Kondisi darurat Covid-19 di Papua kian nyata. Tenaga kesehatan terus terjangkit di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan dan minimnya disiplin warga.
Oleh
TIM KOMPAS
·5 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 14 tenaga kesehatan di Papua diumumkan terjangkit Covid-19, Minggu (12/7/2020). Minimnya perlindungan terhadap tenaga kesehatan, ditambah ketidakdisiplinan warga dalam melaksanakan protokol kesehatan, membuat penularan Covid-19 di Papua kian sulit dibendung.
Juru Bicara Satgas Pengendalian, Pencegahan dan Penanganan Virus Korona Papua Silwanus Sumule mengumumkan penambahan 98 kasus positif Covid-19. Sejumlah 14 kasus di antaranya merupakan tenaga kesehatan. Kasus ini menambah panjang deretan tenaga kesehatan di Papua yang terpapar Covid-19. Sebelumnya, 84 pegawai di RSUD Dok II Jayapura dinyatakan terjangkit Covid-19.
Mereka terdiri dari tenaga medis, paramedis, tenaga administrasi, sukarelawan tes HIV, dan tenaga penunjang medis. Di samping faktor fasilitas dan jumlah tenaga kesehatan yang terbatas, kondisi ini juga dipicu minimnya kedisiplinan warga dalam menjalankan protokol kesehatan. Di Kota Jayapura, misalnya, masih banyak warga yang tidak menjaga jarak dan mengenakan masker.
Kami akan mengatur lapak jualan para pedagang dan membersihkan area pasar.
”Kami berharap masyarakat dapat disiplin melaksanakan protokol kesehatan yang ketat. Misalnya, menjaga jarak di tengah kerumunan warga, mencuci tangan dengan bersih, dan selalu menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah,” kata Silwanus. Jumlah kumulatif kasus positif Covid-19 di Papua meningkat menjadi 2.291 orang dengan rincian, 1.174 orang dalam perawatan, 1.094 orang sembuh, dan 23 orang meninggal. Adapun jumlah warga berstatus orang dalam pemantauan sebanyak 2.812 orang dan pasien dengan pengawasan mencapai 253 orang.
”Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano kemarin menutup Pasar Sentral Youtefa di Distrik Abepura untuk kedua kalinya selama tiga hari terakhir. Langkah ini dilakukan menyusul adanya 110 pedagang yang positif Covid-19. Kami akan mengatur lapak jualan para pedagang dan membersihkan area pasar. Tujuannya agar para pedagang kembali berjualan dengan protokol kesehatan yang ketat,” tutur Benhur.
Kewaspadaan menurun
Tak hanya di Papua, minimnya kesadaran warga untuk mengenakan masker dan jaga jarak pada saat beraktivitas di luar rumah juga terjadi di kota besar, seperti Surabaya, Jawa Timur. Kewaspadaan warga terhadap potensi penularan virus korona justru menurun seiring pelonggaran pembatasan sosial. Minimnya kesadaran warga dalam menjalankan protokol kesehatan dijumpai di sejumlah pasar dan mereka yang berolahraga menggunakan sepeda.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kemarin kembali berkeliling kota dan blusukan ke gang-gang sempit untuk mengingatkan warga agar menggunakan masker dan selalu jaga jarak. Berbekal pelantang suara sambil membonceng di atas sepeda motor, ia tak henti-henti mengingatkan warga dan meminta stafnya membagikan masker. ”Saya mencoba mengetuk hati warga Kota Surabaya dengan sosialisasi warga ke kampung-kampung,” kata Risma.
Razia masker
Di Pontianak, petugas dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat beserta TNI-Polri dan satuan polisi pamong praja menggelar razia masker, kemarin. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan. Warga yang tidak menggunakan masker langsung diwajibkan menjalani tes usap. Razia masker dan tes usap bagi warga yang tidak menggunakan masker sudah dilakukan dua kali di Kota Pontianak.
Sebelumnya, razia masker juga dilakukan pada Senin (6/7) sore. Kala itu, ada 68 orang yang langsung menjalani uji usap. ”Kasus Covid-19 sudah nol di Pontianak. Kondisi ini perlu terus dijaga. Masyarakat harus tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan, menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kalbar Harisson.
Sejak Sabtu (11/7), ada tujuh kabupaten/kota yang tidak ada lagi kasus Covid-19. Selain Pontianak, daerah lainnya meliputi Kapuas Hulu, Kayong Utara, Sekadau, Melawi, Sambas, dan Bengkayang. Pada Minggu pagi, banyak warga yang berolahraga tanpa menggunakan masker.
Setelah menjalani tes usap, warga juga diberi edukasi agar menjalankan protokol kesehatan yang telah disosialisasikan pemerintah. ”Saya ada masker di rumah, tetapi memang tidak dibawa karena sudah biasa. Ke depan, saya bawa masker,” kata Darwis (20), salah satu warga, seusai menjalani uji usap.
Pasar ditutup
Dari Purwokerto, Jawa Tengah, dilaporkan, Pasar Wage akan ditutup selama tiga hari, mulai Selasa (14/7), untuk sterilisasi. Hal ini dilakukan setelah lima pedagang di sana terkonfirmasi positif Covid-19. ”Setiap pasar diambil sampel 50 orang dengan hasil lima terkonfirmasi positif untuk Pasar Wage dan satu terkonfirmasi positif di Pasar Manis,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein.
Husein menyebutkan, hingga kini sudah ada 1.095 orang yang dilakukan tes usap dari target 4.000 orang. Dari 1.095 orang itu, sudah keluar hasilnya sebanyak 444 orang. Dari jumlah itu, 18 orang positif. ”Kami ambil kebijakan Pasar Wage harus segera disterilisasi, disinfektan, penyisiran, dan pelacakan terhadap yang positif. Itu perlu waktu, akan ditutup mulai Selasa, Rabu, hingga Kamis minggu ini,” katanya.
Yang penting protokol kesehatan diterapkan dan jaga diri.
Adapun untuk Pasar Manis, tes usap akan digelar bagi semua pedagang. Kalaupun harus ditutup, akan dilakukan setelah proses sterilisasi Pasar Wage selesai. Kepala Dinas Kesehatan Banyumas Sadiyanto menyampaikan, mereka yang positif Covid-19 dan terkonfirmasi lewat tes usap merupakan orang tanpa gejala. ”Mereka adalah orang-orang yang sehat karena imunitasnya baik. Namun, jika menularkan kepada kelompok rentan, seperti orangtua atau bayi, akan berbahaya. Kelompok rentan inilah yang harus dilindungi,” tuturnya.
Sadiyanto meminta masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan rajin mencuci tangan, bermasker, dan tidak berkerumun.
”Masyarakat tetap tenang. Yang penting protokol kesehatan diterapkan dan jaga diri. Cuci tangan, pakai masker. Jaga jarak, jangan berkerumun, dan jangan bersalaman,” katanya.
A Sri Budiyanto (44), salah satu pedagang sembako di Pasar Wage, menyampaikan, meski berat hati harus tutup, pihaknya tetap mematuhi aturan pemerintah demi kebaikan bersama. ”Pada intinya kalau itu untuk kebaikan kita bersama, dari pedagang sebenarnya berat hati tutup tiga hari dari sisi ekonomi. Namun, kalau ini keputusan yang terbaik dari pemda, kami akan melaksanakan dengan baik,” kata Budiyanto.