Perusahaan Rusia Akui Tumpahkan Minyak di Samudra Arktik
›
Perusahaan Rusia Akui...
Iklan
Perusahaan Rusia Akui Tumpahkan Minyak di Samudra Arktik
Sudah berkali-kali perusahaan Rusia, Norilsk Nickel, mencemari lingkungan dalam tiga bulan terakhir. Perusahaan-perusahaan Rusia dikenal kerap menghindari denda akibat pencemarah lingkungan selama bertahun-tahun.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
MOSKWA, SENIN — Perusahaan tambang Rusia, Norilsk Nickel, mengakui menumpahkan hampir 45 ton minyak ke Samudra Arktik. Pengumuman disampaikan sepekan selepas perusahaan itu didenda 2,1 miliar dollar AS karena menumpahkan minyak ke Arktik pada Mei 2020.
Dalam pernyataan pada Minggu (12/7/2020), Norilsk menyebut ada pipa milik anak usahanya, Norilsktransgaz, yang bermasalah. Insiden terjadi kala pipa dipakai mengalirkan mint dari Pelabuhan Dudinka menuju tempat penyimpanan di Tukhard.
”Berdasarkan data awal, ada tumpahan hingga 44,5 ton minyak,” demikian pernyataan resmi Norilsk.
Jaringan pipa telah ditutup dan ada penyelidikan internal. Norilsk juga telah menghubungi otoritas Rusia.
Bukan kali ini saja Norilsk berulah. Pada akhir Juni 2020, perusahaan itu mengakui ada karyawannya ceroboh sehingga limbah mengandung air berat mengalir ke Samudra Arktik. Namun, lautan yang mengelilingi kutub utara itu menjangkau AS, Kanada, Eslandia, Inggris, Belanda, Jerman, Denmark, dan Rusia.
Norilsk diduga menumpahkan air beracun dari salah satu fasilitas pengolahannya di sekitar Laut Arktik. Penyelidik sudah dikerahkan ke lokasi untuk memeriksa insiden tersebut.
Sementara pada akhir Mei 2020, perusahaan itu menumpahkan 21.000 ton solar dan mencemari perairan utama Siberia, wilayah Rusia yang beku sejak ribuan tahun lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan keadaan darurat untuk lokasi kejadian.
Pemilik Norilsk, Vladimir Potanin, berjanji mengganti seluruh biaya pembersihan tumpahan solar itu. Butuh bertahun-tahun untuk membersihkan ribuan ton solar yang tumpah ke Sungai Ambarnaya dan Sungai Daldykan yang bermuara ke Arktik itu.
Denda besar
Badan pengawas lingkungan Rusia, Rosprirodnadzor, mengumumkan denda total 2,1 miliar dollar AS terhadap Norilsk, pekan lalu. Denda itu terdiri dari dana untuk pemulihan kawasan perairan dan daratan di sekitar lokasi.
”Skala kerusakannya tidak pernah terbayangkan. Dendanya pantas,” kata Menteri Lingkungan Hidup Rusia Dmitry Kobylkin, sebagaimana dikutip Financial Times.
Denda itu setara dengan 33 persen keuntungan Norilsk pada 2019. Denda itu belum termasuk 147 juta dollar AS yang dibutuhkan untuk membersihkan tumpahan minyak. Potanin setuju menanggung semua biaya pembersihan tumpahan minyak.
Sejumlah analis menyebut Norilsk punya uang tunai 5 miliar dollar AS dan utang siaga 2 miliar dollar AS yang bisa dipakai untuk membayar denda itu.
Walakin, masih ada peluang Norilsk mengurangi atau bahkan sama sekali tidak membayar denda. Perusahaan-perusahaan Rusia dikenal kerap melakukan itu selama bertahun-tahun.
Komisaris independen Norilsk, Evgeny Shvarts, mengakui, perusahaan itu akan menggugat sanksi denda ke pengadilan. Mantan petinggi World Wildlife Fund (WWF) di Rusia itu menyebut Norilsk akan mencoba memangkas denda melalui proses persidangan.
Insiden pada Mei 2020 itu dinilai sebagai peringatan serius atas dampak perubahan iklim di Rusia. Cadangan solar Norilsk diduga tumpah karena tanah tempat penyimpanannya menjadi tidak stabil.
Lokasi penyimpanan itu dikenal sebagai permafrost, daratan luas beku yang membentang ribuan kilometer di sekitar Laut Arktik. Selama ribuan tahun, tanah di sana membeku akibat suhu dingin dan berabad-abad tertutup es.
Pemanasan global membuat suhu bumi meningkat dan tingkat kebekuan permafrost menurun.
Insiden Norilsk, menurut Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia Alexander Sergeyev, membuat permafrost harus dipantau lebih teliti. Semua bangunan di sana juga harus rutin ditilik.
”Kita harus memantau total semua bangunan industri dan perumahan di permafrost. Jika permafrost menurun, semua bangunan akan runtuh. Saya mendukung wacana yang disokong Presiden Vladimir Putin agar ada program baru untuk memantau perubahan iklim dan dampaknya,” ujarnya, sebagaimana dikutip kantor berita Rusia, Tass.
Penurunan kebekuan permafrost membuat struktur tanah lebih lunak. Akibatnya, bangunan-bangunan di atasnya mudah ambruk. Hal itu dialami tempat penyimpanan solar Norilsk. (AP/REUTERS)