Pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan batubara dunia merosot dan harga batubara jatuh ke level 50 dollar AS per ton. Membuka negara tujuan baru penjualan batubara menjadi pilihan bagi perusahaan di samping hilirisasi.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bukit Asam Tbk mencari peluang penjualan batubara di negara-negara tujuan baru, seperti Brunei Darussalam, Vietnam, dan Filipina. Upaya memburu peluang dilakukan karena pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan batubara di pasar dunia menurun.
Bukit Asam juga berkomitmen melanjutkan program hilirisasi batubara di dalam negeri lewat proyek gasifikasi.
”Untuk pasar batubara, semua mengalami tekanan besar akibat pandemi Covid-19. India yang menjadi pasar utama di kawasan Asia, banyak pelabuhannya yang ditutup sehingga penjualan ke India merosot drastis. Kami tengah menjajaki pasar baru di Vietnam, Filipina, dan Brunei Darussalam,” kata Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie dalam telekonferensi pers, Selasa (14/7/2020).
Kendati pandemi Covid-19 menyebabkan bisnis batubara lesu, Bukit Asam masih bertahan dengan rencana produksi tahun ini yang sebesar 30 juta ton. Produksi batubara perusahaan pada triwulan I-2020 sebanyak 5,5 juta ton atau lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu, yakni 5,7 juta ton. Namun, penjualan triwulan I-2020 sebanyak 6,8 juta ton atau lebih tinggi dari triwulan I-2019 yang sebanyak 6,6 juta ton.
”Sejauh ini belum ada perubahan proyeksi perusahaan di 2020. Kami masih terus memantau perkembangan akibat pandemi Covid-19 ini. Harga batubara yang rendah berpengaruh besar terhadap pendapatan perusahaan,” ujar Apollonius.
Harga batubara yang rendah berpengaruh besar terhadap pendapatan perusahaan.
Harga batubara acuan untuk periode Juli 2020 melemah menjadi 52,16 dollar AS per ton dibandingkan dengan Juni 2020 yang sebesar 52,98 dollar AS per ton. Pada Januari 2020, harga batubara acuan ditetapkan 65,93 dollar AS per ton. Diperkirakan, harga batubara yang rendah masih akan terus berlangsung seiring ketidakjelasan mengenai pandemi Covid-19.
Selain mencari pasar baru, kataApollonius, Bukit Asam tetap berkomitmen melanjutkan proyek gasifikasi batubara yang akan mengubah batubara menjadi dimetil eter dan etanol. Bukit Asam menggandeng sejumlah perusahaan, yaitu PT Pertamina (Persero), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, dan Air Products asal Amerika Serikat selaku pemilik teknologi gasifikasi batubara. Investasi yang disiapkan pada proyek ini senilai Rp 4,5 triliun dan ditargetkan beroperasi komersial pada akhir 2022.
”Gasifikasi adalah bagian dari visi perusahaan untuk menjadi perusahaan energi berbasis batubara yang ramah lingkungan. Kami akan terus mengoptimalkan sumber daya yang ada,” ujar Apollonius.
Sebelumnya, kajian yang diterbitkan Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menyebutkan, industri batubara Indonesia menghadapi sejumlah persoalan selama pandemi Covid-19. Persoalan tersebut di antaranya permintaan batubara dari China dan India yang merosot serta kebijakan kedua negara itu yang mendukung penguatan industri batubara dalam negeri. Produsen batubara Indonesia akan menghadapi risiko volume penjualan dan harga batubara yang jatuh bebas.
”Penjualan batubara Indonesia sangat mengandalkan pasar ekspor. Situasi ini akan berdampak pada sepuluh perusahaan batubara Indonesia yang terdaftar di bursa saham yang laba perusahaan diperkirakan bakal terpangkas,” kata analis keuangan energi IEEFA, Ghee Peh.
Industri batubara Indonesia menghadapi sejumlah persoalan selama pandemi Covid-19. Persoalan tersebut adalah turunnya permintaan batubara dari China dan India, serta kebijakan kedua negara itu yang mendukung penguatan industri batubara dalam negeri.
Pekan lalu, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengumumkan rencana pemotongan produksi batubara sebesar 15-20 persen. Rencana tersebut diambil menyusul harga batubara Indonesia yang merosot hingga ke level 50 dollar AS per ton. Berdasarkan kajian APBI, permintaan batubara diperkirakan terus melemah sepanjang belum ada kejelasan pandemi Covid-19 berakhir.
”Dampak pandemi Covid-19 kian mencemaskan karena menyebabkan harga batubara turun. Dengan kondisi ini, APBI memandang perlunya pemangkasan produksi untuk menciptakan keseimbangan pasokan dan permintaan. Untuk menjaga keuntungan, anggota APBI berencana memangkas produksi batubara 2020 sebesar 15-20 persen,” kata Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir.