Ekraf Film Festival Jabar, Ajang untuk Memacu Kreativitas Sineas Muda
›
Ekraf Film Festival Jabar,...
Iklan
Ekraf Film Festival Jabar, Ajang untuk Memacu Kreativitas Sineas Muda
Pandemi Covid-19 membuat sektor ekonomi kreatif terpuruk, terutama dunia perfilman. Sineas muda pun didorong untuk memproduksi film saat normal baru dengan isu di lingkungan sekitar. Peluang ini masih terbuka lebar.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Kreativitas para sineas Jawa Barat diuji di era pandemi Covid-19 seperti saat ini. Mereka didorong membangkitkan potensi lokal dengan lebih peka melihat beragam hal yang terjadi di sekitarnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Dedi Taufik mengatakan, sektor ekonomi kreatif di Jabar tak luput dari pandemi. Tercatat, 49.633 orang terdampak. Namun, ia melihat peluang untuk bangkit kembali tetap tinggi. Salah satu potensinya bisa dimulai dari kebangkitan industri film pascapandemi.
Salah satu yang diharapkan jadi pendorongnya adalah gelaran Ekraf Festival Film Jabar 2020. Dalam acara itu, kreativitas pelaku ekonomi kreatif terus dipelihara. Temanya beragam, mulai dari kebiasaan khas suatu daerah hingga kisah tentang keindahan kawasan di Jabar. Kru film bisa mengambil orang di sekitarnya dengan harapan bisa meminimalkan mobilitas yang tinggi saat pandemi.
”Kami menginginkan ada pengembangan industri kreatif terhadap film yang dikemas melalui destinasi unggulan di Jabar,” kata Dedi dalam diskusi daring bertajuk ”Bercerita melalui Bahasa Visual Audio”, Rabu (15/7/2020).
Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum menambahkan, film yang baik harus mengandung pesan moral yang bisa menjadi teladan bagi masyarakat. Selain hiburan, film juga harus mengedukasi, menampilkan nilai kebangsaan dan agama. ”Bukan hanya menjadi tontonan, melainkan juga tuntunan,” ujar Uu.
Ketua Asosiasi Dokumenteris Nasional (ADN) Tonny Trimarsanto menjelaskan, proses kreatif memproduksi film harus tetap dijaga meski di tengah pandemi. Pencarian idenya bisa dilakukan dengan melihat perubahan fenomena di sekitar tempat tinggal. Cara untuk menemukannya, kata Tonny, adalah dengan terus mengasah kepekaan diri.
”(Karya film) sangat mungkin dikerjakan dengan memperhatikan manajemen risiko. Pola baru produksi film adalah merespons hal sederhana di kampung sendiri atau desa tetangga. Berangkat dari itu, pasti ada sesuatu yang penting bisa dibagikan,” kata Tonny.
ADN sudah melakukannya lewat Rekam Pandemi, program pendokumentasian film yang digarap Bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebanyak 300 anggota ADN di seluruh Indonesia merekam perubahan sosial dan budaya akibat Covid-19.
Berbagai persoalan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat tak luput untuk diabadikan. Tak sedikit yang mengalami kendala, sebagian bertahan dan beradaptasi. Menurut Tonny, cerita unik dan personal memiliki nilai penting bagi masyarakat.
Pencarian idenya bisa dilakukan dengan melihat perubahan fenomena di sekitar tempat tinggal. Cara untuk menemukannya adalah dengan terus mengasah kepekaan diri.
Potensi daerah
Keunggulan daerah itu sudah dilirik Festival Film Purwakarta sejak dua tahun lalu. Tahun ini, festival itu diadakan 24 Januari-7 Maret 2020 bertema ”Lampaui Dimensi Kedua”. Dimensi kedua dianalogikan sebagai dunia kreativitas, inspirasi, fiksi, dan kesenian.
Festival ini hadir lewat kerja sama Komunitas Pena dan Lensa Purwakarta bersama Disporaparbud Purwakarta. Setidaknya 50 judul film akan dinilai oleh para juri. Semula, pemenang akan diumumkan pada akhir Maret 2020. Akibat pandemi, pemberian hadiah diundur menjadi awal Agustus 2020.
Pendiri Komunitas Pena dan Lensa Purwakarta, Hadi Ibnu Sabilillah, sebelumnya mengatakan, film adalah media yang tidak dapat dipisahkan dengan tempat wisata. Pengangkatan suatu tempat dalam latar film dapat menjadikan lokasi itu sebagai wisata baru dan meningkatkan jumlah wisatawan. Ia mencontohkan, wisata pantai dan sekolah di Belitung menjadi kian terkenal karena menjadi latar dalam film Laskar Pelangi.
Sejumlah destinasi wisata di Purwakarta menjadi latar cerita sebuah video lagu berjudul ”Bukan Untukku” yang diunggah penyanyi Hanin Dhiya di platform Youtube pada November 2018. Lokasi itu mulai dari sentra gerabah dan keramik di Plered, menaiki kapal sambil menikmati senja di Danau Jatiluhur hingga keindahan Air Mancur Sri Baduga.
Video berdurasi sekitar delapan menit itu telah ditonton hampir 7 juta kali. Pada kolom komentar, beberapa penonton mengomentari keindahan lokasi yang ditampilkan dan tertarik berwisata atau sekadar berswafoto di tempat-tempat tersebut.