Pelatnas atletik dan panahan akan segera bergulir untuk mengembalikan fokus dan kondisi atlet nasional. Pada tahap awal akan dipanggil atlet yang disiapkan untuk lolos ke Olimpiade Tokyo.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengurus cabang olahraga atletik dan panahan segera memulai pelatnas agar latihan atlet berjalan lebih fokus dan terarah. Selama di luar pelatnas, atlet berlatih sendiri di daerah dalam kondisi yang tidak ideal sehingga berpotensi memicu cedera.
”Semoga kami bisa segera kumpulkan kembali atlet nasional yang masih berserakan di daerah. Jangan sampai membiarkan atlet seperti Lalu Muhammad Zohri berlatih sendirian di pantai dan di jalanan. Itu rawan, mereka bisa cedera. Padahal, mereka aset negara yang sedang disiapkan ke Olimpiade Tokyo,” ujar Pelaksana Tugas Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Zacky Anwar Makarim seusai menandatangani kesepahaman anggaran pelatnas antara Kemenpora dan PB PASI di Jakarta, Selasa (14/7/2020).
Berdasarkan kesepahaman itu, PB PASI mendapatkan anggaran Rp 6,141 miliar dari usulan Rp 6,294 miliar untuk 20 atlet, 15 pelatih, dan tujuh tenaga pendukung menggelar pelatnas mulai awal Agustus.
Selain PB PASI, Pengurus Besar Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (PB Perpani) juga menandatangani MoU anggaran pelatnas. Panahan mendapatkan anggaran Rp 3,951 miliar dari usulan Rp 8,050 miliar untuk delapan atlet, tiga pelatih, dan enam tenaga pendukung menggelar pelatnas mulai 2 Agustus. Anggaran itu untuk memenuhi kebutuhan pelatnas mencakup kegiatan dalam negeri, tanpa kegiatan di luar negeri karena sebagian besar kejuaraan dibatalkan ataupun ditunda akibat wabah Covid-19.
Zacky mengatakan, saat anggaran dari pemerintah cair, PASI akan segera memanggil atlet untuk berlatih di Stadion Madya, Senayan, Jakarta. Setiba di Jakarta, atlet, pelatih, dan tenaga pendukung akan mengikuti rangkaian protokol kesehatan Covid-19, antara lain tes cepat atau usap/PCR. ”Kami tidak mau mengorbankan atlet terkena Covid-19. Walaupun bisa sembuh, mereka sudah cedera kalau sudah pernah terinfeksi Covid-19,” katanya.
Selama pelatnas, lanjut Zacky, mereka berupaya untuk menajamkan kembali kondisi fisik dan teknik atlet. Selama latihan sendiri di daerah empat bulan terakhir, kemampuan fisik dan teknik atlet menurun. ”Selama cuti Lebaran dua minggu saja, kemampuan atlet itu bisa merosot. Ini sudah cuti empat bulan, bagaimana kemunduran kondisi mereka?” katanya.
Fokus ke Olimpiade
Manajer pelatnas PB PASI Mustara Musa menuturkan, para atlet, pelatih, dan tenaga pendukung akan dipanggil ke pelatnas paling lambat akhir Juli sehingga pelatnas bisa dimulai awal Agustus. Nantinya, mereka memanggil 20 atlet itu secara bertahap. Pada tahap pertama, mereka akan memanggil lima atlet yang dipersiapkan untuk Olimpiade Tokyo 2020.
Mereka adalah pelari 100 meter putra Lalu Muhammad Zohri, pelompat jauh putra Sapwaturrahman, pelari 400 meter gawang putra Halomoan Edwin Binsar, pelari 100 meter gawang putri Emilia Nova, dan pelari 100 meter putri Alvin Tehupeiory. ”Setelah Zohri, kami berupaya dapat tambahan tiket ke Olimpiade selama kualifikasi dari Desember 2020 hingga Juni 2021. Peluang terbuka dari Sapwan dan Emilia. Kami juga berupaya mendorong Halomoan dan Alvin untuk membuka asa,” ujarnya.
