Ketinggian Banjir di Sebagian Kalbar Masih Tinggi, Aktivitas Warga Belum Pulih
›
Ketinggian Banjir di Sebagian ...
Iklan
Ketinggian Banjir di Sebagian Kalbar Masih Tinggi, Aktivitas Warga Belum Pulih
Banjir masih melanda sebagian Kabupaten Sintang dan Melawi, Kalimantan Barat, hingga Rabu (15/7/2020). Warga diminta tetap waspada karena ada anomali cuaca tahun ini.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Sintang dan Melawi, Kalimantan Barat, mulai surut pada Rabu (15/7/2020), tetapi sebagian rumah warga masih tergenang. Aktivitas warga belum seluruhnya berjalan normal.
Ketinggian banjir di Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang, misalnya, sebagian masih sekitar 1 meter. Keluarga yang terdampak banjir masih menumpang ke rumah keluarga mereka. ”Ada 25 desa dan 2.806 keluarga terdampak,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang Sugianto.
Adapun di kawasan yang sudah surut banjirnya, aktivitas perekonomian warga sudah mulai berjalan. Sebagian dari mereka kembali bertani.
Di Kecamatan Dedai, Kabupaten Sintang, ketinggian banjir 3 sampai 5 meter akibat luapan Sungai Melawi. Sebanyak 817 keluarga terkena banjir dan mengungsi ke rumah keluarga. Kegiatan perekonomian masyarakat banyak tertunda. Petani karet, misalnya, belum bisa menyadap karet.
Di Kabupaten Melawi, banjir bahkan tak surut. Debora Meti Taggu (24), warga Melawi, menuturkan, ketinggian banjir di Nanga Pinoh, ibu kota Melawi, masih sekitar 1 meter. Aktivitas warga di daerah itu juga belum normal.
”Pemerintah Provinsi Kalbar telah memberikan bantuan di Sintang dan Melawi, terutama beras,” ujar Kepala BPBD Kalimantan Barat Lumano, Rabu (15/7/2020), saat dihubungi dalam perjalanan pulang dari wilayah banjir.
Menurut Lumano, bencana banjir masih mengancam wilayah Kalbar karena ada anomali bencana banjir di tahun ini. Masyarakat diminta agar tetap mewaspadai bencana.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Supadio Pontianak, Fitri Doyo, menuturkan, potensi hujan masih ada di Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang, Sekadau, Melawi, Landak, dan Ketapang dalam seminggu mendatang. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi pada Kamis (16/7/2020) hingga Sabtu (18/7/2020).
Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang berpotensi terjadi pada Minggu (19/7/2020) hingga Selasa (21/7/2020). ”Faktor penyebabnya ada kumpulan angin yang memengaruhi pertumbuhan awan di wilayah-wilayah tersebut,” ujar Fitri.
Selain masih menghadapi banjir di sejumlah wilayah dan pandemi Covid-19, Kalbar juga mengantisipasi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Lumano menuturkan, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, dan Landak sudah menetapkan status siaga darurat karhutla.
Pemerintah Provinsi Kalbar juga telah menetapkan siaga darurat karhutla. Pihaknya sudah memberikan imbauan kepada pemerintah kabupaten/kota agar mulai menyosialisasikan antisipasi karhutla di masyarakat.
Potensi terjadinya karhutla diprediksi pada akhir Juli. Namun, diperkirakan musim panas tahun ini di Kalbar tidak sekering tahun-tahun sebelumnya.
Kepolisian Daerah Kalbar sudah mempersiapkan operasi pencegahan. Operasi tersebut dimulai akhir Juli. Dalam operasi yang dinamakan Bina Karuna, sosialisasi dan imbauan serta patroli ke lokasi-lokasi rawan kebakaran lahan dikedepankan.
Ada 192 desa rawan karhutla di 14 kabupaten/kota di Kalbar. Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Kalbar pada 2018, terdapat 11.993 titik panas dan pada 2019 meningkat jadi 26.325 titik panas. Luas lahan terbakar 2018 seluas 68.313 hektar dan pada 2019 meningkat tajam jadi 150.070 hektar.