Saat ini, hanya dirinya sendiri serta performa mobil W11 yang bisa mengacaukan misi Hamilton. Pebalap lain yang diharapkan bisa menyaingi dia, Bottas dan Verstappen, tidak menunjukan potensi untuk itu.
Pekan lalu, Hamilton memang kalah dari Bottas, tetapi hal itu karena dua hukuman yang dia terima, mundur tiga posisi start serta penalti lima detik di akhir balapan karena menutup ruang bagi Alexander Albon untuk mendahului. Dalam persaingan terbuka, sulit untuk menandingi Hamilton.
”Sangat bagus bisa kembali ke sini, tim melakukan pekerjaan yang sangat bagus dalam strategi. Saya sangat bersyukur bisa kembali ke posisi pertama, rasanya sangat lama setelah balapan terakhir tahun lalu,” kata Hamilton, yang akan melanjutkan misinya pada seri ketiga di Sirkuit Hungaroring, Hongaria, pada 17-19 Juli.
Kemenangan Hamilton pada seri kedua ini tidak terlalu mengejutkan jika mengamati hasil kualifikasi, Sabtu, yang berlangsung dalam guyuran hujan. Hamilton sangat cepat dan mampu mengendalikan mobil dengan mulus pada lintasan yang penuh dengan aquaplaning, akibat lapisan air yang membuat ban bisa kehilangan traksi.
”Sangat jarang Anda melihat performa yang bukan dari dunia ini,” ujar Wolff memuji Hamilton. ”Ketika Anda melihat layar monitor terkait waktu lapnya, dia mampu menyeimbangkan mobil pada titik kritis, aquaplaning, pengendalian bukaan gas sangat luar biasa.”
Penguasaan teknik membalap Hamilton yang berada di level ”dewa” itu tidak mampu diimbangi oleh Verstappen dan Bottas. Bahkan, Verstappen yang menguasai posisi dua sejak start tidak memaksa mengejar Hamilton yang terus memperlebar selisih waktu. Dia fokus menjaga posisi dua, tetapi akhirnya tak kuasa membendung Bottas yang mendahuluinya di lap ke-67. Mereka sempat saling susul dan memberi sedikit hiburan pada balapan yang cenderung membosankan ini dibandingkan pekan lalu.
”Saya berusaha, tetapi kami sedikit lebih lambat dan memaksa sekuat mungkin yang saya bisa. Saat Valtteri menyusul, saya berusaha membuatnya sulit, tetapi saya tahu dia akan bisa mendahului,” ujar Verstappen.
Selain persaingan Bottas dan Verstappen, manuver yang dilakukan pebalap McLaren, Lando Norris, di lap terakhir dengan mendahului dua pebalap Racing Point, Sergio Perez dan Lance Stroll, juga menjadi kejutan di pengujung balapan. Norris finis kelima di belakang rekan setim Verstappen, Alexander Albon.
Di klasemen, Norris berada di posisi tiga dengan 26 poin, di bawah Bottas (43) dan Hamilton (37). Posisi keempat ditempati Charles Leclerc (18), disusul Sergio Perez (16), dan Verstappen (15).
Mimpi buruk Ferrari
Ferrari justru menjadi tim pertama yang mengemasi perlengkapan mereka di garasi saat tim lain sibuk balapan. Mereka berharap bisa lebih kompetitif pada seri ketiga di Hungaroring. Bagi tim sekelas Ferrari, tersukses di ajang Formula 1, apa yang terjadi di Red Bull Ring ini menjadi aib. Mobil mereka kalah cepat dari tim lain dan para pebalap mereka tidak bisa saling menjaga saat di lintasan.
”Saya terkejut karena tidak ada ruang (untuk mendahului) di sana. Saya berada di sisi dalam dan saya tidak menduga Charles berusaha melakukan sesuatu,” ujar Vettel kepada Sky Sports F1 di area mixed zone.
”Kami seharusnya menghindari situasi seperti ini, tetapi tidak banyak yang bisa dilakukan. Ini (tikungan) hairpin dan sangat sempit,” kata Vettel, yang penampilannya semakin suram pada musim terakhirnya di Ferrari ini.
Leclerc pun meminta maaf kepada Vettel, tetapi dia menyadari maaf tidak cukup untuk situasi seperti ini. ”Saya meminta maaf, tetapi maaf tidak cukup pada saat seperti ini. Saya sendiri sangat kecewa. Saya membiarkan tim terpuruk. Ini saat yang sulit bagi tim dan tim tidak memerlukan ini. Saya sangat menyesal, tetapi sekali lagi itu tidak cukup,” katanya.
Pebalap masa depan Ferrari itu pun mengunggah status di akun Twitter mengulang permintaan maafnya. ”Saya kecewa kepada diri saya. Saya meminta maaf tetapi meminta maaf tidak cukup. Sebastian tidak melakukan kesalahan hari ini. Saya membiarkan tim terpuruk stelah mereka bekerja sepanjang pekan untuk membawa (paket) perbaikan lebih awal. Terlalu bersemangat untuk meraih posisi pada lap pertama. Saya akan belajar dari ini,” tulis pebalap lulusan Akademi Ferrari itu.
Musim ini menjadi mimpi buruk bagi Ferrari yang gagal menghadirkan mobil yang kompetitif. Padahal, SF1000 diklaim mengalami sejumlah perubahan ekstrem dari SF90 yang sangat cepat musim lalu. Mobil baru tim ”Kuda Jingkrak” itu bahkan tidak mampu bersaing dengan mobil tim-tim papan tengah seperti McLaren, Renault, dan Racing Point.
”Saya pikir tidak banyak yang bisa disampaikan kepada para pebalap. Ini akhir pekan yang sulit bagi kami. Kini kami perlu terus kompak dan berusaha menjadi lebih baik secepat mungkin,” kata Kepala Tim Ferrari Mattia Binotto terkait hasil seri kedua yang buruk.
Sebelumnya, Binotto juga menegaskan, masalah timnya selama sesi kualifikasi pada Sabtu sangat jauh dari harapan. Saat kualifikasi, Leclerc tidak lolos ke Q3 dan Vettel tidak beranjak dari posisi ke-10. ”Sungguh hari yang mengecewakan. Kami harus menerima bahwa stopwatch tidak pernah berbohong,” ujarnya kepada Formula 1.
”Dalam dua sesi kualifikasi, meskipun dalam kondisi berbeda, kami tidak bisa kompetitif, bukan hanya melawan mereka yang pernah menjadi lawan terdekat kami dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga melawan yang lainnya, yang hingga kemarin (Jumat) secara umum berada di belakang kami,” ujar Binotto.
”Kami bekerja sangat keras untuk membawa perbaikan pada mobil lebih awal dari yang direncanakan, tetapi mereka tidak menunjukkan manfaatnya di lintasan. Kami harus mencari alasannya dan mengubah keadaan ini, yang tidak cukup bagus bagi sebuah tim bernama Ferrari. Kami tidak boleh marah dan gelisah terkait ini, tetapi kami tidak boleh mengabaikan kenyataan,” kata Binotto.