Tahap kedua yang dimulai Oktober, akan dipanggil 15 atlet untuk SEA Games 2021 Vietnam. ”Sepeninggal Pak Bob Hasan, PB PASI tidak mungkin seperti dulu, memanggil atlet dengan jumlah besar sekaligus ke pelatnas. Kami harus selektif untuk menyesuaikan anggaran yang ada. Atlet remaja dan yunior akan dititipkan ke daerah masing-masing atau mengoptimalkan pelatnas desentralisasi,” katanya.
Ketua Umum PB Perpani Illiza Sa’aduddin Djamal mengutarakan, atlet lebih baik berlatih bersama dengan pengawasan langsung pelatih di pelatnas. Dengan demikian, perkembangan mereka dari waktu ke waktu bisa lebih terkontrol. ”Selama Covid-19, para atlet tetap berlatih di daerah masing-masing. Tetapi, perkembangannya tidak terpantau sebaik di pelatnas,” ucapnya.
Illiza menyampaikan, Perpani pun fokus menyiapkan atlet pelatnas untuk Olimpiade Tokyo. Mereka memanggil atlet dan pelatih yang memang siap bersaing pada level internasional, antara lain atlet recurve putra Riau Ega Agatha dan recurve putri Diananda Choirunisa. Mereka akan menggelar pelatnas di Lapangan Panahan, Senayan, Jakarta, 2 Agustus.
Sejauh ini, PB Perpani sudah mendapatkan dua tiket ke pesta olahraga internasional empat tahunan itu, yakni recurve perseorangan putra dan recurve perseorangan putri. ”Kami berusaha mendapatkan satu tiket lagi, yakni dari nomor recurve beregu putra atau recurve campuran,” ujar mantan Wali Kota Banda Aceh tersebut.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menjelaskan, pihaknya fokus melakukan MoU bantuan anggaran pelatnas dengan cabang-cabang Olimpiade dahulu. Sejauh ini, nota kesepahaman sudah dilakukan dengan delapan pengurus cabang Olimpiade. ”Cabang Olimpiade yang belum melakukan MoU itu adalah PB PRSI (Persatuan Renang Seluruh Indonesia) dan PB Perserosi (Persatuan Sepatu Roda Seluruh Indonesia). Kalau semua cabang Olimpiade beres, baru MOU dilakukan dengan cabang-cabang lain,” katanya.
Patuhi aturan
Menpora Zainudin Amali mengatakan, dirinya berharap anggaran pelatnas yang sudah disalurkan bisa digunakan sesuai peruntukan. Jika suatu waktu ada perubahan kegiatan, seperti ingin ikut perlombaan internasional, semua cabang harus melapor lebih dahulu. ”Kalau memang perubahan kegiatan itu harus dilakukan, kami pasti akan membantu asal ada alasan yang kuat sesuai data dan fakta yang ada,” katanya.
Zainudin menuturkan, saat ini, dirinya fokus memperbaiki tata kelola birokrasi di Kemenpora setelah rentetan kasus korupsi yang terjadi. Salah satu caranya dengan keterbukaan atau transparansi dalam penyaluran anggaran pelatnas dan mendorong cabang menggunakan anggaran sesuai proposal yang telah diverifikasi. Sebab, salah satu penilaian birokrasi Kemenpora adalah laporan pertanggungjawaban cabang dalam menggunakan anggaran itu.
Setidaknya, dalam setahun ini, birokrasi Kemenpora sudah dinilai membaik. Setelah penantian 10 tahun, laporan keuangan Kemenpora mendapatkan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Nilai reformasi birokrasi mereka meningkat dari 60-an menjadi 70-an. Nilai kepatuhan pejabat eselon satu dan dua dalam melaporkan nilai kekayaannya juga meningkat dari berkisar 30-50 persen menjadi 100 persen.
Bagi Zainudin, citra negatif Kemenpora tidak bisa dijawab hanya dengan keterangan bantahan melainkan lewat kinerja. ”Saya mewanti-wanti semua pegawai di Kemenpora untuk jangan main-main dengan peraturan. Tidak boleh ada satu rupiah pun yang diselewengkan. Khususnya, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional, mereka adalah kedeputian yang mengelola anggaran Kemenpora paling besar dibandingkan dengan kedeputian lain,” ujarnya seusai pelantikan Chandra Bhakti sebagai Deputi IV permanen.