Pandemi Covid-19 selama empat bulan ini mengubah hampir seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua ”dipaksa” beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk menghindari Covid-19. Perayaan Kemerdekaan RI pun termasuk.
Oleh
Anita Yossihara
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 yang terjadi selama empat bulan telah mengubah seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua ”dipaksa” beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk menghindari penyebaran Covid-19, tak terkecuali tata laksana upacara bendera untuk memperingati Hari Ulang Tahun Ke-75 Kemerdekaan RI.
Protokol baru untuk memperingati detik-detik proklamasi dengan aman disusun pihak Istana jauh-jauh hari sebelum 17 Agustus 2020 datang. Bahkan, latihan pengibaran Sang Saka Merah Putih sudah dilaksanakan pada Minggu (12/7/2020) lalu.
Biasanya, geladi kotor dan geladi bersih upacara peringatan Hari Kemerdekaan melibatkan ratusan personel. Dari pasukan upacara, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), pasukan pelaksana tembakan kehormatan saat detik-detik proklamasi, korps musik, hingga para artis yang akan menyumbangkan suara pada saat upacara.
Saking banyaknya personel yang terlibat dalam geladi, sampai-sampai jalan protokol di sekeliling Istana Kepresidenan Jakarta ditutup. Biasanya, penutupan dilakukan mulai dari Jalan Veteran III sampai Jalan Medan Merdeka Utara.
"Latihan upacara tahun ini hanya diikuti sekitar 15 orang, yang terdiri dari petugas pengibar bendera dan para pelatihnya. Tidak ada lagi pasukan 17 yang merupakan pasukan pengiring atau pemandu, pasukan 8 yang menjadi pasukan inti, dan pasukan 45 atau pasukan pengawal"
Akan tetapi, tahun ini, latihan upacara penaikan dan penurunan bendera berbeda 180 derajat dari tahun-tahun sebelumnya. Tak terlihat lagi ratusan orang mengantre memasuki pintu keamanan Istana Kepresidenan, tak ada pula penutupan jalan protokol di sekitar Istana.
Latihan upacara tahun ini hanya diikuti sekitar 15 orang, yang terdiri dari petugas pengibar bendera dan para pelatihnya. Tidak ada lagi pasukan 17 yang merupakan pasukan pengiring atau pemandu, pasukan 8 yang menjadi pasukan inti, dan pasukan 45 atau pasukan pengawal.
Tak hanya itu, atribut yang dikenakan para petugas pengibar bendera pun berbeda. Bukan hanya kaus tangan, kali ini seluruh petugas upacara juga mengenakan masker. Jarak antar-barisan pun lebih lebar dari tahun-tahun sebelumnya.
Deputi bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey T Machmudin menjelaskan, upacara peringatan HUT Ke-75 Kemerdekaan RI memang hanya akan diikuti oleh peserta terbatas. Jumlahnya tak akan lebih dari 24 orang demi menghindari penyebaran Covid-19.
Para menteri tidak dijadwalkan hadir, apalagi tamu undangan seperti tahun-tahun sebelumnya. Khusus tahun ini, warga berprestasi yang biasanya hadir juga tak diundang. ”Menteri-menteri rencananya mengikuti upacara bendera dari kantor masing-masing,” kata Bey.
Petugas utama dalam upacara nanti terdiri dari satu orang komandan upacara, 20 orang pasukan upacara, 24 anggota korps musik dan 2 pembawa acara, dan tentu saja inspektur upacara.
Untuk pengibar bendera, disiapkan delapan orang. Tiga orang bertugas mengibarkan bendera, tiga orang lain bertugas menurunkan bendera, dan dua lainnya disiapkan sebagai cadangan.
Upacara bendera dengan jumlah petugas terbatas itu diharapkan menjadi pedoman bagi daerah yang akan melaksanakan upacara peringatan kemerdekaan.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menambahkan, petugas pengibar Sang Saka Merah Putih diambil dari Paskibraka cadangan tahun 2019. Tahun ini, pemerintah tidak merekrut Paskibraka dengan pertimbangan kesehatan dan keselamatan.
”Kami melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak merekrut di 2020 karena kami sayangi kesehatan dan nyawa masyarakat, serta mengutamakan protokol kesehatan yang harus kita junjung tinggi,” ujar Heru.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mendukung rencana pelaksanaan upacara bendera dengan jumlah peserta terbatas. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana itu berharap daerah bisa meniru penerapan protokol kesehatan dalam upacara peringatan kemerdekaan RI Istana Merdeka.
Tak kurangi hikmah
Meski upacara peringatan hari kemerdekaan tahun ini dilakukan dengan sederhana, kehikmatan peringatan detik-detik proklamasi tidak akan berkurang. Upacara yang serba-terbatas juga tak akan mengurangi penghormatan kepada para pendiri bangsa.
”Dalam masa pandemi Covid-19 ini, tentu upacara sederhana tak mengurangi hikmah dan penghormatan kepada para pendiri bangsa. Merayakan 17 Agustusan dengan masuk akal itu justru bentuk menghargai jasa para pendiri bangsa,” ujar sejarawan Bonnie Triana saat dihubungi, Senin (13/7).
”Dalam masa pandemi Covid-19 ini, tentu upacara sederhana tak mengurangi hikmah dan penghormatan kepada para pendiri bangsa. Merayakan 17 Agustusan dengan masuk akal itu justru bentuk menghargai jasa para pendiri bangsa”
Semua elemen bangsa punya tanggung jawab untuk memutus mata rantai Covid-19. Upacara dengan jumlah peserta terbatas itu juga salah satu upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Tentu, menurut Bonnie, para pendiri juga tak ingin bangsa Indonesia punah hanya karena wabah korona baru. Karenanya, upacara sederhana juga merupakan salah satu cara menghormati dan menghargai jasa para pendiri bangsa.
Proklamasi kemerdekaan 75 tahun lalu juga dilakukan secara sederhana. Soekarno lebih memilih membacakan naskah proklamasi di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta, bukan di lapangan IKADA seperti kehendak para pemuda. Bersama dengan Mohammad Hatta, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia bersama dengan seratusan orang saja. Bukan lapangan IKADA yang sudah dipenuhi dengan massa.