Jaga Kepercayaan Konsumen Melalui Makanan Higienis
›
Jaga Kepercayaan Konsumen...
Iklan
Jaga Kepercayaan Konsumen Melalui Makanan Higienis
Pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih selektif dalam memilih makanan untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, kebersihan menjadi kunci bagi usaha sektor makanan dan minuman untuk kembali bangkit.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Normal baru memang menuntut hal-hal baru, termasuk di dunia kuliner, dalam menerapkan protokol kesehatan. Kebersihan pun menjadi syarat mutlak untuk kembali membangkitkan dan mengembangkan usaha.
Badan Pusat Statistik mencatat sektor penyediaan akomodasi makanan dan minuman turun hingga 1,95 persen pada triwulan I-2020 dari sebelumnya tumbuh 6,41 persen pada triwulan I-2019. Namun, bukan berarti tidak ada peluang untuk bangkit.
Muhammad Ade Prasetyo (27), pemilik Rumah Pojok Gurame As-Syifa, menyadari pentingnya kebersihan dalam mengelola makanan hingga penyajian kepada konsumen. Salah satunya dengan menggunakan sarung tangan dalam memproses ikan gurami, ayam, bebek, hingga burung.
”Sejak awal Juli 2020, kan, banyak karyawan yang sudah masuk kantor lagi. Jadi, saya pikir, untuk mengantisipasi kerumunan di kantin kantor, saya sediakan tempat makan di teras rumah dengan maksimum 10 orang dan harus pesan dulu sebelumnya,” kata Ade saat dihubungi Kompas, Selasa (14/7/2020). Selain makan di tempat, Ade juga menjual produknya secara daring.
Syarat reservasi sebelum makan di tempat, kata Ade, dilakukan agar bisa menyiapkan tempat sesuai dengan protokol kesehatan. Standar itu mulai dari penyemprotan cairan disinfektan, pengaturan jarak duduk, hingga fasilitas cuci tangan dan cuci kaki karena makan dilakukan berlesehan.
Penerapan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 dinilai sangat penting untuk mendapatkan dan menjaga kepercayaan konsumen. Ade mengatakan, omzet kian meningkat dan bisa mencapai Rp 19 juta per bulan.
”Enggak nyangka respons masyarakat begitu baik dan saya akan terus kembangkan. Makanya, dalam menjalankan usaha, tidak hanya dikenal, tetapi yang jauh lebih penting adalah dipercaya konsumen,” kata Ade yang terkena pemutusan hubungan kerja sejak Maret 2020.
Fatimah Smeer (28), pemilik usaha Mykebab Kalirejo, di daerah Pasuruan, Jawa Timur, juga mengutamakan kebersihan dalam mengolah makanan untuk dijual. Pengolahan kebab dilakukan sendiri dan ia jamin semua proses dilakukan secara higienis.
”Saya membuat kebab untuk konsumen itu seperti membuatnya untuk keluarga, jadi enggak mungkin saya sembarangan dalam membuatnya. Kebersihan itu sudah pasti saya jaga agar konsumen juga tidak kecewa,” kata Fatimah.
Namun, untuk sementara, Fatimah menyatakan masih belum berani apabila ada orang yang makan di tempat. Penjualan pun ia lakukan secara dalam jaringan (daring) dengan memanfaatkan platform media sosial.
Dalam masa pandemi, tidak dimungkiri omzet menurun hingga 30 persen. Meski begitu, penjualan sudah mulai berangsur pulih melalui daring. Kini dalam sehari Fatimah mampu menjual hingga 120 pak kebab per hari, sebelumnya hingga 200 pak.
Dzaky Muhammad (18), pemilik Burger Chill di daerah Bandung, Jawa Barat, juga menilai pentingnya mendapat kepercayaan konsumen tentang kebersihan dari proses pengolahan makanan. Video proses pembuatan burger ia tampilkan di akun Instagram burgerchill.id sebagai bentuk tanggung jawab menjamin kebersihan pengolahan burger.
”Saya sekarang jadinya punya dua dapur di rumah; satu untuk keluarga, satu lagi khusus untuk membuat burger chill ini. Saya mau meyakinkan konsumen bahwa proses pembuatannya ini sehat dan aman,” kata Dzaky.
Kesegaran bahan-bahan yang digunakan pun menjadi fokus Dzaky dalam membuat burger. ”Misalnya selada, itu saya selalu beli setiap hari sehingga kesegaran dan kualitasnya terjamin,” ucapnya.
Usaha yang baru ia jalankan satu bulan ini pun mendapat respons baik dari masyarakat. Dalam sehari, burger seharga Rp 13.000 per buah dapat terjual dari 20 hingga 50 burger secara daring.
Pedoman
Sebagai upaya mengakomodasi tuntutan kebutuhan akan adanya sebuah panduan keamanan pangan, Asosiasi Pengusaha Jasa Boga (APJI) meluncurkan Panduan Pelayanan Bidang Makanan dan Minuman di Masa New Normal. Panduan ini diharapkan dapat mengurangi risiko penularan Covid-19 baik terhadap pelaku usaha, konsumen, maupun para pekerja di industri makanan dan minuman.
Ketua Umum DPP APJI Rahayu Setiowati menyampaikan, buku panduan serta protokol umum dan khusus dibuat untuk pelayanan di restoran, kafe, rumah makan, pernikahan, katering pesawat, tempat pertemuan dan lounge, serta industri katering. Pembuatan buku ini juga disinergikan dengan pengusaha dan pemerintah agar ada percepatan usaha produktif dan aman untuk membangkitkan ekonomi dalam negeri.
Panduan ini terdiri dari protokol umum, misalnya tanggung jawab terhadap kesehatan pribadi mulai dari mencuci tangan dengan air yang mengalir, memakai masker, menjaga jarak, hingga etika batuk dan bersin. Ada juga sosialisasi protokol kesehatan di fasilitas penunjang kerja bagi tamu, karyawan, dan manajemen yang ditempel di area yang mudah terlihat.
”Kami berharap dengan diluncurkannya panduan ini, para pelaku usaha dapat lebih memahami protokol yang perlu dilakukan pada masa new normal. Bersama-sama membangkitkan ekonomi Indonesia sekaligus mendukung pemerintah dalam pencegahan penularan Covid-19,” kata Rahayu.